"Bagaimana El?" tanya Aaron.
"Aku telah membuat kronologi kejadian malam itu. Dan coba kau lihat ini, waktu kematian istrimu yang didapatkan dari hasil autopsi berkisar antara jam 8 sampai setengah 9, yang artinya itu terjadi saat kau baru pulang dari tempat konstruksi atau paling lama pun saat kau sedang berkelahi di jalan."
"Itu artinya ... "
"Ya, kasusmu ini bisa disidangkan kembali dengan memperlihatkan bukti bukti ini. Tapi kita tidak boleh gegabah. Kita tetap harus mencari bukti tambahan untuk menguatkan alibimu."
"Aku mempercayakan semuanya padamu, El. Aku sangat berterima kasih padamu," ucap Aaron
"Sama sama, Aaron. Aku banyak belajar dari kasusmu juga, bagaimana aku harus menelisik semua hal sampai hal yang terkecil dan tak terlihat."
"Oya, bagaimana dengan perusahaan MonPro?"
"Saat ini MonPro masih berada dalam kendali Edward Whitman. Sementara untuk atasanmu yang bernama Luis Hamilton, ia sudah tidak bekerja lagi disana. Ia digantikan oleh keponakannya Dean Anderson."
"Mr. Luis sudah tidak bekerja disana?" tanya Aaron heran.
"Ya, tak ada yang tahu dimana keberadaannya."
"Bagaimana dengan Mr. Evan Farawell?"
"Mr. Evan masih menduduki jabatan di bagian pemasaran seperti sebelumnya, tak ada yang berubah."
Elbert melihat Aaron menerawang, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aaron? Apa masih ada yang ingin kamu ketahui?"
"Hmm ... Apa kamu tahu mengenai kasus MonPro yang berhubungan dengan pegawai yang bernama David Warren?"
"Tidak. Aku belum bisa menelisik terlalu jauh karena temanku masih berada di sana."
"Aku percaya padamu El. Jika memang bisa diadakan persidangan kembali dan kamu yakin kita pasti menang, aku akan setuju apapun keputusanmu."
"Baik, Aaron. Aku mengerti."
"Dan aku ingin kamu tetap menjaga sikapmu selama di sini. Itu akan membuat pandangan pengadilan lebih baik kepadamu," lanjut Elbert.
"Ya, aku mengerti."
Elbert merapikan semua berkaa berkasnya, kemudian ia berpamitan dengan Aaron.
"Sampaikan salamku untuk Peter, El," ucap Aaron.
"Akan kusampaikan."
*****
"Bukan aku!!" teriak Aaron.
"Tapi kami menemukan ini di tempat tidurmu. Kamu menyembunyikannya!"
"Sudah kukatakan bukan aku!!" Aaron kembali membela diri.
"Aaron, tenanglah," Allen dan Jason berusaha menenangkan Aaron.
"Bagaimana aku bisa tenang kalau mereka ingin menjebakku dengan cara kotor seperti ini."
Ada 2 orang penjaga penjara yang tiba tiba datang memeriksa ke sel tempat Aaron dan teman temannya berada. Mereka yang saat itu sedang beraktivitas masing masing pun kaget.
Mereka langsung disuruh berdiri di dekat dinding, sementara para penjaga itu memeriksa, dan sepertinya mereka memang mencari sesuatu karena hampir semua barang dikeluarkan secara sembarangan.
Seorang penjaga tersenyum saat ia menemukan sesuatu di bawah kasur milik Aaron.
"Aaron, ikut dengan kami," ucap salah seorang penjaga.
Mau tak mau Aaron harus ikut dengan mereka. Sementara Allen dan Jason hanya bisa memandang kepergian Aaron.
Di dalam ruang interogasi,
"Sudah kukatakan itu bukan milikku!" ujar Aaron.
"Tapi kami menemukannya dibawah tempat tidurmu. Kau melihatnya sendiri juga kan saat kami menemukannya?"
"Bukan aku!"
Salah satu penjaga memukul Aaron agar Aaron mengakui barang tersebut adalah miliknya. Namun, beberapa kali dipukul pun Aaron tetap tak mengakuinya.
"Baiklah. Kalau begitu kalian periksa sidik jari yang ada di barang tersebut, karena sudah kukatakan kalau barang itu bukanlah milikku."
Kedua petugas tersebut menganggukkan kepalanya. Memang, mereka harus mengadakan pemeriksaan lebih mendalam tentang masalah ini.
