Hana Aisya yang sedang hamil besar sedang berjalan bersama suaminya Vito, mereka berhenti sebentar, Hana tersenyum saat suaminya berhenti tiba-tiba hanya untuk mencium perutnya yang sudah besar.
Mereka kembali berjalan menuju ke sebuah toko pakaian bayi, karna mereka sudah harus mempersiapkan semuanya.
Vito memilih-milih pakaian untuk calon bayi mereka sambil menunjukkannya pada Hana, Hana mengangguk senang saat melihat pilihan Vito.
Setelah dari toko itu mereka berjalan ke depan menuju mobil mereka.
Vito berjalan lebih dulu sambil sesekali melihat Hana, tanpa disadarinya mobil dari arah kiri melaju dan menabraknya.
Hana berdiri mematung karna shock melihat tubuh Vito melayang sebelum akhirnya jatuh.
Air matanya perlahan jatuh membasahi pipinya sambil berteriak histeris.
Hana berteriak, "Tidak..." lalu terbangun dari tidurnya yang ternyata hal tadi adalah mimpinya tentang kejadian masa lalunya, yang ingin sekali dilupakannya tapi selalu hadir dimimpinya hampir setiap malam, mimpi itulah yang selalu mengingatkannya pada suaminya yang sudah meninggal, rasa bersalah juga selalu hadir setiap kali mimpi itu hadir.
Anaknya Alwi juga terbangun dari tidurnya karna teriakan Hana.
Hana melihat ke arah putranya lalu memegang wajahnya yang sudah basah oleh air mata.
"Bunda gak apa-apa, Alwi tidur lagi ya," ucap Hana saat melihat Alwi yang menatapnya.
Alwi mengangguk tapi terlihat jelas Alwi tau kalau Bundanya pasti bermimpi buruk seperti biasa.
Alwi memejamkan matanya kembali, mencoba tidur kembali.
Hana menatap ke arah Anaknya yang sudah tidur, dibelainya lembut kepala anaknya itu, Ia sangat menyayangi Alwi melebihi apapun karna ini adalah harta satu-satunya peninggalan Almarhum suaminya.
Hana kembali berbaring dan berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa, karna rasa bersalah dihatinya cukup besar atas kematian suaminya.
Hana mengingat saat mertua dan iparnya mengusirnya yang tengah hamil besar, Ia juga mengingat saat Ia dipersalahkan atas kematian Vito.
Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula itulah hal yang dialami Hana sewaktu dulu.
Hana langsung bangkit lagi, duduk sebentar sambil mengusap wajah dan langsung menuju tempat wudhu untuk melaksanakan sholat tahajud.
*
Pagi hari Hana Aisya sudah bersiap-siap berangkat ke tempatnya kerja, anaknya yang baru berusia 6 tahun juga sudah rapi.
Setelah sarapan Ia mengantar anaknya ke sekolah, saat di depan sekolah Alwi putranya mencium pipinya lalu melambaikan tangan seperti layaknya anak kecil yang lain. Hana tersenyum melihat putranya masuk ke gerbang sekolah.
Saat berjalan menuju tempat kerjanya yang gak terlalu jauh, Ia menatap ke arah langit yang sudah cerah.
Telapak tangannya menghalangi wajahnya dari sinar matahari, tapi sinar matahari masih menembus lewat jari-jarinya.
Putra kita sudah besar, kau pasti melindungi kami dari sana kan? batin Hana
Hana kembali berjalan hingga depan pabrik tempatnya kerja, Ia langsung absen tanda masuk kerja seperti yang lainnya.
Ia berjalan kembali, masuk ke tempat ganti pakaian kerja, lalu langsung berjalan ke dapur tempat pembuatan roti.
Baru beberapa menit masuk, atasan mereka masuk ke dapur, semua pembuat roti langsung berdiri rapi menghadap atasan mereka. Berdiri tegak layaknya siswa sedang upacara.
"Hari ini pemilik pabrik ini yang juga wakil Direktur perusahaan besar akan datang langsung ke sini untuk memantau pabrik, kalian harus bersiap-siap karna mungkin dia akan memantau dapur, kemarin mereka memantau pabrik di Bandung dan banyak sekali kesalahan yang orang di sana buat, salah satunya kurangnya kebersihan dapur," ucap Pak Lindo atasan mereka.
"Ya Pak...!" seru semuanya
"Silakan mulai kerja," ucap Pak Lindo
Semua langsung menuju tugasnya masing-masing.
Pak Lindo berbalik dan berjalan keluar kembali ke ruangannya.
Hana langsung membersihkan mejanya dan langsung menumpahkan tepung untuk membuat adonan roti, Ia menghela nafas sesaat lalu langsung semangat membuat adonan roti.
Seluruh pembuat roti sedang fokus pada adonan masing-masing tanpa saling melihat. Fokus mereka memang hanya pada adonan di depan mereka, karna membuat roti membutuhkan konsentrasi eksta.
