Lia berjalan sambil menangis di bawah derasnya hujan, ia gak tau harus pergi kemana lagi, tempat yang ia miliki untuk berteduh hanyalah rumah kedua orang tuanya yang saat ini sudah di kuasai oleh ibu tirinya. menangis berjam-jam sambil berjalan dibawah derasnya hujan membuat Lia melemas, matanya mulai buram.
Derasnya hujan membuat pejalan yang menggunakan mobil tidak melihat jelas orang-orang yang berjalan.
Sudah tak bisa menahan lagi Lia jatuh tepat sebuah mobil menginjak rem nya dengan kuat sehingga bunyi mobil terdengar. si pengendara mobil turun dan marah-marah tapi seseorang yang ia marah tak berdaya lagi sehingga jatuh pingsan dan pria itu mencoba menangkapnya agar tidak terjatuh.
"Nona, nona, anda tidak apa-apa?" pria itu terlihat cemas sehingga ia membawa Lia ke apartementnya.
Pria itu menelfon dokter.tak berapa lama dokter datang
"Anand, kamu menabrak orang?" tanya dokter dengan khawatir
"Sialan kamu, aku gak sengaja, dia tiba-tiba berada di depan mobilku dan jatuh pingsan"
"Kenapa kamu membawanya kemari bukan di rumah sakit"
"Aku udah gak kepikiran ke situ, cepat periksa dia"
Pria yang hampir menabrak dan menolong Lia adalah Anand, putra dari seorang mafia. dan dokter yang memeriksa Lia adalah sahabat Anand yang bernama Zey.
Zey adalah dokter yang setiap saat selalu di butuhkan Anand, tapi yang Zey tau Anand tidak lah gampang sakit sehingga Anand menelfon tadi membuat Zey tidak percaya.
"Bagaimana keadaanya Zey?"
"Kamu gak memukulnya kan Anand?"
"Gila kamu, aku aja baru ketemu dengan dia malam ini, masa iya aku memukul orang yang aku gak kenal. dan kamu pernah lihat aku mukul perempuan"
"Pernah waktu itu kita nongkrong di cafe"
"Dasar kamu, itu waria bukan perempuan makanya aku memukulnya karna dia mulai aneh di dekatku"
"Tapi kamu suka kan Anand"
"Mau ku tonjok kamu Zey" ucap Anand dengan mulai marah
"Gak, gak Anand. aku kan hanya bercanda, jangan di ambil serius seperti itu"
Anand memijit kepalanya karna kesal dengan ulah Zey sahabatnya.
"Ini obat yang di minumnya, dan untuk masalah tadi sepertinya dia di pukul Anand, kedua pipinya memerah dan bengkak"
Anand menatap Lia dengan wajah yang kaku, dingin tak berekspresi.
"Tatapan seperti apa itu, bisa gak kamu pasang wajah sedih atau terkejut gimana gitu, ini malah masang wajah yang seperti mau makan mangsanya"
Anand menatap Zey dengan wajah yang mulai kesal
"Buahahaha pantas aja gak ada cewek-cewek yang mau dekat denganmu, orang wajahmu begitu menakutkan" ucap dokter Zey dengan tertawa terrbahak-bahak
"Sialan kamu Zey, cepat pergi dari sini" ucap Anand dengan menarik Zey untuk keluar
"Kamu mau berduaan dengan gadis itu ya"ucap Zey dengan berlari pergi karna takut dengan Anand
Anand menatap Lia yang saat ini belum sadar dengan melipatkan kedua tangan di depan dada bidangnya, ia menatap wajah Lia yang memerah dan bengkak.
"Bi Izah.." panggil Anand
"Iya tuan"
Anand hanya mengisyaratkan dengan menatap Lia. bi Izah sudah paham dengan maksud tuannya.
Tuan, tuan, kapan anda dapat istrinya kalau sikapnya seperti ini, bi Izah
Bi Izah mengompres kedua pipi Lia yang bengkak dan memerah. bi Izah meninggalkannya dengan mengambil es batu untuk di tambahkan mengompres pipinya.
Lia meringis karna tubuhnya terasa sakit, pipinya terasa mengeras karna pukulan dari sang ayah. Lia membuka matanya dan memperhatikan tempat ia berada saat ini.
"Aku di mana" ucap Lia dengan memegang kepalanya karna terasa sakit.
