Alard menatap amplop yang masih tertutup rapat.
Kay tidak berani membuka atau bertanya pada dokter tadi apa hasilnya.
Perlahan Alard membuka penutup amplop dengan sedikit menahan napasnya.
Sudah tidak terhitung berapa kali Raimond company mengikuti tender, perasaan Alard biasa saja.
Kalah atau menang sudah hal yang lumrah karena, begitulah yang namanya bisnis.
Sangat berbeda untuk kali ini, walaupun Alard sudah memprediksi apa hasilnya, tidak bisa dipungkiri jika dadanya juga berdebar-debar.
Mengingat kedatangan bocah itu kemarin, seakan dia sedang berkaca menatap dirinya sendiri. Hanya pantulan yang di tampilkan dalam bentuk kecil.
Alard membaca dengan teliti, jauh lebih hati-hati dibandingkan ketika mengajukan kontrak kerja sama.
" Sembilan puluh sembilan persen, hubungan antara ayah dan anak. Jadi dia memang putraku "
Alard berbicara dengan suara yang dalam, wajahnya sulit diartikan.
Antara bahagia, sedih dan dahinya sedikit berkerut.
Alard segera berdiri.
" Ikut aku ! "
Kay mengikuti langkah kaki bosnya dari belakang.
Dia tidak tahu tujuannya kemana, hanya saja perasaannya mengatakan kalau Alard akan mengajaknya kesekolah anak itu.
Gocha.
Tebakan Kay benar, saat ini keduanya sudah duduk di ruangan kepala sekolah sembari menatap lembaran kertas formulir ketika Bella mendaftarkan putranya.
Semua Alard baca dengan cermat, pantas saja dua bulan setelah kejadian malam itu Kay mencari Bella kesana kemari tidak bisa menemukan bayangannya, ternyata dia melarikan diri.
Bibir Alard sekilas bergerak miring ketika netra-nya melihat di kolom nama ayah kosong.
Kay tidak berniat untuk mencari tahu keberadaan Bella pada keluarganya, karena jika mereka tahu Kay mencari Bella. Pasti Keluarganya akan meminta imbalan lebih.
Kekuatiran Alard jika malam itu berbuah bukan tanpa alasan, pertama sekali dia melakukannya dan sayangnya dengan perempuan yang sama sekali tidak diketahui. Alard tidak mau garis keturunannya akan hidup sembarangan di luaran sana.
" Bapak kepala sekolah, bisa kami membawa pulang Biru "
" Tapi anak-anak tidak di izinkan di jemput jika bukan oleh orang tua atau wali yang sudah tertera disini "
Kepala sekolah menunjuk formulir yang sudah Alard kembalikan sembari menatap Alard yang cuma tersenyum samar.
" Saya ayahnya Biru, bagaimana bisa anda mengatakan saya tidak boleh membawa pulang putra saya sendiri "
Kepala sekolah salah tingkah.
" Baiklah, sebentar ! Saya akan menghubungi wali kelasnya "
Hanya berselang sepuluh menit, Biru sudah berdiri di depan Alard dan Kay.
" Kau tidak ingin menyapa Daddy-mu ? "
Alard sedikit kaku, bagaimanapun dia belum terbiasa untuk tiba-tiba memiliki seorang putra.
Biru segera melompat ke arah Alard, Alard yang belum siap menerima serangan pelukan dari Biru, sedikit terhuyung ke belakang.
" Aku merindukan saat seperti ini sudah sangat lama Daddy " Biru menciumi kedua pipi Alard.
Alard hanya memeluk dan mengusap kepala Biru dengan suara yang tercekat di tenggorokan.
Sangat sulit untuk di keluarkan.
Kay sendiri juga merasakan perasaannya yang sedikit haru.
Ibunya Alard, sampai mengembuskan napas terakhir kerena sakit kanker otak yang menggerogoti tubuhnya. Ingin melihat Alard menikah dan memiliki seorang anak, tapi Alard tidak bisa memenuhi keinginan ibunya. Dan sekarang, cucu yang diharapkan ibunya sudah ada tetapi ibunya yang sudah tidak ada.
" Maukah kamu mengajak Daddy berkunjung ketempat dirimu dan ibumu ? "
" Tentu saja Daddy "
Kay berjalan ke dapur berniat membuatkan minuman untuk Alard dan Biru ketika mereka bertiga sudah sampai di dalam apartemen yang Bella tempati.
Alard menatap sekeliling ruangan tetapi dia tidak mengatakan apapun.
" Bagaimana bisa kamu menemukan Daddy ? "
Alard mengikuti Biru melangkah kedalam kamarnya untuk mengganti seragam sekolah di dalam kamar mandi, Alard menatap bayangan Biru dalam diam.
