"Kau mau kemana?" tanya Miranda, melirik sesaat ke arah Sagara yang duduk di kursi meja makan.
"Kenapa Mom?" Sagara membalikkan pertanyaan.
"Kau baru saja pulang, sekarang mau pergi lagi?" Miranda duduk di kursi, mengangkat cangkir teh di atas meja lalu menyecapnya perlahan.
"Kau sudah tahu kebiasaanku. Mom? apa yang membuatmu Khawatir?" tanya Sagara, menatap wajah Ibunya sesaat, lalu memainkan ponselnya.
"Tidak apa apa, aku hanya kesepian. Kau sibuk di luar rumah." Jawab Miranda seraya meletakkan cangkir teh di atas meja lagi.
"Sebaiknya aku pergi sekarang, aku pastikan pulang cepat Mom." Sagara beranjak dan tidak ingin melanjutkan percakapan dengan ibunya. Karena ia sudah tahu kemana arah pembicaraan selanjutnya. Perjodohan, pernikahan dan seorag cucu. Hanya itu yang akan di katakan oleh Miranda. Sagara selalu berusaha menghindari semua perbincangan mengenai itu semua.
"hhh!" Miranda mendesah kecewa. "Baiklah sayang, hati hati."
Sagara mengangguk pelan, lalu beranjak pergi keluar dari ruangan. Meninggalkan Miranda yang hanya bisa bersabar menunggu putranya untuk kembali membuka hatinya.
Selama ini Miranda kesepian, rumah sebesar itu hanya di huni dua orang saja dan beberapa asisten rumah tangga. Sejak suaminya meninggal 25 tahun yang lalu, Miranda memilih membesarkan putranya sendiri dan tidak menikah lagi. Trauma masa lalu di khianati suami tercinta membuat Miranda enggan untuk membuka hatinya. Ketika putranya mengalami hal yang sama, ia sangat mengerti situasinya.
"Kinan bukanlah wanita yang baik untukmu, kenapa kau masih menunggunya sampai saat ini?" gumam Miranda berkali kali memijit pelipisnya.
***
Sagara memasuki kelab malam, untuk menemui sahabatnya yang baru saja pulang dari jepang setelah satu tahun lamanya tinggal di sana dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
"Kau telat lima menit, Ga." Sapa seorang pria berwajah rupawan tak kalah tampannya dengan Sagara.
"Sory, jalan sedikit macet." Jawab Sagara, lalu duduk di kursi berhadapan dengan sahabatnya yang bernama Dion Jareda, seorang CEO muda yang sudah memiliki istri dan baru satu tahun ini mereka menikah.
"Bagaimana kabar Tamara?" tanya Sagara.
"Jangan kau tanya tentang dia, mood ku bisa hilang." Sahut Dion dengan malas.
"Oke!" sahut Sagara. "Lalu? apa tujuanmu mengajakku kesini?"
"Aku bosan di rumah, tiap hari harus melihat prilaku Tamara yang semakin tidak jelas." Ungkap Dion. "Sebagai istri, dia sama sekali tidak berguna. Hanya pintar bersolek, dan menghabiskan uangku saja."
Sagara menarik napas dalam dalam, sesaat membuang mukanya ke samping, lalu mengangkat gelas wine, menyecapnya dan kembali ia letakkan gelas wine di atas meja.
"Bukankah dia pilihanmu?" Sahut Sagara, enggan menanggapi terlalu serius masalah Dion. "Lupakan masalahmu, lebih baik kau habiskan minumanmu."
Dion mengangguk, lalu menghabiskan dua botol anggur minuman beralkohol. Namun Dion belum puas, ia memanggil salah satu pelayan kelab dan memintanya membawakan anggur lagi.
"Sudah cukup, kau menghabiskan banyak minuman." Cegah Sagara.
"Satu botol lagi, setelah itu aku pulang," jawab Dion.
"Terserah, aku ke toilet dulu." Sagara berdiri lalu melangkahkan kakinya menyusuri lorong kelab.
Langkahnya terhenti di depan toilet, berdiri seorang wanita tengah membersihkan lantai toilet.
"Bisa kau pergi dari sana? aku mau menggunakan toilet ini," ucap Sagara menatap wajah wanita tersebut.
"Silahkan!" sahut wanita tersebut, melangkah keluar dari toilet membawa ember dan kain pel.
Kemudian Sagara masuk ke dalam toilet, menutup pintunya rapat rapat. Selang beberapa menit, ia telah selesai dan kembali menemui Dion.
"Kau sudah mabuk berat, aku antarkan kau pulang." Sagara menarik tangan Dion. lalu mengangkat tubuhnya supaya berdiri dan memapahnya keluar dari kelab.
Sepanjang jalan keluar dari ruangan. Sagara tidak terlalu memperhatikan jalan, hampir saja menabrak seorang wanita yang berpakaian seksi.
"Maaf, saya tidak memperhatikan jalan," ucap Sagara menatap lekat wajah wanita tersebut.
Namun wanita itu tidak menjawab sepatah katapun. Ia berlalu begitu saja dari hadapan Sagara, memasuki kelab.
Sagara sempat menoleh memperhatikan langkah wanita tersebut, kemudian ia melanjutkan langkahnya memapah Dion masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju meninggalkan kelab. Sepanjang jalan, Sagara melirik ke arah Dion yang terus meracau menyebut nama Clara.
Clara adalah istri pertama Dion, namun mereka terpisah karena kesalahan Dion sendiri. Tergoda oleh Tamara yang jelas jelas hanyalah ingin memanfaatkan harta milik Dion saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Ya bgitulah..mreka pda sukses sma kekuasaan tp sma cinta mreka bodoh..wkwk
2023-09-23
0
novita setya
fransiska..? kinan..? yg mn thor
2021-09-02
0
suli sulimah
mknya pra ceo.. klo mo cri psngan slidiki dlu asl2 usl ny dlu.. kshrian ny temn2 apkh dia wanita baik2 ap hnya wanita matre.. kbnykan ceo liat cntikny diang gk klakuanny d luar sna..
2021-08-28
3