Terjerat Cinta
Pernikahan itu harus di dasari oleh rasa percaya. Saling percaya dengan pasangan masing-masing adalah kunci utama dalam sebuah hubungan rumahtangga. Maka tak akan ada kata sakit ataupun salah paham dalam sebuah hubungan suami istri.
Seperti kisah Arfian dan Rena. Hanya salah satu yang memiliki rasa percaya terhadap pasangannya. Membuat hubungan rumah tangga mereka kandas. Karena salah satu darinya hanya mementingkan egonya.
Tapi di samping rasa percaya, hubungan juga harus di lengkapi oleh rasa empati terhadap pasangan. Mengerti dengan kesibukan suami dan mengetahui betapa sulitnya menjadi seorang istri. Saling berbagi rasa juga bisa menjadi obat kala lelah.
Arfian, dia rela menikah muda demi menepati janjinya pada sang kekasih. Hidup bersamanya selama empat setengah tahun bukanlah waktu yang singkat.
Bahkan, seorang putri kecil telah hadir di tengah-tengah mereka. Arfian semakin keras bekerja demi dua bidadari kesayangannya.
Rela menghabiskan waktu berjam-jam di kantor dengan berkas yang memecahkan otak. Hasilnya lumayan cukup memuaskan. Sang istri tak pernah kekurangan materi, sang putri pun selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.
Tak pernah sedikit pun terpikirkan olehnya jika kesibukannya di kantor menjadi celah bagi sang istri untuk bermain di belakangnya. Karena terlalu percaya akan cinta yang di milikinya, Arfian tak pernah mencurigai sang istri yang sering keluar di siang hari dan selalu menitipkan putrinya di penitipan anak.
Seperti hari ini, Arfian dengan cepat menyelesaikan semuanya. Dia buru-buru pulang begitu mendapat telpon dari mertuanya.
"mamah, kenapa tak masuk?" Arfian berlari menghampiri ibu mertuanya yang duduk di kursi luar.
"pintunya di kunci. kemana sebenarnya Rena." Terlihat jelas kalau wanita paruh baya itu kesal karena terlalu lama menunggu.
"mungkin sedang keluar mengajak Echa jalan-jalan." Seru Arfian. Mengeluarkan kunci cadangan yang selalu di bawanya, untuk berjaga-jaga jika Rena tengah tak ada di rumah.
"biar aku bawa mah." Arfian mengambil tas jinjing mertuanya yang cukup besar dan berat itu.
"mamah mau nginep beberapa hari di sini. kamu dan Rena tak keberatan kan?"
"tentu saja tidak. Echa akan sangat senang pasti."
Arfian mengantarkan Rada, ibu mertuanya itu kekamar lalu segera menghubungi Rena. Dahinya mengernyit heran karena ponsel istrinya tak bisa di hubungi seperti biasanya.
Tok..Tok..
Ketukan pintu dari luar begitu terdengar tak beraturan. Arfian langsung berlari untuk membukanya, sangat tahu siapa pelakunya.
"sayang...."
"Daddy. ga seru ah..padahal Echa mau buat kejutan." Renggut gadis kecil itu kesal.
"hahha, maafkan Daddy. aah..anda siapa? mana istri saya?" Arfian baru sadar jika orang yang bersama Echa ternyata bukan Rena, istrinya. Melainkan seorang wanita paruh baya yang begitu asing baginya.
Keningnya semakin mengerut melihat seragam yang di kenakan wanita seusia ibu mertua nya itu.
"mommy lama ga jemput Echa. jadi eyang sur yang antar Echa pulang." Jelas Echa sebelum wanita yang di panggil eyang itu menjawab.
"Echa, masuk ya. di dalam ada nenek."
"ahh..hore." Girang Echa. "eyang sur, Echa masuk dulu ya. papay..."
Wanita itu melambaikan tangannya. Dia kemudian melihat Arfian yang masih menatapnya dengan penuh pertanyaan.
"Pak Arfian, saya pengasuh Echa di penitipan. kenapa anda terlihat begitu bingung?"
Semakin heran saja saat wanita ini menyebut namanya. Perasaan dia tak mengenalnya sama sekali.
"pengasuh? penitipan apa?" Arfian semakin bingung. Selama ini dia tak pernah memakai jasa itu.
Eyang Sur tersenyum tipis melihat wajah kebingungan Arfian. Kemudian dia mengatakan semuanya. Jika istrinya sudah sering menitipkan Echa, bahkan ini sudah berjalan dua bulan.
"apa bapak tidak tahu atau istri anda tak memberitahu bapak?"
Arfian menarik napas dalam. Merasa begitu miris dengan keadaan putrinya. Dia tak pernah tahu jika Rena sering menitipkannya di penitipan anak, Echa sendiri tak pernah mengatakan apapun padanya. Anak berusia 4 tahun itu tak pernah menceritakan tentang kesehariannya.
Lalu selama ini kemana istrinya dan apa yang di kerjakannya di luar rumah hingga tak sempat mengurus seorang anak. Itulah yang berputar di kepalanya. Dia harus segera mencari tahu semuanya.
Beberapa menit kemudian, Arfian pun menghampiri Echa dan Rada. Mereka tengah bermain boneka di ruang tengah.
