Dika POV
Ku kayuh sepedaku secepat mungkin agar cepat sampai ke rumah. Udara dingin tak seluruhnya menyelimutiku karena jaket hitam yang membungkus tubuhku. Meski kakiku sedikit kram karena udara dingin yang menerpa kedua kakiku yang tak tertutupi celana pendekku ditambah aku terus mengayuh pedal sepedaku.
Entah kenapa dia nekat sekali mendekatiku, aku yang biasa saja dan tak setara dengan dia berusaha menolak dan menjauhinya. Tapi tak ayal membuat gadis itu menyerah. Sampai aku melihatnya terluka, entah karena kecerobohannya atau karena ulahku yang tak berperasaan? Entahlah, tapi setelah itu aku merasa kasihan.
Baru kali ini ada orang yang mau dekat denganku, apalagi gadis manis dan menawan seperti Alisha, ya aku juga tidak memungkiri dia sedikit cerewet. Tapi dari sikap cerewetnya lah aku berusaha membuka diri untuk bisa berteman dengannya. Dia sepertinya menerimaku apa adanya, meskipun banyak sekali pernedaan yang kontras antara diriku dengan dirinya.
Dari kecil aku sudah biasa di jauhi, di tolak, bahkan di hina. Ibuku meninggalkanku semasa aku balita, dia tak akan kembali sampai kapanpun. Kata ayah, ibuku mengalami serangan jantung dan tak bisa ditolong.
Semenjak itu, keluarga kecilku yang ikut tinggal dirumah besar itu dipaksa menyingkir ke garasi bekas dibelakang rumah besar itu, mengingat hubungan pernikahan ayah dan ibuku yang tidak diterima oleh keluarga ibuku.
Ayah berusaha semaksimal mungkin menyamankan aku yang masih kecil itu tinggal dalam keadaan ruangan pengap itu yang hingga sekarang aku tinggali bersama ayah.
Pernah aku berpikir bahwa semua keluarga ibu membenciku. Tapi ternyata tidak, aku memiliki kakek-ayah dari ibuku- yang sangat menjaga dan menyayangiku. Meskipun banyak anggota keluarga yang menentang dan menghalang halanginya untuk dekat denganku, ia selalu diam diam berkunjung dan memberiku perhatian dan hadiah.
Sampai suatu malam kakek berkata bahwa malam itu adalah malam terakhir ia mengunjungi dan memberiku hadiah. Aku yang tidak tahu apa maksudnya hanya terdiam sambil membuka kantong yang diberikannya. Aku sangat senang waktu itu, kakek memberikan aku mainan robot seperti yang Alex punya.
Alex merupakan adikku, tepatnya anak adik ibuku. Kami lahir hanya selisih beberapa bulan sehingga umur kami tak jauh dan sebaya. Nerbeda denganku, dia sangat di sayangi dan dimanja oleh semua keluarganya. Kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, semuanya sangat menyayangi dia.
Berbeda denganku yang terbuang dan tidak dianggap pernah ada seiring dengan kepergian sang ibu ke pelukan Tuhan.
Mungkin kakek sering memperhatikanku yang selalu melihat Alex dari kejauhan sedang bermain dengan beberapa temannya. Oleh karenanya kakek juga memberikannya kepadaku agar aku tidak merasa iri dengan Alex.
Malam itu aku mengatakan berjanji akan memberikan kakek juga hadiah setelah besar nanti. Sebuah mimpi yang diberikan kakek melalui buku bukunya yang diberikan kepadaku berangsur angsur.
Tapi dipagi harinya, aku mendengar berita bahwa kakek telah meninggal dunia. Aku sangat sedih saat itu, aku sempat tak terima, kenapa orang orang yang menyayangiku selalu diambil dariku. Bahkan aku tak pernah melihat wajah ibu secara langsung. Hanya sebuah foto pernikahan yang ayah tunjukkan kepadaku.
Pagi itu aku berlari ke rumah besar itu, membuka pintu belakang yang sepi. Aku melihat ada Bi Nur, salah satu pembantu rumah sedang berjalan masuk ke dalam rumah.
Aku mengikuti dari belakang tanpa sepengetahuannya. Karena aku tahu keluarga itu akan mengusriku jika aku ketahuan masuk ke rumah besar itu.
Ku lihat peti mati yang diletakkan di tengah ruangan. Berisikan tubuh kakek yang berbalut jas terbujur kaku.
