"Akhirnya ia dipecat juga dari perusahaan MonPro. Kukira bakalan lama dia disini dan bisa menghalangi karirku," ujar David.
Bisik bisik pegawai lain tentang pemecatan terhadap Aaron pun semakin menjadi bahan perbincangan. Mulai dari tuduhan penggelapan uang, hingga manipulasi data.
David yang sedang duduk di meja kerjanya memandang ke arah meja kerja Aaron pun mulai berpikir, apa yang harus ia lakukan agar bisa naik jabatan dengan mudah sepeninggal Aaron.
Perlahan, sambil melihat situasi sekitar, ia berjalan mendekati meja Aaron. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, para pegawai lain sudah pulang, sehingga ia bisa memeriksa dengan lebih leluasa.
David menyalakan komputer milik Aaron. Matanya terus menatap layar komputer dan terkadang juga masih berjaga jaga dengan situasi sekitar. Ia tidak ingin kedapatan sedang memeriksa milik Aaron.
Setelah beberapa lama ia memeriksa semua file yang ada di komputer Aaron, ia tidak menemukan apa apa. David pun melihat sebuah box yang berisi barang barang Aaron yang akan ia bawa pulang besok.
David memeriksa dengan teliti, kemudian menemukam sebuah amplop berwarna coklat. Ia pun langsung membukanya dan melihat deretan angka angka yang sangat ia kenali.
"Jadi ....," gumam David.
Ia langsung memasukkan kembali dokumen tersebut ke dalam amplop dan memasukannya ke dalam tas miliknya. Ia pun langsung beranjak pulang.
Dirumah, ia duduk di meja kerjanya, kemudian membuka amplop coklat itu kembali dan menelisik isinya. Hampir semalaman ia mempelajari semua dokumen yang David yakini dikerjakan oleh Aaron.
Pagi sudah menjelang, ia tidak tidur semalaman tapi ia tetap harus pergi ke kantor hari ini. Setelah semalaman mempelajari dokumen milik Aaron, ia yakin kini ia mempunyai kunci untuk memeras seseorang dan yang pasti akan sangat berguna untuk kenaikan karirnya.
*****
"Aaron, apa kamu sudah bertemu dengan David?" tanya Allen.
"Sudah berhari hari ia tidak kelihatan, bagaimana bertemu. Apakah dia datang mengunjungi kita disini?"
"Apa kamu tidak tahu kalau David sudah kembali?"
"Kembali?"
"Ya, dan apakah kamu tahu apa yang sudah terjadi padanya?"
"Apa maksudmu Allen?" tanya Aaron penasaran.
"David duduk di atas kursi roda dengan salah satu kaki yang sudah tidak ada."
"Maksudmu kaki David ... "
"Ya, sebelah kaki David tidak ada. Aku yakin ini semua perbuatan Dizon. Pasti saat sirene berbunyi, David mencoba untuk kabur. Sayangnya ia tertangkap oleh Dizon dan sudah pasti akan mendapatkan hukuman."
"Hukuman sampai David kehilangan kakinya?"
"Dizon itu kejam. Ia akan membuat semua tahanan disini takut akan dirinya dan tidak berbuat macam macam."
"Tapi, itu melanggar hukum."
"Penjara Raikers tidak mengenal hukum lagi, karena hukum yang berlaku di Raikers adalah hukum Dizon."
"Sial!! Aku harus menemui David," ujar Aaron.
*****
David memasukkan kembali laporan keuangan itu ke dalam amplop setelah ia membacanya dan menelitinya berkali kali. David sudah merencanakan bahwa ia akan menggunakan isi amplop tersebut untuk keuntungan dirinya.
Tokkk ... Tokkk ... Tokkk ....
"Permisi Mr. Luis," sapa David.
Luis yang sedang berbicara dengan seseorang via telepon pun akhirnya memutuskan sambungan telepon tersebut.
"Ada apa, Dave?"
"Apa bisa saya bicara sebentar?"
"Tidak, maaf. Saya harus segera pergi untuk meeting di tempat lain. Mungkin untuk beberapa hari ke depan pun saya tidak akan ke kantor."
Luis mengambil beberapa barang miliknya di atas meja, kemudian ia bergegas keluar.
"Kita akan bicara nanti setelah saya kembali ke kantor."
"Baik."
David pun akhirnya keluar dari ruangan Luis. Tak berselang lama, Aaron datang dengan wajah yang kusut. Hari ini adalah hari terakhirnya di kantor. ia tidak datang ke kantor untuk bekerja, tapi hanya berpamitan dengan rekan rekannya.
