Part 14

Ibu nya bermaksud untuk menanyakan nya. tapi ibu nya sedikit ragu.

Karena putrinya itu tidak pernah menceritakan masalah apa pun.

"Emang nya kamu mau nginep berapa hari Fil?" tanya sang ibu pura pura agar mengetahui masalah anak nya.

"Enggak kok bu, paling cuma beberapa hari saja, Filah masih kangen sama dua bocah ne" ujar Nafilah sambil tersenyum melihat ke dua adik nya se akan menghilangkan ke curigaan ibu nya.

"Emang nya enggak sayang kalau toko nya di tinggal terlalu lama!"

"Iya sih bu, soal nya banyak pelanggan, tapi mas Zafir besok pulang duluan kok!" gumam Nafilah sambil melirik ke arah suaminya itu.

"Iya bu," sambung Zafir se akan menyetujui isyarat Nafilah,

Nafilah ke bingungan apa dia akan memberitau ibu nya, tapi iya tidak tega, takut nya orang tua nya ke pikiran akan dirinya, tapi ia juga tidak sanggup lagi dengan kelakuan suaminya.

"Bu, Filah ke kamar dulu ya, soal nya perut Filah sedikit kram."

"Ya sudah, jangan terlalu capek"

Nafilah masuk kekamar nya, Zafir pun mengikuti istrinya itu.

"Sayang apa yg kamu katakn sama ibu?"

"Apa nya mas, aku cuma ingin ibu tidak ke pikiran saja, kamu balik saja besok!" gumam Nafilah

" Baik lah kalau gitu aku tidak akan balik ke sana, aku akan tetap di sini dengan mu"

"Mas , kamu tau ngerti enggak sih apa yg aku rasakan, aku sudah cukup sakit dengan kelakuan kamu mas, aku sudah tidak sanggup lagi , aku minta pisah saja!" tegas Nafilah kelihatan nya sangat kesal.

"Naf, jangn pernah keluar kata kata itu lagi, aku tidak akan pernah pisah sama kamu sampai kapan pun" gumam Zafir menegaskan agar Nafilah bisa mengerti.

"Naf, kamu itu tanggung jawab mas, di manapun kamu berada aku harus ada di samping mu, apa lagi kamu lagi mengandung anak aku Naf" sambung Zafir meyakinkan istrinya.

"Lalu aku harus apa mas,? aku harus nerima kelakuan kamu karena aku tanggung jawab mu gitu maksud kamu mas" aku juga bisa mengurus diriku sendiri tanpa kamu"

"Ok mas tau mas salah, aku minta maaf, aku janji aku tidak akan ngulangin lagi. kamu pulang ya sama aku!"

"Bukan kah kata kata itu sudah sering aku dengar mas, dan masih saja terulang ulang" sekarang agar aku percaya kata apa yg akan keluar dari mulut mu mas, maaf?

"Naf, dengar baik baik, aku berteman masih dalam batasan Naf, aku tidak melakukan hal tidak pantas, dan iya aku akui, aku pernah jalan dwngan Fika, tapi aku tidak ngapa ngapain Nafi""

"Dan bukti itu sudah membuat aku sakit hati, tangan mu itu jangan pernah menyentuh ku lagi mas, Mata mu juga, karena kamu sudah gunakan itu untuk wanita lain!"

Zafir mulai diam sepertinya ia sangat menyesal. melihat ia sangat merasa bersalah, apa lagi ia melihat istrinya sangat murka, Zafir tidak pernah melihat Nafilah se murka ini.

"Apa mungkin ini karena dia lagi hamil.?" Sebelumnya dia tidak pernah semarah ini?"gumam nya dala hatinya.

Zafir pun mengakhiri perdebatan nya dengan istrinya. karena percuma sekarang istri nya lagi sangat emosional.

"Kakak " suara Iki dari luar pintu kamar Nafialah.

""Iya Ki , bentar" suara Nafilah balik pintu, buru buru iya menghapus air mata nya.

"Kenapa ki?

"Bapak memanggil kakak"

"Oh iya, ada apa kata nya Ki?"

Iki hanya menggelengkan kepala nya.