Permasalahan narkotika di dalam penjara bukanlah hal yang aneh. Sudah sering mereka menemukannya di dalam sel tahanan. Namun kali ini mereka mendapatkan telepon bahwa salah satu tahanan sedang berusaha untuk menjadi bandar di dalam penjara.
Aaron pun akhirnya dikembalikan ke sel nya setelah mendapatkan beberapa pukulan karena tidak mengakui kepemilikan barang tersebut. Allen yang belum tidur pun menghampiri Aaron.
"Mereka memukulmu?" tanya Allen.
Aaron tersenyum sinis, ia kini semakin yakin bahwa ada orang yang ingin membuatnya tetap mendekam di dalam penjara.
"Tidurlah Al, aku tidak apa. Hanya seperti ini masih bisa kutahan."
Allen kembali ke tempat tidurnya, sementara Aaron masih terduduk sambil berpikir.
"Mereka menginginkanku tetap berada di sini, di dalam penjara. Apa aku begitu berbahaya dan mengancam keberadaan mereka jika aku keluar? Siapa sebenarnya orang orang ini?" batin Aaron.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Biasanya ia sudah pulang ke rumah. Namun, ia masih berkutat di depan layar komputernya. Para pegawainya sudah pulang, hanya tinggal dirinya saja.
Elbert merentangkan kedua tangannya ke atas, meregangkan otot ototnya. Ia membuka kacamatanya dan memijit tulang di antara kedua matanya, kemudian kembali memakai kacamatanya.
"Sepertinya aku sudah harus pulang, besok aku akan memasukkan berkas berkas ini kembali ke pengadilan agar kasus Aaron bisa dibuka kembali."
Elbert merapikan dokumen yang ada di atas mejanya, kemudian ia mengambil tas tangannya. Meraih jas panjang miliknya yang berada di tiang gantungan di ujung ruangan.
Tak lupa ia mengunci pintu kantornya, bahkan memeriksanya kembali. Suasana Kota New York masih agak ramai, Elbert pun pulang dengan mengendarai mobil miliknya.
Namun, ia tak mengira bahwa sejak kemarin kantor pengacara miliknya sedang diawasi oleh beberapa orang.
Melihat Elbert sudah pergi, orang orang yang sedari tadi mengawasi kantor tersebut pun keluar. Salah satu dari mereka memberikan arahan, kemudian sebagian dari mereka masuk ke dalam kantor dan sebagian lagi mengawasi.
Mereka membuka pintu dengan keahlian yang mereka punya tanpa merusaknya. Setelah pintu terbuka, mereka langsung masuk ke dalam dan mulai mencari dokumen yang mereka perlukan.
Mereka membuka lemari berkas, mencari satu persatu. Lama kelamaan mereka semakin beringas karena tidak menemukan apa yang mereka cari.
Salah satu dari mereka kemudian menyalakan komputer. Matanya mulai menelisik ke semua file yang ada di dalam komputer tersebut. Dengan lincah tangannya mulai mengetikan sesuatu di atas keyboard, kemudian ia memasang sebuah flash disk dan kembali mengetikkan sesuatu.
"Beres!" sebuah senyuman smirk menghias di wajahnya.
"Ayo kita kembali, aku sudah menyelesaikannya," lanjutnya.
Ia mengarahkan 2 jarinya ke atas, memerintahkan untuk segera kembali. Mereka pun menutup pintu kembali, meskipun tak menguncinya.
Sementara itu di tempat lain, di sebuah bangunan apartemen yang cukup mewah, di tengah Kota New York.
"Mereka sudah menyelesaikannya Mr. dan mereka yakin bahwa Aaron Bradley tak akan pernah keluar dari penjara."
Lelaki itu pun mengarahkan tangannya, meminta asistennya untuk keluar. Kemudian ia berdiri dari kursinya, memandang ke arah Kota New York yang dipenuhi kelap kelip lampu jalan dan lampu gedung.
"Aaron Bradley, selamanya kamu akan berada di dalam penjara. Tak ada yang bisa menghalangiku untuk mencapai tujuanku. Tidak dirimu, tidak siapapun."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Note 2
jane ki lek gae crito piye to mbolak mbalek
2024-09-13
0
Ita rahmawati
mau komen tp bingung sm nama tokohnya,,nama nya belibet 🤣
2024-05-28
1
dementor
bukan luis hamilton tapi Michael Schumacher yang pembalap F1.. Tiger Wood & Roger federer ya.. 🤭🤭🤭
2023-05-08
0