Bagaimana putranya di didik dulu, didepan ayahnya sendiri dan dia juga belum genap berusia enam tahun tetapi malu untuk memperlihatkan tubuhnya lagi.
" Mencari melalui pencocokan wajah, banyak yang hampir sama, tapi hatiku mengatakan tidak.
Sampai aku bertanya pada ibu, dari tempat ibu mendesain pakaian, kami bisa melihat gedung kantor milik Daddy.
Aku mencoba mencari foto Daddy di profile perusahaan Daddy, selanjutnya...."
Biru menaikkan kedua bahu kecilnya.
Alard benar-benar tidak menyangka jika bukan hanya DNA saja yang menunjukkan Biru adalah putranya, kecerdasannya juga.
Alard kecil melewati masa pendidikannya dengan cara melompat beberapa tingkat, makanya Papa dan Kakeknya lebih memilih Alard untuk memimpin perusahaan dari pada sepupunya yang lain.
" Kau pernah bertanya kepada ibumu bagaimana kau ada di dunia ini ? "
Alard tidak ingin menutup-nutupi, Biru anak yang istimewa dan Alard juga sangat yakin jika Biru bisa diajak untuk berbicara seperti orang dewasa.
Biru menganggukan kepalanya.
" Aku pernah bertanya kepada Mommy, tetapi Mommy tidak tahu.
Sejak saat itu aku tidak bertanya lagi karena aku tidak mau melihat Mommy bersedih, aku sangat mencintai Mommy "
Alard menghela napas pelan.
" Oke, boy, Kau berani sendiri ? Daddy masih ada hal yang akan Daddy selesaikan "
" Don't worry Dad, aku terbiasa sendiri dan aku bisa menjaga diriku "
Alard bangkit dari duduknya.
Brak.
Suara pintu terbuka dengan buru-buru.
Terlihat Bella dengan wajah yang cemas dan Kay yang menatap dengan wajah bersalah pada Alard.
" Tuan, anda ? Bagaimana bisa anda disini dan menjemput putraku di sekolah ? Apa anda tidak tahu betapa cemasnya aku ? Dan ada kepentingan apa tuan dengan putraku ?
Bukankah tuan rekan kerjanya tuan Luke ? "
" Tidak bisakah bertanya satu demi satu ? "
Alard memberi isyarat pada Kay agar membawa Biru keluar dari apartemen.
Apartemen yang Bella tempati tidak terlalu luas sehingga Alard kuatir Biru akan mendengar hal-hal yang belum patut di usianya yang masih kecil
Apalagi jika Biru mengetahui kehadiran dirinya di dunia ini karena sebab yang bagaimana.
Kay menggandeng tangan Biru untuk membawanya keluar.
" Mau anda bawa kemana putraku ? "
Bella mencekal satu pergelangan tangan Biru.
" Maaf Nona, saya hanya membawa Biru ke supermarket bawah, agar Nona dan Tuan bisa berbicara dengan leluasa "
Kay menjawab sopan.
" Mom, aku hanya ingin makan es krim di bawah. Mommy bicaralah dulu dengan Daddy ! "
Biru melirik ke arah Alard yang sudah mencari tempat duduk yang nyaman di ruang tengah apartemen Bella.
" Daddy ? "
Mata Bella mendelik tidak percaya menatap Alard.
Biru mengangguk lalu keluar bersama dengan Kay, meninggalkan Bella dan Alard berdua.
" Maaf Tuan, Biru cuma sedang bercanda."
Bella tersenyum canggung.
Bagaimana bisa pria seperti Alard menjadi ayah dari putranya.
" Dia tidak sedang bercanda, saya memang Daddy-nya "
Alard menatap dalam wajah Bella yang terkejut.
Bella menggeleng gelengkan kepalanya.
" Saya mohon tuan, jangan bercanda ! Saya dan tuan tidak saling mengenal.
Dan kita bertemu cuma tadi malam, itu juga hanya sesaat. Anda tidak mungkin menjadi Ayah putraku, dia milikku "
Bella benar-benar merasa panik, pria seperti Alard mengklaim Biru sebagai putranya ? Itu adalah mimpi buruk.
" Bacalah ! Saya tidak bercanda, itu hasil tes DNA Biru dan saya "
Alard menyerahkan lembaran kertas yang menunjukkan bahwa Biru benar- benar putranya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Riska Wulandari
emaknya aja g tau siapa bapaknya,,🤭🤭
2022-01-16
0
Memi kasim
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-01-09
0
Agus Artha Sudrajat
huffft merinding.. oenulis cermat membawa perasaan.. bagus nya nasib bella
2021-12-11
1