Keesokan harinya
Hari ini adalah hari pemakaman mama dan Delina
Aku sudah bersiap dengan menggunakan pakaian serba hitam untuk mengantarkan mama ke tempat peristirahatan terakhir
Pemakaman berjalan dengan hikmad dan setelah selesai orang orang mulai pergi satu persatu
Awan menghitam menggantikan matahari yang semula cerah
Di pemakaman mama aku tak mampu menahan tangis lagi
Air mata ku luruh karena harus menerima kenyataan bahwa mama kini sudah pergi bersama Delina
Kini aku tidak bisa bercanda tawa dengan mama lagi. Dan mulai hari ini aku tak akan pernah mendengar ocehan mama di pagi hari
Dan kini mau tidak mau aku harus menerima kenyataan bahwa mama pergi untuk selama lamanya
Aku kehilangan mama
Aku harus jauh dari mama gara gara ulang tahun sialan ini
Aku merutuki hari ini
"Ma" lirihku dengan suara bergetar sambil memeluk batu nisan yang bertuliskan nama mama
Aku tak sanggup berkata kata lagi
Satu per satu air hujan mengenai tubuhku yang berbalut baju hitam
Dan dalam waktu beberapa detik hujan turun dengan sangat deras. Namun aku masih tak ingin beranjak dari sini. Ingin rasanya aku menghabiskan waktu disini bersama mama. Aku tak sanggup jauh dari mama
"Lebih baik kamu pulang ngapain disini kamu nangis darah pun gak akan bisa balikin mama kamu" ucap papa dengan ketus
"Pa mama meninggal dan papa dengan mudahnya ngomong gitu"
"Apa papa sudah lupa dengan cinta dan sayang papa yang dulu" tanyaku
"Heh!! Kamu gak tau apapun anak. kecil" umpat papa padaku
Mengapa papa berubah
Aku berjalan pelan dengan basah kuyup menuju mobil dan disana pak Anang sudah menunggu
"Non gak papa" tanya Pak Anang
"Gak papa pak" ucapku padahal itu bohong
Aku terluka, kecewa ingin rasanya aku marah namun tak tau pada siapa
Lima menit kemudian kami sampai di rumah dan aku langsung turun dan ingin segera mengganti pakaian
Namun aku di kejutkan dengan papa yang duduk di ruang tamu. Bukan papa yang membuatku terkejut tapi wanita yang ada di sampingnya dengan memeluk lengan papa mesra
"Dia siapa pa" tanyaku pelan dengan menunduk
"Apa itu urusanmu" bentak papa
Ingin aku menangis karena mendengar bentakan papa namun aku berusaha menahannya
Mungkin saat ini papa sedang terpuruk karena kehilangan mama dan melampiaskan nya padaku dengan membentakku
Aku harus mengerti!!
"Maaf pa" ucap ku
Aku masih tak berani menatap wajah sang papa yang merah marah
"Oh ya kenalkan dia Tara dia calon istri papa dan sebentar lagi akan menjadi ibu tiri kamu" ucap papa membuatku terkejut bukan main
Kali ini aku memberanikan diri untuk menatap wajah papa
"Pa mama baru aja di makamkan dan papa mau nikah lagi apa secepat itu rasa cinta papa ke mama hilang" tanyaku dengan nada tinggi
Entah keberanian dari mana aku bisa mengucapkan hal itu
Padahal seumur hidup aku tak pernah berkata dengan nada tinggi pada papa bahkan aku selalu hormat pada papa
Plakk
Sebuah tamparan dari papa lagi lagi membuatku heran dan terkejut. Selama ini papa tak pernah sekali pun memarahi ku apalagi sampai menampar ku
Mengapa di saat aku kehilangan mama aku juga harus kehilangan papa. Bukan kehilangan papa namun aku harus kehilangan papa yang dulu yang sayang dan cinta pada keluarga nya
Dia seolah menjadi pelindung bagi kami namun mengapa sekarang berbeda. Yang ada di hadapanku ini bukan papa yang ku kenal dia orang lain
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments