"Sepertinya mereka berhasil mengingat wajahku." Rin membalik-balik halaman koran.
"Organisasi mereka pasti sudah bergerak karena tiga cabangnya sudah hancur... Bahkan di kota yang sama. Belum lagi aku mendapat informasi tentang Organisasi itu dari menejer toko, katanya terdapat obat yang bisa membuat awet muda." Lanjut Rin sambil berpikir keras.
Pagi hari setelah polisi berhasil menggrebek pembuat baju perang laser, beritanya dimuat di mana-mana. Di koran, di majalah, di televisi, di laptop, di handphone, bahkan spanduk di jalan...
“Alat Besi Yang Luar Biasa.” Begitulah judul utama dalam koran pagi... Rasanya judul itu kurang cocok...?
"Seorang pria 30 tahuan melapor tempat kejadian, identitasnya tidak di ketahui dan sekarang masih di selidiki... Astaga Rei, kau sudah jadi om-om rupanya." Rin membaca halaman koran yang paling depan tentang penggrebekan di toko baju itu.
"Itu nggak penting, pokoknya lapor kan? Sekarang yang harus di khawatirkan adalah mungkin mereka sudah tau identitas kita, jadi pasti tak lama lagi akan tertangkap. Kita mau apa? Pindah rumah?" Rei bertanya sambil melempar kacamata besi ke kasur.
"Yeah, mau bagaimanapun juga pasti tertangkap dalam waktu dekat ini... Jadi kita harus membuat senjata baru untuk meloloskan diri dari penjahat. Bagaimana kalau alat setrum kejut bertegangan listrik, atau sayap lipat untuk melarikan diri..." Rin bergumam sambil membuka laptopnya.
"Alat setrum sih mungkin bisa, tapi kalau sayap mungkin tak bisa. Alat yang bisa terbang sampai saat ini nggak hanya pesawat dan helikopter." Ujar Rei, dia berjalan ke arah kotak dan membuka kotak besar yang ada di kamarnya itu.
Isi kotak itu berbagai macam alat untuk membuat perlengkapan rahasia. Banyak sekali kabel, baut, sekrup, dan lain-lain di dalamnya. Rei mengambil sebuah steker listrik... Tenang saja, kami akan jaga keselamatan dalam percobaan alat baru.
"Aku akan melindungi mama kalau misalnya terjadi sesuatu." Ujar Rei, dia mulai merakit alat setrumnya... Mungkin dalam bentuk yang sangat kecil.
"Iya, aku juga pasti akan melindungi mama. Kubuatkan alat terbangnya yah." Rin ikut mengambil alat dan bahan yang ada di kotak, kamar Rei.
"Bagaimana cara membuatnya?" Rei bertanya sambil mendekati Rin, merasa penasaran.
"Mudah saja, pesawat dapat terbang karena perbedaan tekanan udara. Sayap pesawat di buat bagian atas melengkung dan bawahnya datar agar terjadi perbedaan tekanan pada bagian atas dan bagian bawah sayap. Dan kita bisa saja menambah alat bantu agar dapat terbang seperti roket, dengan begitu aku jamin kita bisa terbang di langit." Jelas Rin panjang lebar... Maklum, anak genius.
"Benar, adikku memang hebat. Tapi di semester ini kau harus mengalah agar aku yang menjadi juara umum, semester sebelumnya kan kamu... Entah bagaimana otakmu lebih encer dariku." Rei mengacak acak rambut Rin dengan getir, aku ingin kita selalu kembar. Rin kelihatan setuju-setuju saja, tak ada masalah tentang juara umum.
Mereka mulai merakit dan membuat alat rahasia itu...
Dilain pihak, anak buah Presdir Akira sedang mengintai Rei dan Rin...
"Anak-anak itu sedang membuat mainan?" Tanya seorang pria bertopi hitam yang waktu itu, ia mengamati Rei dan Rin dari jendela kamar Rei menggunakan teropong.
"Hoo... Sepertinya tidak, mereka mungkin sedang bersiap-siap melawan kita. Andaikan mereka ketahuan menghancurkan sebuah Organisasi misteri lagi, maka kita tangkap mereka." Jawab temannya yang juga sedang mengamati dari teropong.
"Makan malam sudah siap, Rei, Rin ayo makan." Kaoru memanggil Rei dan Rin dari ruang makan di lantai 1.
"Iya." Jawab Rei dan Rin dari lantai 2, mereka segera menuruni tangga. Saat itu Rei dan Rin sudah selesai membuat dua senjata baru itu.
