Tap! Tap! Tap!
Kaoru berlari dan terus berlari, menjauh dari vila Organisasi tersebut. Kaoru tentu saja tidak mungkin pulang ke rumah, kalau pulang pasti dibawa lagi oleh kakaknya ke Organisasi itu...
Kebetulan melintas sebuah kereta kuda pengangkut sembako yang akan pergi keluar ke kota yang jauh.
Kaoru menumpang kereta kuda itu, Kaoru sempat mengambil uang dalam pakaian Presdir Akira... Pencuri? Tidak apa-apa, anggap saja bayaran...
Kemudian, pergilah Kaoru mengembara dari satu kota ke kota yang lain, terus lurus, jauh dan jauh, membiayai segala kebutuhan dengan uang itu.
Dan ketika Kaoru merasa sudah sangat jauh, Kaoru berhenti menumpang kereta kuda itu.
"Terima kasih banyak tuan telah membantu saya selama ini, mohon terima sedikit imbalan dari saya." Kata Kaoru pada pengemudi kereta kuda seraya memberikan uang.
Tibalah Kaoru pada sebuah kota yang sudah cukup maju, berbeda banding kota tempat ia tinggal dulu.
Disana banyak berdiri rumah-rumah dari beton, toko sembako di sepanjang jalan, tokoh obat, apotek dan rumah sakit.
Disana, mobil melintas lalu-lalang, hampir sebagian penduduk di tempat itu memiliki mobil yang katanya memiliki harga 300 juta pada waktu itu.
Terpasang palang ‘Fuka Drive’ pada pintu masuk kota, sepertinya ‘Fuka Drive’ adalah nama kota itu... Atau nama jalannya? Siapa peduli, sekarang itu tidak penting.
"Kak Akai..." Gumam Kaoru dengan perasaan sesak, hatinya sangat sakit. Apakah Kak Akai akan mencarinya? Apakah Kak Akai akan tetap menerimanya walau sudah ternodai?
"Bagaimana aku bisa tinggal disini? Menyewa rumah? Tapi uang..."
Kaoru merasa dirinya bodoh sekali, mengapa dia tidak mengambil lebih banyak uang sebelum meninggalkan Organisasi itu.
Akhirnya Kaoru berjalan-jalan disepanjang Fuka Drive, berharap menemukan sebuah keajaiban, bagaimana caranya agar dapat bertahan hidup dalam masyarakat perkotaan seperti ini?
Kaoru hanya seorang gadis desa, sangat sedikit bergaul dengan orang-orang, dunianya hanya seputar Kak Akai, Toru, pacar Toru, rumahnya, dan hutan tempat mencari bunga...
Keberuntungan berpihak pada Kaoru, dua menemukan sebuah ‘rumah tua kecil’ yang tak berpenghuni.
Kaoru bertanya-tanya kepada penduduk yang lewat dipinggir jalan tentang rumah itu...
"A—anu... Apakah rumah ini ada pemiliknya? Bolehkah aku—emm... Sedikit berbincang dengan pemiliknya..."
Kata penduduk setempat, rumah itu milik ‘Presdir Fuka’, tapi sudah tidak ditinggali selama lebih dari 5 tahun. Katanya Presdir Fuka pindah ke luar negeri dan sekarang tinggal di Negara Swiss.
"Swiss? Tempat apa..." Tanya Kaoru, dengan sangat bingung, "Apakah—aku bisa memakai tempat ini untuk tinggal sementara?"
Diluar dugaan, penduduk itu bilang ‘boleh’, mereka semua mengenal Presdir Fuka, tentu saja karena kota ini milik Presdir Fuka. Katanya, mereka akan meminta izin untuk Kaoru.
"Terima kasih banyak Tuan." Kata Kaoru pada penduduk itu dengan ekspresi riang, merasa sangat senang dengan jawaban itu.
Cklek!
Kaoru masuk ke dalam rumah tua itu. Disana sangat berdebu, banyak jaring laba-laba, dan meja kursinya sudah lapuk di makan rayap.
