Selepas sekolah aku menemukan sebuah surat di bawah mejaku, saat aku membukanya aku menemukan tulisan yang memintaku untuk menemuinya di asrama perempuan, tentu yang kumaksud si pembuat surat ini.
Awalnya kukira ini hanya mimpi, akan tetapi setelah melihat nama di bawahnya ekspresiku mulai memucat, di sana tertulis nama Isabel dengan jelas.
Isabel memang terlihat memiliki darah eropa akan tetapi apa mengundang seorang cowok ke kamarnya sesuatu yang wajar dilakukan? Tentu saja tidak. Coba pikir dari sudut berbeda.
Aku baru mengenalnya, kita tidak memiliki hubungan khusus dan yang lebih penting dia terlihat membenciku, jika memikirkannya pasti seseorang sedang menjahiliku agar aku menerima hukuman.
Pasti itu.
Tanpa berpikir lagi aku segera membuang surat itu ke dalam tong sampah.
"Mereka pasti bodoh, aku tidak akan mungkin tertipu dengan hal yang menyedihkan seperti ini."
Aku memutuskan kembali ke asrama, asrama akademi Guardian lebih terlihat seperti hotel pribadi dimana kami hanya tinggal sendirian di dalam ruangan. Lemari, meja, kulkas, dapur serta semua hal yang dibutuhkan telah disiapkan dengan matang. Aku membaringkan tubuhku di ranjang yang empuk selagi membaca cetak biru yang selama satu tahun ini kubuat.
Ini adalah Guardian yang ingin kubuat sendiri, dibanding mengambil konsep dari pemerintah, aku lebih yakin dengan konsep buatanku sendiri, dimana robotku tidak berbentuk menyerupai manusia melainkan berbentuk belalang sembah dimana kedua tangannya merupakan sabit panjang.
Aku menyebutnya Guardian belalang, musuh kita adalah hewan akan lebih baik jika lawannya juga hewan pikirku, ini murni hanya pemikirannya saja. Ketika aku membayangkannya sebuah ketukan terdengar dari pintu kamarku
Ini sudah larut malam untuk seseorang bertamu ke tempat orang lain, saat aku membukanya dia adalah Isabel dengan gaun tidur berwarna putih
"Aku sudah menunggumu kenapa kau tidak datang ke kamarku?"
Aku segera menutup pintunya.
"Kau berani membanting pintu di wajahku, apa kau tidak takut mati hah?"
Dibanding itu aku takut membuat semua orang salah paham.
"Jika kau tidak membukanya dalam hitungan tiga, aku akan berteriak di sini."
Gadis ini menakutkan, pada akhirnya aku membiarkannya masuk lalu menghidangkan teh dan cemilan ringan untuknya.
Aku duduk di hadapannya selagi mendesah pelan.
"Kukira surat itu hanya iseng saja, kau benar-benar berani mengundang laki-laki ke kamarmu, bahkan berkunjung ke tempat ini pada larut malam."
"Kau mengatakan sesuatu?"
Dia sengaja tidak mendengarkan.
"Jadi apa maumu? Aku tidak berniat mempertaruhkan nyawaku untuk menyerangmu di sini."
"Pemikiran bagus, sebenarnya aku juga membawa stand gun sekarang."
Aku mendesah pelan untuk kedua kalinya lalu diam untuk membiarkan Isabel melanjutkan, dia tampak malu-malu.
"Apa kau tahu seperti apa perlakuan semua orang kepadaku?"
"Aku tahu betul, kau membuat seisi kelas memusuhimu kan... jadi?"
"Besok adalah latih beladiri aku ingin kau menjadi partnerku latihan."
Aku segera menolak.
"Tidak, tidak.. kau ini specialis bertarung, lagipula aku akan berkerja sama dengan Nakamura untuk besok."
"Soal Nakamura bukan masalah, dia mengatakan mau menyerah dan membiarkanku menjadi partnermu yang baru."
Dia pasti mengancamnya, jika begini apa boleh buat.
"Aku tidak keberatan sih.. hanya saja bukannya lebih baik kau berbaikan dengan yang lainnya saja "
"Mustahil, aku ini special aku tidak mungkin cocok dengan mereka."
Aku mendorong keningnya dengan satu jari hingga Isabel mengeluarkan suara sakit.
"Karena sifat seperti itulah semua orang menjauhimu," kataku demikian.
Dia hanya diam dengan wajah memerah, apa aku mengatakannya terlalu berlebihan?
"Kalau begitu aku kembali, terima kasih untuk kuenya, rasanya enak."
"Aah."
Aku hanya melihat kepergian Isabel hingga ia menghilang saat menuruni tangga. Kalau saja orang lain juga bisa mengenalnya lebih jauh, dia bukanlah orang yang buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments