Hari ini adalah hari dimana Peter dijadwalkan untuk keluar dari rumah sakit. Ia masih berada di dalam kamarnya, menunggu kedatangan Elbert. Semalam sebelum Elbert pulang, ia sudah berpesan bahwa Peter tidak boleh pulang sendiri. Peter tak mengerti mengapa, tapi ia menuruti permintaan Elbert.
Peter mengganti pakaiannya. Saat ini ia sudah mengenakan kemeja lengan pendek dengan garis garis berwarna biru, dipadukan dengan celana jeans berwarna biru gelap.
Pintu kamar terbuka,
"Pete, apa kamu sudah siap?" tanya Elbert.
"Sudah," jawab Peter.
"Aku sudah menyelesaikan semua administrasinya. Mari kita pulang." Peter pun mengangguk dan mengikuti Elbert.
Elbert meminta Peter untuk menunggunya di lobby rumah sakit, sementara ia akan ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya.
Peter duduk di salah satu kursi di lobby sambil memegang sebuah tas yang tidaj terlalu besar. Tiba tiba ada seorang anak kecil mendekatinya.
"Uncle."
Peter yang awalnya memandang ke arah pintu masuk, kini menatap anak kecil yang saat ini berada di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Peter lembut.
"Ini untuk Uncle," ucapnya.
"Apa ini? dan siapa yang memberikannya padamu?" tanya Peter penasaran.
Anak kecil itu berlari menjauhi Peter sebelum menjawab pertanyaan yang Peter ajukan. Peter memandangi sebuah kertas yang terlipat 4 yang saat ini berada di genggaman tangannya. Ia ingin membukanya, tapi ia mendengar suara klakson dari mobil yang dikendarai oleh Elbert. Ia pun segera bangkit dan berjalan menuju mobil.
Duduk di kursi penumpang, Peter memasang seatbelt. Di perjalanan,
"Pete, sebaiknya kamu tinggal bersamaku saja," ucap Elbert.
Peter melihat Elbert dengan tatapan heran.
"Jangan melihatku seperti itu, aku tidak akan melakukan apa apa padamu," canda Elbert.
"Apa aku tidak bisa kembali ke rumahku saja?" tanya Peter.
"Bisa saja, tapi untuk saat ini sebaiknya kamu tinggal bersamaku."
Peter terus menyetir dengan tidak terlalu cepat, kemudian saat sampai di perempatan jalan, lampu berwarna merah, mobil mereka pun berhenti.
"Apa yang sedari tadi kamu pegang itu, Pete?" tanya Elbert.
"Ooo ... ini tadi seorang anak memberikannya padaku," ucap Peter yang baru teringat kalau ia memegang sebuah kertas. Ia pun membukanya.
'MENJAUHLAH ATAU KAMU MATI!'
Sebuah tulisan berwarna merah dengan nada ancaman itu suksea membuat jantung Peter berdegup kencang. Elbert yang melihatnya langsung mengambilnya dari tangan Peter dan menyimpannya. Ia menenangkan Peter.
Elbert menyetir sambil sesekali melihat ke arah Peter. Wajah Peter sudah tidak menampakan wajah ketakutan, namun masih ada kekuatiran disana.
"Apa kamu sudah lebih baik?" tanya Elbert.
Elbert melihat Peter mengangguk, tapi terlihat seperti terpaksa.
Elbert terus mengendarai mobilnya sampai ke depan rumahnya. Selama perjalanan Peter hanya diam sejak ia melihat tulisan di selembar kertas itu, ntah apa yang ada dalam pikirannya.
"Kira sudah sampai, Pete," ucap Elbert mengusik lamunan Peter.
"Oh iya," jawab Peter.
Peter berjalan ke gerbang depan rumahnya dan membukanya. Ia mempersilakan Peter untuk masuk.
"Mom!" sapa Elbert saat melihat ibunya sedang membaca majalah di ruang tamu.
"Kamu sudah pulang, sayang," Klara tersenyum sambil menyambut anak tunggalnya itu.
"Mom, untuk sementara Peter akan tinggal disini bersama kita, sampai rumahnya selesai diperbaiki," ucap Elbert.
"Iya sayang, Mommy mengerti," Klara menepuk punggung tangan anaknya. Kemudian ia tersenyum ke arah Peter.
"Aunty sudah menyiapkan kamar untukmu, Pete. Persis di sebelah kamar Elbert," ujar Klara.
"Terima kasih, Aunty," ucap Peter.
"Ayo, kuantar ke kamarmu," ajak Elbert.
