"Jambret! Tolong!" teriak Tanisha saat baru sadar jika tasnya sudah digondol oleh dua pengendara motor tadi.
Tidak ada yang bisa menolongnya, karena memang keadaan jalan disekitarnya sudah mulai sepi. Bukannya mengejar, Tanisha malah duduk berjongkok seraya menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Dia menangis histeris dalam malam yang sunyi tersebut.
Hatinya merasa sakit untuk pertama kali dia rasakan. Bukan karena kehilangan benda berharganya yang berada di dalam tasnya tadi. Melainkan karena kehilangan sosok seorang pria yang berhasil membuat harinya lebih berisik dari biasanya.
"Sha...,"
Saat Tanisha menangis tersedu-sedu, ada sebuah tangan yang memegang bahunya. Tanisha tak kunjung merespon orang itu. Namun, saat mendengar suara yang begitu dia kenali dan begitu dia rindukan selama ini, Tanisha mengangkat wajahnya yang basah karena air mata. Tanisha tak percaya dengan apa yang dia lihat dihadapannya saat ini. Seseorang yang begitu teramat sangat dia rindukan selama ini.
Tanpa banyak kata, Tanisha langsung berdiri kemudian berhambur ke dalam pelukan orang tersebut. Memeluk tubuh orang yang sangat dia rindukan. Tangisnya kembali pecah, saya tangan orang itu melingkar di pinggangnya.
"Tenang, Sha. Semuanya udah aman," ucap Devan berusaha menenangkan gadisnya yang selama dua minggu ini ia tinggal dinas ke luar negeri. "Ini tasmu udah ada padaku," lanjutnya lagi seraya memperlihatkan tas milik Tanisha. Namun gadis itu tak mau melepas pelukannya pada Devan.
Ada rasa bahagia di hati Devan. Ini untuk pertama kalinya gadisnya itu memeluk dirinya dengan begitu erat. Padahal dirinya selalu khawatir saat setelah malam itu, dia tidak bisa menemui Tanisha secara langsung. Dan keesokannya, Devan diberi tugas oleh atasannya untuk meninjau perkembangan perusahaan yang berada di luar negeri.
"Sha, cukup nangis nya. Kemejaku jadi basah, nih! Emang, mau nyuciin?" goda Devan kemudian mendapat cubitan di perutnya.
"Nisha tuh, kangen sama Kakak," lirih Tanisha di sela tangisnya. Tangannya beberapa kali memukul dada Devan. Devan hanya tersenyum dan membiarkan gadisnya itu memukuli tubuhnya. Dia semakin mengeratkan tangannya di pinggang ramping Tanisha.
Setelah dirasa mulai tenang, Devan melepaskan tangannya dari pinggang Tanisha, kemudian membingkai wajah Tanisha dengan kedua telapak tangannya. Jemari Devan mengusap air mata yang masih mengalir di pipi gadis kelewat cantik tersebut.
"Jadi... Ada yang kangen nih, sama aku?" goda Devan seraya tersenyum penuh arti.
Sadar akan apa yang barusan ia lakukan, Tanisha langsung memalingkan wajahnya karena malu. Namun, hal itu belum sempat Tanisha lakukan. Karena Devan lebih dulu mencegahnya.
"Sha...," panggil Devan dengan nada yang begitu lembut.
Tanisha memberanikan dirinya untuk menatap Devan. Pria itu terlihat lebih tampan dari terakhir mereka bertemu. Ada rasa bersalah di hati Tanisha saya mengingat dirinya pernah menyiram Devan dengan jusnya dulu.
"Maaf, Kak," ucap Tanisha dengan suara lirih. Dia meminta maaf tentang kejadian beberapa minggu yang lalu.
Devan mengernyitkan dahinya, bingung dengan permintaan maaf karena apa yang dimaksud oleh gadisnya ini.
"Maaf untuk apa, Sha?" tanya Devan menatap lekat bola mata coklat milik Tanisha.
"Maaf, waktu itu aku menyiram Kakak dengan jus jambu ku. Tapi aku nggak akan bersikap seperti itu, jika Kakak tidak bersikap kurang ajar padaku." Tanisha menjelaskan tentang alasan dia menyiram Devan dengan jus jambu nya.
Devan tertawa mendengar penjelasan dari Tanisha. Sudah dia duga, kalau gadisnya itu marah karena dirinya mencium tanpa aba-aba terlebih dahulu.
"Lalu, ini?" tunjuk Devan mengarah ke bawah memperlihatkan posisi mereka yang masih berpelukan.
Sadar akan kesalahan yang ia lakukan, Tanisha segera menarik tangannya dengan cepat. Tapi, lagi -lagi Devan dengan mudah menghentikan pergerakan tangan Tanisha, dengan cara mendekap tubuh Tanisha lebih erat.
"Ternyata, kamu agresif juga, ya?" bisik Devan tepat di depan telinga Tanisha.
Tanisha menunduk karena malu. Wajahnya pun memerah seperti tomat. Bisa-bisanya dirinya tidak berfikir terlebih dulu sebelum bertindak. Pasti pria yang sedang memeluk dirinya sekarang ini merasa menang, karena mengetahui perasaan Tanisha yang sesungguhnya pada pria menyebalkan itu.
"Sha...," panggil Devan kembali.
Dengan gerakan pelan, Tanisha mengangkat wajahnya dan menatap Devan. Ada getaran di hatinya saat kedua bola mata mereka bertemu. Tiba-tiba perasaannya menjadi gugup.
"Jadilah pacarku," ucap Devan kemudian.
Tanisha mematung tak mengeluarkan suara. Apakah telinganya kali ini bermasalah? Apa pendengaran nya juga ada yang salah? Apa dia tidak salah mendengar ucapan kalimat yang disampaikan oleh Devan barusan.
Sedikit klarifikasi, kalau nama mamanya Tanisha itu Karina😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
keren thour udh sport jantung aja. untung ketemu bebeb
2024-03-25
1
Ney Maniez
💖
2022-10-24
0
Lisa Aulia
pasti dierima dong KK Devan karena Tanisha juga cinta sama kamu...
2021-11-24
0