"Bagaimana sekolah kalian?" Tanya Kaoru saat Rei dan Rin sudah duduk di kursi meja makan.
"Cukup menyenangkan." Jawab Rin sambil mengambil piring yang ada di depannya.
"Ohh.. sekolahnya membosankan." Jawab Rei, dia mulai memakan makanannya.
"Jangan lupa gosok gigi kalau mau tidur, ya." Pesan Kaoru pada Rei dan Rin setelah makan malam.
"Iya ma." Rei dan Rin menjawab serentak, kemudian kembali naik kelantai 2.
"Kita diperlakukan seperti anak kecil." Rei menggerutu saat menaiki tangga.
"Memang anak kecil, itu wajar saja kan? Berarti mama sayang kita. Anak laki-laki memang tidak peka." Ujar Rin sambil menaikkan dagunya, setidaknya aku berpikir lebih logis dari Rei.
Mereka kembali ke kamar masing masing. Rin membuka laptopnya setelah sampai dikamar. Dia mencari berita tentang obat awet muda yang dikatakan menejer toko baju waktu itu.
"Obat awet muda...? Aneh sekali, berarti mungkin saja toko obat... Di kota ini ada lebih dari 20 toko obat... Belum lagi kalau ternyata bukan di kota ini... Benar-benar merepotkan." Rin menggerutu, matanya bergerak ke atas dan ke bawah melihat data-data di laptopnya.
Keesokan harinya, saat Rei dan Rin pergi ke sekolah...
"Kau mendapat informasi tentang obat itu?" Tanya Rei sambil berjalan memasuki gerbang sekolah.
"Enak ya, kau hanya terima bersih saja dan aku terus yang mencari informasi. Kakak apaan kau ini. Belum dapat, harus di selidiki satu per satu dong, informasi tentang obat itu sangat sedikit." Jawab Rin sambil mengerutkan kening.
"Hei, obat apaan sih?." Terdengar suara Nico dari belakang Rei dan Rin, sepertinya dari tadi dia menguping pembicaraan Rei dan Rin.
"Kau mencuri dengar ya? Nggak boleh, ini rahasia." Rei menjawab dengan datar, misi kami tak ada hubungannya denganmu.
"Hmm... Tadi Rei ambayen, dia mau obat ambayen tapi nggak ketemu-ketemu. Dia nggak mau ketahuan siapa-siapa, jadi rahasia ya." Rin berbisik di telinga Nico, berbohong untuk mengelabuhi.
"Puh... Begitu ya, mau aku bantu nggak?" Nico berusaha menahan tawa, apa-apaan berita lucu ini.
"Boleh saja, kalau mau konsultasi kau bisa cari aku, mungkin di kantin sekolah." Rin balas melambai tangan pada Nico yang segera berlari masuk ke dalam sekolah.
"Apa yang kau katakan padanya?" Rei menatap Rin dengan curiga.
"Ahh, nggak penting kok, hanya basa-basi agar dia tidak mengikuti kita terus." Kata Rin sambil mengangkat bahu.
Mereka masuk ke kelas 2A, dan memulai pelajaran seperti biasa. Pagi ini pelajaran olahraga dulu, yang laki-laki praktek main sepakbola, yang perempuan praktek main voli.
"Hei Rin! Aku sudah dapat informasi obat itu!" Seru Nico sambil berlari menghampiri Rin, mereka beda kelas tapi sekarang praktek olahraga bersama.
"Kan aku bilang saat di kantin saja bahasnya." Rin mengerutkan alis, terlihat kesal.
"No! Aku nggak tahan menunggu jam istirahat. Nih, dengarkan, ada toko obat ambayen di kota Himegami, tepatnya di samping SPBU dekat pemakaman umum. Pemiliknya adalah seorang wanita umur 40 tahunan tapi kelihatan sangat muda dan cantik. Roman wajahnya seperti gadis umur 18 tahun lho! Dia sangat ramah, tapi toko obat itu sepertinya masih ada bos lain, katanya itu toko yang di kembangkan sampai luar negeri, pokoknya toko obat yang bagus." Nico menjelaskan dengan cepat.
Rin langsung terlihat senang, "Benarkah? terimakasih, kamu dewi penolong!" Ujar Rin sambil menggenggam tangan Nico. Nico sedikit terkejut tapi terlihat sangat senang.
"Boleh aku minta hadiah pada Rei?" Tanya Nico... Rupanya harus di beri imbalan juga.
"Boleh, kau boleh satu hal pada Rei, apa saja dan akan aku minta dia mengabulkan nya." Jawab Rin dengan mantap, yang kena batunya kan Rei.