Mereka melangkahkan kaki menuju lantai atas rumah tersebut. Rumah Elbert memang tidak terlalu besar, tapi memiliki pekarangan yang luas.
"Ini kamarmu, Pete," Elbert membukakan pintu untuknya. Sebuah kamar dengan nuansa warna coklat dan putih membuyarkan lamunan Peter.
"Istirahatlah dan tenanglah. Kamu tidak perlu kuatir mengenai surat ancaman tadi. Kita akan menghadapinya bersama," lanjut Elbert.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanya Peter dengan sedikit penasaran.
"Aku akan menceritakan padamu nanti. Saat ini sebaiknya kamu beristirahat lebih dulu," ucap Elbert sambil menepuk bahu Peter.
"Baiklah, aku akan menunggu penjelasanmu."
*****
Elbert berada dalam ruang kerjanya. Berulang kali ia melihat selembar kertas di atas meja kerjanya.
"Siapa sebenarnya yang menulis ini dan apa yang ia inginkan?"
Elbert memutar mutar pulpen dengan kedua jarinya. Ia biasa melakukan itu ketika sedang berpikir. Ia membuka kacamatanya dan mengurut pangkal hidungnya.
"El, ayo kita makan siang dulu," ajak Klara saat membuka ruang kerja Elbert.
"Okay Mom. Aku akan segera turun," jawabnya.
Elbert meletakkan pulpennya di atas kertas yang berisi tulisan yang berwarna merah tersebut. Ia pun meninggalkan ruang kerjanya.
"Pete, ayo kita makan siang dulu," ajak Elbert.
"Aku tidak lapar," jawab Peter.
"Kamu baru sembuh dan masih dalam tahap pemulihan. Jangan pernah melewatkan waktu makanmu."
"Baiklah."
Peter pun mengikuti Elbert ke ruang makan. Klara sudah menyiapkan makanan yang terlihat begitu lezat, seketika membangkitkan nafsu makan Peter dan Elbert.
*****
"Apa kamu mau menceritakan semuanya padaku, El?" tanya Peter.
Saat ini mereka sedang duduk di teras belakang rumah Elbert, yang langsung menghadap ke taman.
Secangkir kopi hangat menemani mereka berdua. Elbert sesekali menyesap kopinya.
"Apa kamu tahu siapa yang mengirimkan surat tersebut padaku?" tanya Peter lagi.
"Sejujurnya, aku tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Tetapi yang kutahu, semua ini berhubungan dengan Aaron."
"Apa maksudmu?"
"Aaron ... Sepertinya ada yang tidak suka dengan keberadaan Aaron. Kasus yang menimpa Aaron saat inipun rasanya adalah hasil rekayasa."
"Maksudmu Aaron benar benar tidak bersalah?"
"Ya. Banyak hal baru yang kutemukan dan mengarah ke sana. Dulu saat kasus baru terjadi, kita kesulitan mencari bukti karena mereka dengan cepat melaksanakan sidang bagi Aaron."
"Aku juga sempat merasa aneh. Mengapa sudang terhadap Aaron begitu cepat terlaksana dan jaksa penuntut bisa mendapatkan begitu banyak bukti yang mengarah pada Aaron," ucap Peter.
"Selain itu, kejadian yang menimpamu, juga menimpa diriku. Kamu hampir saja tewas jika aku tidak datang ke rumahmu dan komputer di kantorku semua diberi virus hingga menyulitkan kami untuk mendapatkan data data kembali."
"Jadi maksud dari surat ancaman itu adalah ... ."
"Ya, agar kita tidak terlibat dengan Aaron ataupun membantunya untuk terlepas dari kasus ini. Aku tidak tahu siapa, tapi sepertinya ia menghendaki Aaron untuk tetap berada dalam penjara selamanya."
"Apa terjadi sesuatu dengan Aaron?" tanya Peter.
"Ya, Aaron dituduh memiliki narkotika dan dianggap sebagai pengedar di dalam penjara. Tapi untung saja Aaron bisa berpikir dengan jernih dan meminta petugas untuk menyelidiki sidik jari yang tertinggal pada bungkus narkotika tersebut."
"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus berhenti?"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Mr.VANO
kasihan Aaron jd tumbal keserakaan,,,,,Edward dalamg dr semua ini memang kyk ngara ke dia,,,,tp kyk ny ad lg yg lebih picik,,,,,???
2023-03-14
0
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
mungkin lbh enak di bca klo klara di ubah jdi Clara 😊🙏
2023-01-06
0
Cut SNY@"GranyCUT"
Kasian Peter orang baik ikut jadi sasaran
2022-11-10
0