Setelah selesai membuat adonan, mereka memasukkan adonan tersebut ke alat pencetak roti secara bergantian lalu memasukkan roti ke pemanggang.
Mereka kembali membersihkan meja masing-masing hingga bersih sebelum akhirnya istirahat.
Semua istirahat di kantin pabrik, mereka duduk makan siang bersama.
Waktu menunjukkan hampir pukul 12 siang, atasan mereka memanggil semuanya karna wakil Direktur perusahaan sudah datang.
Hana sedang keluar untuk sholat Dzuhur sehingga saat yang lain kumpul dia tidak ada di tempat.
Arka Wijaya Wakil Direktur perusahaan Indojaya turun dari mobil bersama bawahannya, lalu di sambut pemimpin pabrik, mereka langsung berjalan menuju dapur, pemimpin pabrik beserta beberapa pegawai mengikutinya dari belakang.
Arka masuk ke dapur dan melihat pembuat roti berdiri di dekat meja mereka masing-masing, hanya satu meja yang kosong, dan itu adalah meja Hana Aisya. Tatapannya tertuju pada meja kosong itu.
Arka menatap ke arah pemimpin pabrik.
Pak Lindo langsung panik karna Ia tau arti tatapan Arka.
"Saya akan meminta yang lain mencarinya," ucap Pak Lindo
"Saya paling tidak suka ada pegawai saya yang tidak disiplin seperti ini, anda juga tau kan?" tanya Arka pada Pak Lindo dengan suara tegas.
"Iya Pak," ucap Pak Lindo yang masih gemeteran.
Hana Aisya baru datang dengan terburu-buru dan langsung menunduk. Semua melihat ke arahnya termasuk Arka yang terlihat sangat murka.
"Hana, kan tadi saya sudah bilang kalau pemilik pabrik akan datang, kamu lupa ya?" kesal Pak Lindo
Arka juga menatap tajam ke arah Hana, Farel asistennya menunduk ikut ketakutan karna tau apa yang akan terjadi.
"Maaf Pak." Hanya itu kata yang terucap dari mulut Hana. Ia tidak menjelaskan darimana Ia karna takut terlihat sok alim.
"Orang yang tidak disiplin tidak pantas bekerja untuk saya, silakan ambil gaji terakhir kamu, karna pabrik saya tidak membutuhkan karyawan seperti kamu," ucap Arka sambil menatap tajam Hana
Hana langsung sedih dan bergetar ketakutan, "Tapi Pak," ucapnya
"Tidak ada tapi-tapian silakan keluar, tidak ada alasan untuk orang seperti kamu." Arka menunjuk arah pintu, walau matanya bukan ke arah pintu.
Hana langsung diam tidak jadi menjelaskan, Ia membuka celemeknya lalu berjalan pelan menuju tempat ganti karyawan tanpa menatap yang lain.
Arka berjalan menuju ruangan tempat istirahat atau lebih tepatnya adalah ruangannya, Ia melihat jam di tangannya dan langsung pergi ke luar lagi.
Saat Arka berjalan keluar, Ia melewati para pembuat roti yang sedang bergosip.
Arka berhenti saat mendengar namanya disebut, lalu Ia mendengar dari balik dinding.
"Bukankah Pak Arka terlalu kejam memecat seseorang tanpa mendengar penjelasannya lebih dulu," ucap seseorang.
"Iya, Pak Lindo juga kan seharusnya membela Hana, Pak Lindo kan tau kalau Hana jam segini pasti sholat ke masjid depan," kata orang satunya.
Arka mendengar semuanya lalu melanjutkan jalannya tanpa terlihat oleh mereka.
Di depan pabrik, Arka melihat Hana yang baru keluar dari pabrik setelah mengambil gaji terakhirnya.
Hana berjalan menuju jalanan besar, wajahnya terlihat sedih saat menatap teriknya matahari, Ia terus menyusuri jalan.
Arka berjalan menuju masjid di depan, Ia teringat ucapan orang-orang pabrik tadi. Ia mengambil wudhu lalu langsung masuk ke Masjid, Ia langsung sholat Dzuhur sendiri.
Setelah selesai Ia melihat ke arah seorang penjaga masjid yang sedang menyapu, Ia pun langsung berjalan mendekatinya. Penjaga masjid menatap ke arahnya.
"Maaf Pak, saya mau tanya tadi ada seorang wanita tidak yang datang ke sini?" tanya Arka
"Yang datang ramai Pak," jawab penjaga masjid.
"Yang pakai seragam pabrik depan," ucap Arka
"Oh Mbak Hana ya, iya setiap Dzuhur dan Asar dia pasti sholat di sini, memangnya kenapa?" tanya penjaga masjid.
"Gak apa-apa Pak, terima kasih untuk infonya. Saya pamit." Arka langsung menunduk pamit pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
💕☫ɦเ∂α⃟ყ⃟αɦ★💕
next thor
2024-05-04
0
Eliani Elly
next
2023-08-17
0
Dul...😇
pemimpin ta ek🤮
2023-04-28
0