"Oke! Akan kupikirkan, sampai jumpa Rin!" Seru Nico dan dia pergi sambil melambai, sepertinya dia pergi mencari Rei...
"Jadi begitu, kau memanfaatkan aku." Rei muncul dari belakang Rin dengan dahi di lipat, sepertinya Rei mendengar semuanya dari tadi.
"Bagus kan? Itu sebuah informasi." Ujar Rin dengan serius, mengabaikan tampang tidak suka Rei.
"Bagus di mananya? Obat ambayen kok... Ohh iya! Awet muda! Dia tua tapi terlihat masih muda, itu informasi yang bagus sekali!" Rei berseru paham, rupanya ada hikmahnya juga.
"Jangan berteriak-teriak tentang itu di sekolah." Ujar Rin sambil mengamati sekeliling, untung teman yang lain tak mendengarkan.
"Ahh... nggak sabar ingin cepat-cepat pulang ke rumah..." Rei mengeluh saat jam pelajaran terakhir, terkesan lama sekali.
"Sabar, saat di rumah juga harus di selidiki dulu, siapa tau bukan itu juga." Rin mencatat catatan yang ditulis ibu guru dipapan tulis.
"Yeah, hei, tadi Nico memintaku pergi ke taman hiburan yang baru buka saat hari minggu, berdua aja." Rei berbisik kepada Rin.
"Bagus kan? Temani saja." Rin balas berbisik, masih sibuk menulis catatan.
"Yang benar saja, itu namanya kencan, kencan! Masa aku kencan sama cewek yang nggak ada cantik-cantiknya seperti dia?" Rei mengerutkan alis sambil menepuk pelan meja tempat duduk mereka.
Nico memang tidak cantik, matanya bulat besar (belo) dengan rambut pirang bob ala preman kampung, alis dan bibir datar serta hidung pesek dan badan pendek. Nico memang anak yang terkenal nakal di kelas 2F, orang tak mau bermain dengannya, temannya sangat sedikit.
"Pokoknya kau harus pergi. Janji tetaplah janji." Rin berbisik dengan tegas.
"Tega kau ya." Rei menutup mukanya dengan buku tulis, tak berselera mencatat pelajaran, tinggal contek saja catatan Rin di rumah.
Kring!! Bel pulang berbunyi, siswa-siswi SD kelas 1 - 6 berhamburan keluar gerbang sekolah.
"Berdiri, beri salam! Selamat siang bu guru!" Murid-murid kelas 2A juga sudah pulang, Rei dan Rin berjalan pulang bersama.
"Hei Reii! Jangan lupa hari Minggu!" Nico berlari melewati Rei sambil melambaikan tangan. Dia seperti selalu berlari-lari di sekitar Rei dan Rin.
"Iya, iya... Ingat kok, membekas sekali di otak." Rei balas melambaikan tangan dengan setengah hati.
Rei dan Rin sampai dirumah, mereka melakukan kegiatan biasa: ganti baju, makan, kerjakan PR, lalu segera pergi ke kamar Rin untuk mencari informasi lewat laptop. Rin membuka laptopnya dan menyelidiki data pemilik toko obat di kota Himegami itu.
Pemilik toko obat itu bernama Izumi, seorang wanita berumur 43 tahun, dengan ciri berambut merah muda panjang dan bergelombang, hidung mancung, serta mata bewarna kuning. Keluarganya tampak masih muda walau sudah berumur. Suaminya seperti berumur 20 tahun, usia sebenarnya tidak di ketahui. Sepertinya Izumi memiliki seorang kakak.
"Tidak salah lagi, sekeluarga awet muda semua. Pasti itu salah satu cabang Organisasi." Rin berkata sambil terus melihat layar laptop.
"Benar kan? Yuk, kita hancurkan semua obat awet muda ciptaan Organisasi misteri itu. Bukankah mereka seperti pepatah apel emas? Mereka memang berkilau tapi isinya hanya apel busuk." Ujar Rei, berlagak tahu betul dengan pepatah itu.
"Oke, ayo kita siapkan alat-alat untuk menyusup ke dalam toko obat itu." Rin menutup laptopnya, Rei bergegas pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.
Ini dia misi keempat mereka! Ayo hancurkan toko obat itu dan buka kedok di balik wajahnya yang awet muda!
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
R_
(・–・;)ゞ💗
2022-01-11
6
~🌹eveliniq🌹~
semangat Thor lanjut
2021-11-20
0
NoHand
biar lambat asal ada
2021-11-15
0