Selepas meeting, Sagara memutuskan untuk pulang dan makan siang bersama Ibunya. Ia tidak ingin Ibunya merasa kesepian karena pekerjaan Sagara yang sibuk di luar rumah.
Namun di tengah perjalanan, ponsel miliknya berdering. Sagara menepikan mobilnya, lalu merogoh saku jasnya mengambil ponsel.
"Pak Rahmat?"
Sagara segera menggeser icon yang berwarna hijau lalu ponsel didekatkan di telinganya.
"Pak Rahmat?" sapa Sagara.
Raut wajah Sagara berubah serius saat Rahmat, salah satu asisten rumah tangga memberitahu Sagara kalau Miranda di bawa ke rumah sakit.
"Aku segera ke sana!" Sagara memutus sambungan teleponnya, kembali ponsel ia masukan ke dalam saku jas.
"Ada apa dengan Momy?" ucapnya pelan, lalu memutar mobilnya ke arah jalan yang berbeda menuju rumah sakit yang sudah di sebutkan Rahmat.
Sepanjang perjalanan Sagara menjadi tidak karuan perasaannya. Ia teringat semua yang di katakan Miranda, keinginannya.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya bingung.
Tak lama kemudian ia telah sampai di halaman rumah sakit. Menepikan mobilnya lalu keluar dari dalam mobil. Bergegas masuk ke dalam rumah sakit menuju kamar inap di mana Miranda di rawat.
Sesampainya di depan pintu rawat inap Miranda. Sagara membuka pintu ruangan, pertama yang ia lihat, Miranda terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
"Mom.." sapa Sagara lalu menarik kursi besi yang tak jauh dari tempatnya berdiri kemudian duduk di kursi.
"Saga.." Miranda menoleh, tersenyum samar menatap wajah putra semata wayangnya.
"Mom, bagaimana perasaanmu? apakah ada yang sakit?" tanya Sagara khawatir, melihat Ibu tercinta terbaring lemah di atas ranjang. Meraih tangan Miranda, menggenggamnya dengan erat dan mencium telapak tangannya.
"Kau tidak perlu khawatir sayang, aku baik baik saja." Jawab Miranda tidak ingin membuat hati putranya menjadi sedih.
"Kau selalu bicara seperti itu. Aku baik baik saja tapi pada kenyataannya kau tidak baik baik saja, Mom." Sagara mengalihkan Pandanganny ke atas meja. Bubur yang masih utuh di atas wadah tak di sentuh sama sekali. "Kau pasti belum makan."
"Aku tidak mau makan," sela Miranda melirik sesaat ke atas meja.
"Tidak, kau harus makan Mom." Sagara mengambil wadah bubur dan sendoknya.
"Aku tidak mau makan." Tolak Miranda menggelengkan kepalanya pelan.
"Mom.." Sagara menatap sedih wajah Ibunya. "Bagaimana kalau Momy tidak mau makan? nanti kau tambah sakit." Bujuk Sagara.
"Aku tidak mau makan, aku hanya tidak ingin mati dalam kesepian," jawab Miranda menatap kedua bola mata putranya.
"Momy.." ucap Sagara pelan. Ia tidak tahu harus memberikan Miranda alasan apalagi.
"Hanya itu sayang," kata Miranda.
Sagara kembali meletakkan wadah bubur di atas meja beserta sendoknya. Kepalanya tertunduk memperhatikan jari jemari Miranda yang meremas lembut tangan kanannya.
"Apakah keinginanku berlebihan dan membebanimu?" tanya Miranda.
Sagara hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf Mom.."
"Jika kau tidak bisa mencari wanita baik baik untuk menjadi pasanganmu, biarkan aku memberikan wanita terbaik untukmu." Ungkap Miranda.
Perjodohan! Sagara mengangkat wajahnya, "tidak Mom!"
"Jadi?" tanya Miranda lagi.
"Beri aku waktu dalam satu bulan, aku janji akan membawa calon istri yang Momy inginkan." Sagara tersenyum mengangguk pasti.
"Janji?" Miranda mengulurkan jari kelingkingnya.
"Aku janji Momy!" Sagara menautkan jari kelingkingnya.
"Terima kasih sayang, aku pegang janjimu, sekarang aku sudah merasa lebih baik. Cepat kau urus administrasinya aku mau pulang sekarang." Miranda bangun lalu duduk di atas tempat tidur. Melepas selang infus di tangannya sendiri.
Sagara melebarkan matanya, melihat Miranda terlihat segar dalam hitungan detik.
"Momy! apa kau bercanda?"
"Aku tidak sedang bercanda, kau lihat? aku baik baik saja bukan? itu karena kau sudah berjanji akan membawa calon menantuku," jawab Miranda tersenyum lebar.
Sagara menghela napas panjang, untuk kedua kalinya ia tertipu dengan sandiwara Miranda yang berpura pura sakit hanya karena menginginkan dirinya segera menikah.
Miranda menepuk bahu Sagara yang terlihat sedang melamun.
"Sayang, kenapa kau melamun? ayo kita pulang."
"Iya mom!" sahut Sagara, lalu berdiri. Membereskan barang milik Miranda kedalam tas. Lalu tas itu di berikan kepada ibunya.
"Ayo kita pulang." Sagara mengapit lengan ibunya, lalu mereka melangkah bersama meninggalkan kamar inap.
Di sela sela langkahnya, Sagara meminta ibunya untuk tidak melakukan hal itu lagi.
"Aku bisa jantungan Mom," ucap Sagara.
Miranda tertawa kecil. "Iya, tidak akan aku lakukan lagi, asal permintaanku kau kabulkan."
"Iya Mom." kata Sagara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Suci Suci
kasihan maknya kesepian, begitulah kalau anak cuma satu
2021-11-13
3
novita setya
emak2 dilawan..apapun dasternya tetep menanglaah
2021-09-02
4
Dewi Ariyanti
kena prank sagara
2021-08-22
1