"mah, ada yang ingin Arfian katakan." Ujarnya sambil mematikan televisi.
"ada apa?"
Meskipun masih kecil Echa mengerti dengan isyarat yang di berikan Arfian. Gadis itupun segera membawa semua bonekanya. Mencium Rada dan Arfian bergantian.
"Echa, tunggu nenek di kamar ya?" Ujarnya sambil berlari menaiki tangga.
Begitu Echa tak terlihat lagi, Arfian langsung mengatakan semuanya pada Rada perihal Rena yang sering menitipkan Echa.
"lalu kemana dia sekarang?"
"entahlah, ponselnya tak aktif."
"ck..aku punya putri yang tak tahu di untung. memalukan saja." Rada marah mendengarnya.
Selama ini dia rasa tak pernah mendidik Rena dengan tak benar.
"mamah, aku akan mencarinya. temani echa dan katakan padanya aku akan pulang malam."
"humm... bawa dia pulang. mamah harus memarahinya."
...******************************...
Rena tengah tertawa keras melihat beberapa temannya yang sudah mabuk, mereka bicara tak jelas dengan tubuh yang sempoyongan.
"bagaimana? jadi.. keputusan mu kali ini adalah..." Seorang pria tampan bertubuh cukup tinggi memeluk Rena dari belakang
Chup...
Mengecup tengkuknya lembut membuat Rena terkekeh pelan.
"Ben, ini sudah sore. aku harus segera pulang. Echa pasti...."
"mau menghindari ku lagi?" Ben memutar tubuhnya, mengeratkan pelukannya lalu perlahan mendekatkan bibirnya.
Dengan cepat Rena menempelkan jarinya di bibir Ben, menahan pria itu untuk bertindak lebih jauh.
"ayolah Ben, kita cari waktu yang tepat."
"baiklah." Ben menyerah. "jaga putriku." Bisiknya.
Rena mendelik tajam. Matanya mengedar waspada takut jika ada yang mendengarnya.
"jaga bicara mu."
"hahha..oke. aku antar kau kesana."
Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada seseorang yang melihat semuanya dengan jelas. Orang itu menarik napas dalam. Tak menyangka akan melihat hal memalukan seperti itu.
Merasa malu sendiri karena orang itu adalah kakaknya yang selama ini dia anggap baik dan juga berhati lembut.
"jika kakak ipar tahu..maka tamat riwayatmu kak." Desisnya.
Puk..
Seseorang menepuk pundaknya cukup keras.
"Rega, kenapa berdiri saja. pesta ulang tahunnya akan segera di mulai."
"oh..iya." Dia pun bergegas menuju ruangan di mana pesta di gelar.
Sementara itu Arfian terus mencoba mencari keberadaan Rena. Menelpon beberapa temannya yang dia tahu cukup dekat dengan istrinya itu. Tapi, semua mengatakan tak ada yang bersama Rena bahkan mereka berada di rumahnya masing-masing.
Drt..Drt...
Ponselnya berbunyi. Arfian pun menghentikan mobilnya dan segera memarkirnya untuk mengangkat telpon masuk.
Baru saja akan mengangkatnya dia tak sengaja menjatuhkannya hingga tergelincir ke bawah kursi. membuatnya sedikit kesulitan untuk mengambilnya.
Arfian menarik nafas lega begitu ponselnya sudah berada di tangannya, Ia kembali membenarkan posisi duduknya. Saat itulah Tuhan memperlihatkan segalanya.
"Rena..." Tak sengaja dia melihat Rena memasuki sebuah mobil.
Arfian merasa curiga karena Rena nampak tak seorang diri di mobil itu.
Dengan cepat Arfian pun melajukan mobilnya mengikuti dari belakang. Tak peduli lagi dengan telpon yang terus berdering. Hatinya mendadak tak nyaman, saat mobil yang di ikutinya berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang tak terlalu besar.
"Rena...." Tangannya mencengkram erat setir mobil menyaksikan bagaimana istrinya yang baru keluar dari mobil memeluk seorang pria.
Hal yang paling menyakitkan lagi saat dengan tak tahu malunya mereka berciuman di depan umum. Selama ini dia begitu percaya pada istrinya. Tak pernah sedikitpun dia menaruh curiga tapi melihat dengan jelas seperti ini membuat Arfian tak bisa lagi percaya sepenuhnya.
Sudah di pastikan jika istrinya itu telah bermain di belakangnya.
Arfian terus memperhatikan dengan seksama, dia tak ingin keluar dari mobilnya. Terlalu marah tak baik baginya, Arfian bukan pria yang akan marah dan meledak di depan umum.
Rena dengan santai melambaikan tangannya pada Ben. Lalu masuk kedalam untuk menjemput Echa, dia tak tahu jika Echa sudah di antarkan pulang 3 jam yang lalu. Saking senangnya dia melupakan Echa dan tak ingat waktu.
"kenapa kau tega melakukan itu." Gumam Arfian terluka. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu segera memutari mobilnya meninggalkan tempat itu.
...************TBC*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ᴋᴀɪᴢᴇʀ⸙ᵍᵏ
🐾🐾🐾🐾🐾
2022-05-08
1
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Baru baca, semoga alur plot nya bagus
2022-02-22
0
bundA&M
istri macam apa tuh
2022-01-11
0