"Tidak apa-apa, dengan sedikit perbaikan, rumah ini akan menjadi istana," Kaoru menyemangati dirinya dalam hati, "Mari mulai bersih-bersih, tidak boleh berhenti sebelum semuanya beres!"
Setelah bersih-bersih selama lebih dari 2 jam, tubuh Kaoru terasa sakit dan pegal, "Aduh... tahan, tahan..." Keluh Kaoru dalam hati, "Sudah mendapatkan tempat berteduh, bagaimana untuk mendapat uang? Adakah lowongan kerja disini?"
"Ugh... Yang dilakukan pria itu dari malam sampai pagi... Sekarang masih sakit... Semoga tidak terjadi apa-apa..." Gumam Kaoru dengan kesal, mengutuk pria itu dalam hatinya.
Setelah berisitirahat puluhan menit, Kaoru kembali pergi berjalan-jalan ke dalam kota Fuka Drive, bertanya dari orang ke orang, rumah ke rumah, toko obat, pabrik makanan serta pekerjaan serabutan lain.
Tapi tak ada yang mau mempekerjakan gadis yang asal usulnya tidak jelas. Dulu, Kaoru berhenti sekolah untuk mencari uang... Jadi, pendidikannya hanya sampai SD.
Kemudian tibalah dia pada sebuah puri yang megah, air mancur jernih terjejer dengan bagusnya di sepanjang taman, banyak turis yang sedang berwisata menginap di tempat itu.
Kaoru bertanya, ‘adakah pekerjaan yang dapat ia lakukan’. Kemudian datang seorang pria paruh baya, mungkin sekitar 30 tahunan, dari dalam puri mewah tersebut.
"Ada lowongan pekerjaan Sekertaris, kau mau bekerja disini?" Tanya pria paruh baya itu pada Kaoru.
"Ehh—anu... Tapi saya tidak mengerti pekerjaan Sekertaris, lagipula soal pendidikan, Tuan akan menolak..." Jawab Kaoru dengan ragu-ragu.
"Tidak apa, kau sangat cantik. Bukankah Sekertaris harus cantik dan menarik?" Kata Yuki pada Kaoru, mengulurkan tangannya, "Ohh iya, namaku Yuki... Salam kenal, aku pemilik tempat ini."
"Nama saya Kaoru, kalau Tuan berkata begitu... Saya akan menjadi sekertaris Tuan." Sahut Kaoru sembari menjabat tangan Yuki.
Dan mulailah Kaoru bekerja sebagai Sekertaris Yuki... Kaoru di bawa keliling puri, ternyata isinya lebih megah dan mewah dari bayangan Kaoru.
"Hari ini cukup lihat saja dulu, besok kita baru mulai bekerja." Celetuk Yuki pada Kaoru, baru saja selesai mengantar Kaoru berkeliling.
Akhirnya Kaoru pulang ke rumah tua Presdir Fuka, hatinya senang sekali... Ternyata dalam masyarakat perkotaan banyak sekali orang baik yang mau menolongnya...
Dan dimulailah kehidupan sebagai Sekertaris, pada puri Yuki... Pekerjaan Kaoru sungguh ringan, malah, itu bukan pekerjaan Sekertaris. Kaoru hanya membuatkan kopi atau membawakan berkas untuk Yuki.
Kaoru melakukan pekerjaan sebagai sekertaris Yuki sudah lebih dari tiga bulan. Gaji Kaoru pun mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Suatu ketika, Kaoru sampai di rumah, ia duduk pada kursi yang sudah direnovasi... Kaoru merasa tak enak badan, ada yang berdenyut-denyut dalam perutnya dan semakin lama, tubuhnya semakin berat.
"Besok harus pergi ke dokter..." Pikir Kaoru sembari mengernyitkan dahi, tubuhnya semakin tidak sehat.
Keesokan paginya, dia pergi ke rumah sakit...
Setelah diperiksa, Kaoru dinyatakan hamil tiga bulan, itu adalah anak hasil pemerkosaan yang dilakukan Presdir Akira pada waktu itu.