Aku menangis dalam diam hingga isakanku keluar dan tiba tiba seseorang menarik tanganku ke belakang. Bibi Rosa memandangku marah dengan mata sembabnya.
"Kenapa kau disini? Kami sedang berduka, bisakah kau tidak mengundang kemarahan kami? Keluarlah sebelum yang lain melihatmu."
Bentaknya sambil mendorongku ke pintu belakang tadi. Aku berjalan dengan kepala tertunduk menangis tersedu sedu. 'Kenapa mereka jahat sekali.' Ku seka air mataku yang terus mengalir itu. Ku hampiri ayah yang sedang duduk di kursi rumah.
"Ayah.. kakek." adu ku sambil terisak.
"Sudah, jangan menangis. Kakek sudah tenang." Ayah menggendongku kepangkuannya berusaha menenangkanku.
"Mau lihat kakek yah." Rengekku masih dengan isakan pedih karena kalekku sudah tiada.
"Iya, nanti hari ketujuh kita kunjungi kakek ya. Sekarang Dika berdo'a dan bacakan surat al-fatihah untuk kakek."
Aku mengangguk sambil berdoa dan membaca surat al-fatihah dalam hati untuk almahum kakek.
Hari ketujuh setelah kematian kakek ayah menepati janjinya untuk melihat kakek. Ayah membawaku ke kelenteng kota yang tak jauh dari rumah.
"Ayah, memang boleh masuk? Kata Bang Jamal kita gak boleh masuk ke rumah ibadah agama lain." tanyaku yang saat itu masih tidak mengerti.
"Boleh, asal kamu tidak berniat ibadah dan terus mengingat Allah. Kita hanya berniat baik untuk berziarah ke kakek."
Aku hanya mengangguk dan mengikuti ayah memasuki kelenteng sembari mengamit tangannya. Aku memperhatikan sekeliling, terlihat banyak dupa yang mengeluarkan asap dan orang orang yang sedang ibadah.
Kemudian aku melihat banyak guci dari berbagai ukuran yang diberi foto dan pengenal. Kami menghampiri guci yang berfotokan kakek, ayah mulai membacakan do'a yang kemudian di ikuti ku sebisa mungkin.
"Ayah kenapa ada guci?" Aku menanyakan hal yang sedari ku lihat dan ingin tahu begitu aku memasuki tempat itu.
"Guci itu tempat abu kakek yang telah dibakar."
"Kenapa dibakar? Pasti sakit." Ucapku mulai tersedu sedu kembali menangis.
"Kakek sudah tenang, jadi ia tidak merasakan sakit lagi. Ayo kita keluar."
"Ayah kapan kita lihat kakek lagi?"
"Ayah tidak tahu, biasanya beberapa bulan kemudian abunya akan dilepaskan ke laut."
"Kenapa begitu?" Aku menunduk lesu.
"Itu salah satu kepercayaan agama mereka Dik."
Aku melihat foto kakek terakhir kalinya dengan sedih sebelum ayah mengajakku untuk pulang.
****
Semua kilasan masa kecilku bersama kakek menemani perjalanan pulangku. Sesekali air mataku menetes membuatku harus segera menyekanya karena tidak mau pandanganku menjadi blur saat aku sedang bersepeda di malam hari seperti ini.
Hanya ayah yang sekarang aku punya, d**an mungkin juga Alisha.
Sesampainya di rumah aku memarkirkan sepedaku di depan bengkel ayah yang menyatu dengan rumah. Sepertinya ayah sudah tidur karena keadaan di dalam rumah sudah gelap.
Ku buka pintu dengan pelan agar tak membangunkan ayah. Tapi nyatanya tidak, aku mendengar deheman ayah dibelakangku saat aku hendak mengunci pintu.
"Ayah, belum tidur?" tanyaku mencoba tenang dan tidak terlalu panik.
Ayah menggeleng, "Anak ayah yang biasanya enggak keluyuran malam tiba tiba saja belum pulang." ucap ayah sambil menghidupkan saklar lampu.
"Habis dari mana?" tanya ayah yang kini duduk di kursi.
"Ehm keliling aja yah." 'Kenapa haru bohong Dik?!' batinku berontak tak menerima karena sudah berbohong kepada ayahku sendiri.
