Kehilangan

Saat ini keluarga besar sudah mulai pulang satu-persatu. Tapi tidak dengan Gio, dia masih bersimpuh di atas pusara kakak kembarnya.

Seperti belum bisa menerima kenyataan, Gio tidak percaya akan secepat ini berpisah dengan Geovanni.

Selain memiliki kemiripan yang sangat identik, mereka juga memiliki banyak kesamaan sifat, dan selalu kompak mendukung satu sama lain, inilah membuat Gio benar-benar kehilangan.

Mungkin satu-satunya perbedaan antara Geo dan Gio adalah bagaimana cara mereka menjalin hubungan dengan wanita.

Jika Geo adalah pria penyayang, Gio pun begitu. Bedanya Geo memilih satu wanita untuk menitipkan hatinya, sementara Gio mengumbarnya ke setiap kaum hawa yang dia temui.

Sean berjongkok di samping Gio.

"Ayo kita pulang, Bro. Kau tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan, semua itu hanya akan membuat Geo terluka melihat kesedihanmu dari sana. Ingatlah, saat ini Geo sudah tenang. Semua rasa sakitnya kini sudah sembuh, dia sudah terbebas dari penderitaannya," ucap Sean pelan sambil menepuk bahu sepupunya itu.

"Kau tidak mengerti apa yang aku rasakan, Sean. Kami sudah bersama sejak masih dalam kandungan, kami selalu melakukan apa pun bersama-sama. Dan mengapa bukan aku saja yang harus menderita penyakit langka itu? Mengapa harus Geo?" ratap Gio pilu.

"Aku tahu sakit yang kau rasakan kawan, karena aku pun merasa kehilangan. Tapi apa kau ingin Geo menjadi sedih karena melihatmu seperti ini, biarkan dia tenang di sana. Percayalah, dia akan tersenyum saat melihatmu tersenyum bahagia. Begitu pun saat kau sedih, dia pasti akan teriris melihat keterpurukanmu."

"Ayolah, kita harus pulang. Ingatlah, kau ini laki-laki." Sean berdiri lalu memapah sepupunya itu untuk dibawa pulang.

Dengan enggan Gio pun melangkah. Namun, setiap satu langkah dia akan menoleh ke belakang, mencoba menyakinkan hati bahwa kakaknya sudah tenang di tempat peristirahatannya.

***

3-hari kemudian.

Hari bersejarah yang paling dinanti Luna akhirnya tiba, dia sudah resmi meraih gelar sarjana jurusan fashion design, bahkan mejadi lulusan terbaik di fakultas nya.

Namun, rasanya tidak ada yang spesial hari ini, bahkan terlihat biasa saja. Luna kembali ke rumahnya dan malah disambut pertengkaran besar antara papi dan ibu tirinya.

"Nah, itu anak durhakamu itu sudah pulang! Kalau saja kau bisa mengaturnya, keluarga kita tidak akan kesusahan seperti ini. Tuan Daniel sudah berjanji untuk membebaskan semua hutang-hutang kita, jika dia bersedia menjadi istri Tuan Daniel!" seru ibu tiri Luna. Wanita ini menunjuk Luna dengan sorot mata berkilat.

Luna yang baru saja datang menjadi kesal. Apalagi ibu tirinya itu malah mengkambing-hitamkan Luna, atas kesalahan yang dibuatnya sendiri.

"Apa? Hutang-hutang kita? Semua ini adalah hutang-hutangmu. Dasar perempuan tidak tahu diuntung! Apa kau lupa? Semua yang kau habiskan di casino adalah harta peninggalan mommyku!" balas Luna tak kalah sinis.

"Luna, jangan mulutmu! Bagaimanapun ibumu sudah menyesali perbuatannya. Bicaralah selayaknya seorang anak, apa kau dibesarkan untuk membentak orang tua!" seru Tuan Mailor.

Begitulah sikap papi Luna, dia selalu membela apa pun yang dilakukan istrinya. Bahkan dia setuju saja saat istrinya ingin menjodohkan Luna dengan seorang pria tua yang mata keranjang.

Luna menggelengkan kepalanya, dia benar-benar kecewa dengan sikap Papinya. "Pi, apa Papi tidak malu masih menyebut diri Papi sebagai orang Tua? Setelah Papi berniat menjualku kepada Daniel yang sudah bau tanah itu?"

"Ingat, Pi. Perempuan ini tidak akan pernah berubah. Coba papi ingat berapa ratus kali ucapan penyesalan itu keluar dari mulutnya setelah dia kalah di casino. Tapi apa yang terjadi esok hari, dia masih akan pergi lagi dan lagi, sampai akhirnya semua harta peninggalan mommy habis. Aku yakin, jika Papi tidak memiliki harta peninggalan mommy, wanita ini tidak pernah mau menjadi istri Papi," desis Luna dengan menahan emosi.

Bagaimana pun Luna memang tidak pernah bicara dengan nada tinggi kepada Papinya. Rasa hormat dan kasih sayang seorang anak tidak akan pernah hilang, yang Luna inginkan hanyalah kesadaran Papinya, agar melepaskan ular besar yang selama bertahun-tahun melilit leher Papinya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

ya Luna orgnya mandiri..tanggap dan respon dgn keadaan bkn spt papinya kyk kebo dicocok hidungnya...si sundel aja jual diri sm tua bangka daniel kan beres...bisa sepuas2nya main judi di casino dono dan indro

2022-06-16

1

Siswati Endang

Siswati Endang

kasiannya Luna gak tau Geovanni dah meninggal 😭

2022-05-29

0

Siti Aisyah

Siti Aisyah

sdh ngerti sekarang thor, dgn cerita nya...

2022-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!