Kaoru sangat terkejut, ia merasa sangat malu, apa kata orang bila mengetahui dia punya anak diluar nikah?
"Aku bisa menggugurkannya..." Batin Kaoru, berusaha menguatkan hati, tapi dia tidak tega, sama sekali tidak ingin membunuh anak yang tak bersalah ini... Apa yang sebaiknya dilakukan?
Dengan perasaan campur aduk, Kaoru pergi ke puri mewah untuk bekerja bersama Yuki. Kaoru mulai sadar, sepertinya pekerjaan ini adalah pekerjaan pelayan, bukan Sekertaris.
"Hei Kaoru, mungkin ini urusan pribadi, tapi kamu—hamil, ya? Perutmu semakin membesar sejak kita bertemu." Ucap Yuki pada Kaoru suatu pagi, "Kau sudah menikah? Siapa ayah anak itu?"
Muka Kaoru langsung memerah, Kaoru sangat malu, dia bungkam. Bagaimana menjelaskan tentang anak yang dikandungnya... Dia bahkan tidak kenal siapa ayah anak dalam rahimnya ini.
Yuki memperhatikan sejenak, merasa paham dengan apa yang terjadi, "Tidak apa-apa, aku akan melindungimu, akan ku-bayar biaya perawatan anak itu," Kata Yuki dengan penuh simpati pada Kaoru.
Kaoru mengangguk ia sangat berterima kasih kepada Yuki, dia sangat baik...
Kaoru memulai kehidupan baru yang menyenangkan. Penduduk di sana sangat ramah, saling bertegur sapa dan bersilahturahmi. Sama sekali tak mempermasalahkan anak dalam perut Kaoru, tak ada yang menghinanya.
Kini rumah tua yang ditempati Kaoru sudah ia renovasi, sekarang terlihat bagus, penduduk setempat berkerja sama memperbaiki tempat tinggal Kaoru.
"Nah, sekarang sudah aman, kau bisa terus tinggal disini, Nak Kaoru." Ujar Ketua Penduduk di Fuka Drive.
"Terima kasih Pak Ketua, maaf merepotkan," Sahut Kaoru, berterima kasih dengan sangat tulus pada penduduk itu, "Terima kasih juga kepada bapak-bapak sekalian yang ikut membantu dan juga para ibu yang menyiapkan keperluan saya."
"Tidak apa, kami akan melindungimu." Ucap Pak Ketua, disambut anggukkan setiap orang.
Kaoru tersenyum bahagia, merasa terharu, mereka begitu baik... Namun, bagaimana tidak? Kaoru sempat merasa curiga, bagaimana mereka bisa begitu baik kepada orang yang baru dikenalnya?
Ada sesuatu yang di sembunyikan penduduk kota Fuka Drive, mungkin saja mereka punya rencana jahat... Tapi Kaoru lebih memilih percaya, percaya semua yang dilakukan penduduk Fuka Drive adalah tulus untuk membantunya.
Sebulan kemudian, kecurigaan Kaoru terbukti...
Saat itu, Yuki mengatakan pada Kaoru bahwa ia harus keluar negeri untuk keperluan keluarga. Yuki meminta Kaoru untuk tinggal mengurus berkas-berkas dan dokumen puri.
Kaoru tanpa curiga menuruti perkataan Yuki... Yuki pun pergi, dia bilang akan kembali dalam seminggu.
Sehari setelah Yuki pergi, datanglah puluhan polisi ke puri itu. Mereka mengepung dan menyegel pintu keluar masuk.
"Pemilik puri, harap segera keluar! Anda ditangkap karena tuduhan penipuan dan pinjaman uang bank yang tak kunjung di bayar!"
Seorang polisi berkemeja abu-abu berteriak menggunakan pengeras suara, berjalan memasuki puri diikuti rombongan polisi bersenjata pistol.
Ketika melihat Kaoru di ruangan Yuki, polisi langsung menangkap Kaoru...