Nafilah berjalan di belakang adik nya menuju si mana tempat bapak nya memanggil.

"Kenapa Pak? tanya Nafilah.

"Ini bapak minta tolong jahit kan kacing baju bapak lepas Nak!" ujar Heru Bapak Nafilah.

"Ibu nya enggak sempat terus," sambung nya lagi.

"Iya mungkin Ibu sibuk pak, malah ngurusin adik adik lagi"

"Bapak mau berangkat kerja pak?" sambung Nafilah lagi.

" Iya, kamu pulang kapan?" tanya bapak nya.

" Entah lah"

"Ya sudah napak berangkat dulu ya, nanti kalau pulang hati hati di perjalanan, dan jangan ngebut!" pesan pak Heru, sebagai orang tua masih mengkhawatirkan anak nya meskipun anak nya sudah berkeluarga.

"Iya pak," jawab Nafilah lirih,

*

" Iki ngapain kamu di sini sendirian? tanya sang ibu.

" Main Mobil mobilan bu"

"Kakak kamu Risa di mana dia?"

"Enggak tau, kalau Kak Nafilah tadi di panggil bapak, kakak Tadi seperti nangis bu" ujar Iki, biasa anak kecil belum memahami apa pun, hanya jujur dalam apa yg ia lihat.

" Kenapa kak mu Nangis? tanya ibu nya lagi mulai curiga, ia sedikit mengntrogasi melalui putra bungsu nya.

" Mana Iki tau, pas Iki panggil tadi , keluar kamar seperti menangis" ternyata Iki tanpa di sadari memperhatikan kakak nya.

Pasti Nafilah ada masalah, Iki tidak mungkin berbohong, kali ini aku harus cari tau, kasian dia, lagian Nafilah punya masalah apa pun tidak pernah mau terbuka selalu memedam sendirian.

"Eh Fil, kok kamu duduk sendirian. mana Zafir?" tanya ibunya , memulai pembicaraan agar bisa mengetahui masalah nya.

" Iya bu ne lagi nonton sinetron,"

"Suami mu?"

" Paling di kamar bu"

"Fil, ibu mau tanya, apa kamu lagi ada masalah?" tanya sang ibu yg terlihat khawatir.

"Enggak bu', kenapa? " Nafilah balik nanya, ia terkejut dengan pertanyaan ibu nya.

" Enggak ibu cuma nannya, aja, soal nya kelihatan nya kamu lagi banyak fikiran,?"

"Itu perasaan ibu saja,"

"Tapi kata Iki tadi kamu menangis, benar?"

"Ya ampun bu, Iki di percaya, mana ada , tadi Bapak minta di jahitin kancing bajunya,"

"Naf, ibu kenal kamu dengan baik"

"Ibu ne, baper aja sama kata kata Iki, sayang banget bu sama Filah?" Nafilah malah mengalihkan pembicaraan agar ibu nya tidak melanjutkan pertanyaan nya lagi.

"Ibu ne lagi enggak kasian apa sama bapak, kacing bajunya sampek lepas semua" sambung nya lagi

" Iya ibu lupa, ya sudah ibu keluar dulu"

" Iya,"

Ternyata Zafir menguping pembicaraan Nafilah dan ibunya, Zafir baru menyadari kalau istri nya itu tidak sanggup melukai perasaan orang lain, meakipun dirinya terluka, dari situ Zafir sunggu sungguh menyesal.

Lalu Zafir nyamperin Nafilah yg lagi duduk di ruang TV, ia duduk dekat Nafilah,

" Naf, tolong maafin mas ya,!"

Nafilah hanya menoleh ke arah Zafir tanpa mengeluarkan sepatah katapun,

"Naf kita pulang ya"

ajak Zafir memohon, penuh penyesalan.

"Baik lah, kita pulang nanti setelah bapak pulang kerja,"gumam Nafilah sembari berdiri dari tempat duduk nya, meninggal kan suami nya di ruang TV.

Zafir tersenyum bahagia karena Nafilah mau pulang bersamanya meskipun dengan terpaksa, Nafilah menyetujui karena ibu nya mulai curiga akan sikap nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!