"Aaron, ternyata kecerdasanmu tidak bisa menang. Buktinya kamu yang seorang supervisor yang luar biasa saja, bisa langsung dipecat dengan tidak hormat. Kamu akan sulit mencari pekerjaan di luar sana," bisik David di telinga Aaron.
"Terima kasih atas pesan pesanmu," ucap Aaron.
"Dan .... jagalah istrimu. Seorang pria pengangguran sepertimu, apa masih berguna? Aku akan menampung istrimu dengan senang hati."
Hampir saja Aaron memukul David, tapi ia masih bisa menjaga kewarasannya. Setelah itu Aaron pergi sambil membawa box miliknya.
"Lihatlah Aaron, aku pasti akan menjadi orang yang sukses. Terima kasih banyak atas bantuanmu."
Beberapa hari selanjutnya, Mr. Luis memang tidak datang ke kantor. Mungkin benar kalau dia melakukan meeting di luar. David dengan sabar menunggu kedatangan Mr. Luis kembali ke kantor.
1 minggu kemudian, Mr. Luis datang ke kantor didampingi oleh seorang lelaki. David memperkirakan usianya sekitar 24 tahun, seperti anak yang baru lulus kuliah.
"Perkenalkan, ini adalah Dean Anderson. Dia adalah keponakanku yang baru saja lulus Magister Keuangan. Ia akan bekerja disini sebagai supervisor kalian menggantikan Aaron."
"Sialan!! Jadi dia membawa keponakannya untuk menggantikan Aaron, padahal aku lebih cocok," batin David
"Itu mejamu, Dean," ucap Mr. Luis
David ingin mengejar Mr. Luis ke ruangannya, tapi tiba tiba ia mengurungkan niatnya.
"Kamu sama sekali tidak memperhitungkan keberadaanku, maka aku pun tidak akan memperhitungkan keberadaanmu. Aku akan langsung menghadap Mr. Edward," batin David.
David bekerja dengan sangat kesal hari itu, bukan hanya karena jabatan supervisor tidak menjadi miliknya, tapi juga karena ia harus diperintah oleh anak yang masih muda.
Sebelum menghadap Mr. Edward, David menghubungi Regina, sekretaris Mr.Edward.
"Gin, apa Mr. Edward ada di ruangannya?"
"Ya, tapi saat ini ia sedang ada tamu."
"Kalau sudah selesai, bisakah kamu menghubungiku? Aku ingin berbicara dengan Mr. Edward."
"Baiklah."
"Terima kasih."
Selama menunggu telepon dari Regina, David kembali berpikir tentang apa yang harus ia katakan kepada Mr. Edward.
"Aku pasti akan diberikan jabatan yang tinggi jika aku bisa memberikan data ini kepadanya," ujar David
15 menit kemudian, Regina pun menelepon David dan mengatakan bahwa tamu Mr. Edward sudah pergi. Kini hanya tinggal Mr. Edward yang ada di ruangannya.
"Baiklah, aku kesana sekarang."
David mengambil amplop coklat yang didalamnya terdapat data data penting, kemudian ia berjalan menuju lantai 10, lantai khusus direksi.
Setelah melihat ke arah Regina, David pun mengetuk pintu ruangan Mr. Edward.
"Selamat siang Mr. Edward," sapa David
"Silakan duduk," ucap Mr. Edward sambil menandatangani berkas berkas yang ada di hadapannya.
David duduk di salah satu sofa di dalam ruangan Mr. Edward. Ruangan itu sangat besar. Ini adalah pertama kalinya David masuk ke dalam ruangan ini.
Setelah selesai menandatangani berkas, Mr. Edward bangkit dari duduknya dan menghampiri David.
"Anda?"
"Saya David Warren, staf bagian keuangan."
"Ada yang bisa saya bantu, Mr. David?"
"Saya ingin memberikan ini."
David menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat kepada Mr. Edward yang adalah laporan keuangan yang dibuat oleh Aaron.
Mr. Edward membuka amplop tersebut, kemudian melihat ke arah David sambil tersenyum.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Erna
beradapan dg org seraka susah,,,,apapun bisa dia perbuat tampak memikirkan org lain
2023-03-13
0
Nanikk Tjahya Suryani
haduuuuuuhhh pdhl menarik tpii acakadutt.... harusnya ada pemberitahuan tulisan POV dong. critanya menclak menclok kmna2.... huhhhhh
2022-10-24
0
Darto Toink Katrok
cerita kok bolak balilk
aneh
2022-09-05
0