"Tidak, tunggu! Aku bukan pemilik puri ini, ini milik Yuki!" Seru Kaoru, memberontak saat ditangkap.
"Kami tidak percaya! Tunjukkan buktinya!" Bentak polisi berkemeja abu-abu itu.
"A—akan ku-telepon Yuki!"
Lalu Kaoru menelpon nomor Yuki, tapi nomor itu tidak terhubung...
Kaoru mencoba lagi dan lagi tetapi tidak tersambung. Kaoru menelan ludah, polisi itu langsung menyeret Kaoru masuk kantor polisi.
"Tidak, aku tak pernah meminjam uang di bank! Lepaskan!"
"Kalau ada bukti, Anda dapat dibebaskan." Sahut polisi itu dengan tegas.
Kaoru di bawa paksa ke kantor polisi dengan tangan diborgol. Kaoru di interogasi oleh inspektur polisi... Dan tiba-tiba ada telepon menggunakan hiden-id, alat canggih temuan Organisasi Sakaki yang saluran teleponnya tak dapat dilacak keberadaannya.
Tertuju untuk Kaoru... Inspektur asal saja melempar handphone dengan kasar ke arah Kaoru, "Angkat, itu untukmu."
Kaoru patah-patah meraih handphone itu dan mengangkatnya, "Halo Kaoru-ku yang manis." Sapa Yuki dari telepon.
"Yuki! Tolong aku, mereka ingin bertemu denganmu! Katanya kau meminjam uang dan melakukan penipuan!" Ujar Kaoru dengan panik.
"Ohh, iya aku lupa bilang padamu soal hal itu. Kau tanggung semua hutang dan tuduhan itu sebagai Sekertaris-ku. Aku memberikan semuanya padamu, sekarang kau yang bertanggung jawab." Celetuk Yuki, dengan nada yang sangat ringan.
"Tidak! Apa maksudmu? Katanya kau akan melindungi-ku!"
"Ohh, sebenarnya itu bohong," Sahut Yuki, "Ahh, aku sibuk, kau tanggung semuanya, sampai jumpa." Kemudian Yuki menutup telepon hiden-id nya.
Kaoru menjatuhkan handphone, semuanya bohong. Kebaikan yang dia berikan, semuanya bohong... Hanya untuk pemanfaatan, melimpahkan semua beban padanya.
Setelah itu, Kaoru dituntut perusahaan bank dan orang yang tertipu, mereka mengambil segalanya pada saat itu juga. Puri itu, pekerjaan Kaoru, harta benda serta semua uang yang Kaoru punya. Tak ada lagi yang tersisa.
Dalam keadaan hampa dan pikiran kosong, Kaoru berjalan pulang ke rumah tua Presdir Fuka.
Barang-barang di dalamnya memang diambil, tapi rumahnya tidak disita... Kaoru sudah tidak tahu lagi harus apa, tak ada pilihan selain pulang ke rumah tua itu.
Dan saat tiba di rumah tua, sudah berkumpul para penduduk, Ketua, dan orang berjas yang memakai kacamata hitam.
"Apa lagi sekarang?" Kata Kaoru dengan nada hampa, merasa sangat jengkel, apa lagi yang akan mereka perbuat? Apa ini belum cukup?
"Rumah ini milik Presdir Fuka, penjahat yang buron, namun dinyatakan telah tewas dalam sebuah kasus," Pria berjas hitam itu mulai berbicara, "Saat tewas, ia terkubur dalam misteri, orang yang menempati rumah ini adalah pembunuhnya yang juga sedang buron, Anda tahu?" Tanyanya, memasang posisi siap siaga, takut Kaoru membunuh salah satu orang di sini.
"Setengah ya, setengah tidak." Jawab Kaoru singkat, acuh tak acuh, merasa cerita itu tak ada hubungannya dengannya.
"Anda di tangkap sebagai tersangka kasus." Celetuk pria berjas itu.
"Bukankah itu tuduhan tak berdasar?" Kata Kaoru dengan nada menghina, cukup terkejut mendengar kata-kata itu, "Kau menangkap sembarangan orang yang hanya menumpang tinggal? Lucu sekali, menyebalkan sekali, dan bodoh sekali, kalian tidak profesional."