"Bukan habis ngapel?" Ayah sepertinya sedang menggodaku, sedari tadi wajahnya selalu menunjukan raut geli dan ingin menertawakanku yang bodoh dalam berbohong.
"Eh? Ehmm enggak." Aku gelagapan bingung harus menjawab apa. Malu juga jika menjawab habis dari rumah teman perempuan.
"K-kkok ayah tahu?" tanyaku pada akhirnya sambil mengusap tengkukku gugup.
"Tadi kata si Jono kamu di kejar kejar cewek cantik." jelas ayah dengan senyum menggoda yang semakin jelas ditunjukkan kepadaku.
"Temen yah." jawabku mengelak, memalingkan wajah saat ayah terus memandangku jenaka.
"Gak biasanya juga kamu tutup jam 4, biasanya kan jam 7." Pernyataan ayah semakin menyudutkanku. Aku yang tidak bisa berbohong kepada ayah akhirnya menjelaskan hal yang sebenarnya.
"Alish cuma teman Dika yah. Tadi dia terluka jadi Dika antar pulang-"
"Sambil ngapel?" sela ayah membuatku menggeleng gelagapan. Ayah tertawa terbahak bahak melihat tingkahku dan aku hanya menunduk sembari merutuki diriku yang bertingkah seperti tadi.
"Dia teman Dika yah." jelasku sambil tersenyum malu mengingat perkataan ku pada Alish sebelum aku pulang.
"Beneran cuma teman? Sesekali kamu pacaran lah biar gak jualan terus kerjaannya" Nasihat berisi candaan itu ayah berikan kepadaku. Aku hanya tertawa mengabaikannya sambil melangkah menuju kamarku.
"Dasar anak lagi kasmaran." gerutu ayah yang masih ku dengar setelah aku menutup pintu kamar.
Mataku kini melihat sekeliling kamarku yang sedikit berantakan. Kulepaskan jaket milik Alish dan di gantungkan di gantungan kayu belakang pintu.
Ku rebahkan tubuhku di kasur, melipat tanganku dibelakang sebagai bantalan kepalaku sambil menatap langit langit kamarku. Ku hela napas berulang kali memikirkan tentang Alish.
"Kamu kenapa sih?" ranyaku kepada diri sendiri. Ku acak acak rambutku kemudian menutup wajahku berusaha tidur dan menghilangkan pikiran tentang Alish.
"Ck." Decakku sebal karena tak kunjung jua mata ini tertutup. Ku ambil ponsel jadulku yang jarang ku pakai di atas meja.
Ku utak atik ponsel itu mencari nama nama di kontak.
"Ck kan gak punya." ingatku dan melempar ponsel tersebut ke kasur disebelahku. Ku ambil bantal untuk menutupi wajahku untuk tidur. Tetap tak bisa. Ku guling gulingkan badanku kesana kemari. Merasa gerah, aku membuka kaus ku dan kembali berbaring.
"Diam Lish." Geramku kepada Alish yang terus ada dipikiranku. Aku mencoba menutup mata lagi.
Sebegitu besarnya pengaruh Alisha terhadap diriku, ada apa dengan diriku ini?
"Ekhm. Tidur Dik." ingat ayahku dari luar kamar karena mendengarku masih terjaga.
Aku terdiam seraya bangun pelan pelan dan mengambil buku pengetahuan di atas meja. Lebih baik membaca buku dari pada diam tak bisa tidur.
Aku menikmati waktuku dalam membaca buku ku kali ini, sampai aku tak menyadari bahwa kini jam menunjukan pukul satu dini hari.
Buku tebal berisi tentang medis pemberian kakek itu sudah selesai ku baca sampai habis. Ku gosok gosok mataku yang terasa perih, lalu menyimpan buku tersebut kembali ke atas meja dan bersiap untuk tidur.
Dan syukurnya aku dapat tidur dengan tenang hingga matahari kembali terbit dari persembunyiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
icha.sunflower
syedih
2020-07-08
1
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
hi thor..
cerita nya baguuus..
aq mampir bawa boomlike, komen dan rate5..
feedback cerita ku yaa..
When Kama Meet Sutra..
ditunggu kunjungan nya readers.. 🤗
2020-06-07
0
TereLea(♥ω♥ ) ~♪
maaf kak ga bisa komen d setiap episode.. tp aku like smua ko.. bisa di cek 😉
2020-04-14
0