"Nona udah sadar" ucap bi Izah dengan berlari kecil menghampiri Lia.
Lia menatap Bi Izah dengan lama, lalu menatap sekeliling ruangan.
"Oh iya non, kenalin ini bi Izah, nona gak perlu takut" ucap bi Izah sambil tersenyum
"Saya di mana bi?"
"Nona ada di rumah majikan bibi, tenang saja majikan bibi orangnya baik koq walaupun wajahnya sedikit menyeramkan" ucap bi izah dengan tertawa
Lia melihat pakaian yang di pakainya, pakaiannya sudah tergantikan dengan piyama.
"Oh iya non, maaf bibi gak izin ke nona untuk mengganti pakaian nona, soalnya tadi nona pingsan dan pakaian nona basah"
"Gak apa-apa bi"
"Ya sudah nona makan bubur dulu habis itu minum obat yaa"
"Terima kasih bi"
Bi izah membantu Lia dengan menyuapinya bubur lalu membantu untuk minum obat yang di berikan oleh dokter Zey.
Bi Izah yang memulai mengompres, Lia menahannya.
"Gak usah bi, Lia bisa sendiri"
"Tapi non, non Lia kan lagi sakit"
"Gak apa-apa bi Lia bisa sendiri"
"Ya sudah, cepat istrahat ya non, bibi tinggal dulu"
Lia menganggukan kepalanya. Lia menatap hujan turun di balik jendela kamar, ia teringat dengan apa yang terjadi. dengan tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi pipinya.
Bi Izah berjalan meninggalkan Lia beristrirahat, ia berjalan melewati tuannya, namun Bi Izah menghentikan langkahnya karna Anand memanggilnya.
" Apakah dia sudah sadar bi?"
"Iya tuan"
"Pergilah beristirahat"
"Baik tuan"
Hanya menanyakan seperti itu, astaga apa yang salah dengan tuanku ini.
Anand pergi keruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Lia tidak menyangka kalau ayahnya setega itu mengusirnya, Orang yang ia miliki di dunia ini hanyalah ayahnya tapi ayahnya sudah tidak menganggapnya sebagai anak lagi.
Lia menangis sejadi-jadinya untuk mengingat semua itu, ia tidak menyangkah hidupnya akan menjadi seperti ini. Lia menangis sampai ketiduran.
****
"Akhirnya Bu, kalau si Lia pergi juga dari rumah. sekarang kita bebas melakukan apa saja tanpa ada yang mengganggu. kasian juga sih Bu, tapi aku suka kesal kalau mengingat wajahnya apalagi di saat dia memanggilnya kakak. mana mungkin aku bisa memanggilnya seperti itu"
"Husstt, jangan keras-keras ngomongnya nanti ayahmu dengar, kamu tau kan ayahmu saat ini lagi marah jadi jangan memancingnya untuk marah lagi ya"
"Baik bu"
"Ya sudah ibu pergi melihat ayahmu dulu, kamu pergi istrahat sana"
Hendra tidak bisa tidur karna melihat hujan deras dan petir. ia kepikiran keadaan Lia. Hendra teringat bagaimana Lia waktu kecil begitu takut dengan petir.
Hendra menarik nafasnya, memikirkan keadaan putri semata wayangnya bersama mendiang istrinya.
Mira menatap Hendra dari pintu masuk, dengan wajah yang kesal ia mendekati Hendra.
"Mas di luar hujan deras, apa kita harus mencari Lia dan mengajaknya kembali?"
"Biarkan saja dan mulai saat ini jangan pernah sebut namanya lagi" ucap Hendra dengan pergi untuk tidur.
Siapa juga yang mau Lia kembali, aku lebih bersyukur dan bahagia akhirnya Lia pergi dari rumah ini, akhirnya aku dan Serina bisa bahagia bersama kamu mas tanpa ada orang lain.
Mira berjalan ke arah tempat tidur, iapun ikut tidur dengan memeluk suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Berdo'a saja
dasar ular 🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍🐍
2021-10-19
1
Puja Kesuma
jahat x ibu tirinya
2021-10-10
1
Novita Sari Fransisca Pinayungan
bukannya di saat lia diusir dari rumah yang nolongin pengawanya kinar dan di bawa ke aparthmennya si kinar kok ini ke tempatnya sianand
2021-09-05
1