"Ini bukan tuduhan tak berdasar! Kami pasukan khusus yang sangat terdidik!" Bentak pria berjas hitam itu, merasa marah, "Kami selalu mengintai penduduk disini, menyelidiki seluk beluk keluarga mereka, menginterogasi setiap tahun."
"Mengapa Anda bisa tinggal disini? Apakah penduduk setempat tidak memberi tahu? Kalau mereka tidak memberi tahu, berarti mereka berprasangka bahwa Anda adalah penjahatnya." Tegas pria itu.
Kaoru memandang Ketua dan para penduduk dengan ekspresi muak, merasa sangat jijik dan eneg, perasaan aneh menyelimuti kepalanya, "Kalian menipuku..."
"Tidak, kami hanya ingin kebebasan, terima kasih Nak Kaoru." Kata Pak Ketua.
"Katanya kalian akan melindungi-ku..."
"Kami sudah melindungimu selama lebih dari empat bulan. Tidak ada yang abadi di dunia ini, sekarang kau yang harus melindungi kami." Sela seorang bapak, penduduk Fuka Drive.
Kaoru hanya bisa diam, hatinya sangat hancur. Bohong, benarkan, mereka hanya bohong.
Kebenaran itu rupanya menyedihkan sekali... Kaoru tak dapat lagi membendung air matanya, "Semua pembohong! Pembohong! Aku tak akan percaya siapapun lagi!" Isak Kaoru, merasa sangat sesak.
Kaoru dibawa pria berjas hitam itu, yang ternyata seorang agen FBI. Kaoru dijebloskan ke dalam penjara.
Blam!
"Kami akan mencoba mencari bukti, apakah Anda dapat dibebaskan atau tidak. Sekarang Anda ditahan untuk sementara, mohon bersabar." Ujar pria itu seraya mengunci pintu penjara.
Penjara itu dingin, sangat dingin. Kotor dan bau... Mungkin aroma mayat, ada yang pernah mati dalam penjara itu.
Hanya terdapat sebuah kasur dan sebuah WC di dalamnya. Sangat suram, tidak banyak orang orang yang ditahan di sana. Hanya beberapa, tentu saja dengan wajah tirus kurus kering karena kurang makan.
Tidak ada toleransi, walau Kaoru sedang hamil, sama sekali tidak diberi keringanan.
Akankah mereka menemukan buktinya? Mereka mana peduli... Hati Kaoru sudah terkoyak, menyimpan dendam dan amarah yang sangat besar. Benar, dia tak akan percaya siapapun lagi.
Lima bulan kemudian...
FBI berhasil membuktikan bahwa Kaoru tidak bersalah, tidak ada sangkut pautnya dengan Presdir Fuka yang tewas. Dan Kaoru akhirnya dibebaskan dari penjara.
Kaoru dibawa ke kota baru yang lebih aman, Nijitatsu, tempat yang bersih dan bebas dari tindakan kriminal.
Dia dibebaskan dari segala tuntutan, namanya dibersihkan dari segala kasus dan tuduhan. FBI itu melepaskan Kaoru, membiarkan Kaoru, tidak peduli lagi padanya.
Kaoru berjalan ke permukiman kumuh, menemukan sebuah gubuk tua yang tak berpenghuni.
Lalu tiba-tiba perutnya sakit sekali, Kaoru akan melahirkan anaknya. Kaoru melahirkan anak sendirian, tanpa bantuan siapa pun.
Kaoru melahirkan anak kembar Fraternal (satu laki-laki, satu perempuan).
Oek! Oek!
"Nama kalian adalah, Rei dan Rin..." Ujar Kaoru pada bayi kembarnya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
R_
(◍•ᴗ•◍)💗
2022-01-11
6
HIATUS
wah kak nagi juga suka anime jepang?
2021-11-29
2
HiaTus
kebayang di kepala lagi nonton anime
2021-11-23
1