Ke esokan paginya Nafilah membantu ibu nya memasak di dapur, seperti bisanya Nafilah membuatkan teh untuk ayah dan suaminya.
"Nafilah kamu kurang tidur apa sakit?" tanya sang ibu, karena ibunya melihat mata Nafilah sedikit sayu.
"Enggak kok, Bu. Filah malam tadi main Game sampek malem" jawab Nafilah sembari tersenyum kaku mengalihkan pembicaraan karena ia enggan membicarakan masalah dengan suaminya.
"Kebiasaan " ujar ibunya.
"Zafir kamu kan suaminya, kamu kasih tau istrimu agar mengurangi ke biasaannya itu" ujar ibunya sambil memotong sayur.
" Iya, Bu" jawab Zafir.
"Tau neh mas Zafir juga, Bu" sahut Nafilah agar ibu nya percaya, Nafilah takut ibunya curiga atas permasalahannya dengan suaminya.
Nafilah melirik Zafir yg tau permasalahannya.
Zafir hanya memandang Nafilah sambil menunggu teh buatan istrinya itu.
"Ini Mas teh nya" Ucap Nafilah
"Oh iya " ujar Zafir sambil memandang Nafilah. seakan di antara mereka tidak ada permasalahan apapun.
"Kok Nafilah sikapnya biasa saja? Apa dia tidak marah lagi?" Zafir penuh pertanyaan dalam hatinya, karena Nafilah semalam sangat emosional "Ah mungkin saja dia sudah tidak salah faham lagi" gumam Zafir dalam hatinya lagi.
"Masak apa sekarang, Bu?" tanya Nafilah sambil mengupas bawang.
"Kita masak nasi goreng saja untuk paginya" kata sang ibu.
"Oh, baik lah biar Filah saja yg membuatnya" pinta Nafilah.
"Iya, ini bahan bahannya" kata ibunya "Ibu mau belanja dulu " ujar ibunya lagi.
"Jangan bikin yg pedas kasian ke dua adikmu" teriakan ibunya dari ke jauhan.
"Iya, Bu" sahut Nafilah sedikit nyaring karena ibunya sudah jauh.
Melihat Ibu mertuanya sudah berangkat, Zafir mendatangi Nafilah di dapurnya, bermaksud membantu Nafila yg lagi sibuk masak.
"Apa yg bisa Mas bantu ?" tanya Zafir sambil senyam senyum manis.
Nafilah hanya melirik Zafir dengan cuek, tidak mengakatakan sepatah katapun.
"Nafilah masakanmu sepertinya enak sekali" kata Zafir.
Nafilah masih cuek saja, dan tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Tadi ada ibu Nafilah baik baik saja seperti tidak ada masalh apapun, kenapa sekarang dia cuekin aku?" gumam Zafir.
Karena Nafilah tetap tidak mau berbicara. Zafir pergi ke kamarnya dan siap siap berangkat kerja.
"Nafilah , mas berangkat kerja dulu ya" ucap Zafir berharap istrinya tidak mengabaikan nya lagi.
Nafilah hanya menoleh, tanpa mengatakan sesuatu.
Zafir mulai berangkat kerja, Ia terus berfikir. apa Nafilah sebegitu marahnya sama dia, karena Zafir berfikir Nafilah tau bahwa Zafir sangat mencintainya, dia hanya cuma iseng telponan sama perempuan lain, hanya untuk mengisi waktu kosong aja.
"Baiklahkalau begitu nanti aku jelaskan lagi..."
...***...
Sepulangnya dari kerja Zafir membawakan makanan ke sukaan Nafilah, ya itu Roti bakar isi kacang dan selai rasa melon.
"Naf... Nafilah" Zafir memanggilnya dari luar kamr, tapi istrinya tidak menjawabnya.
Zafir masuk ke kamarnya , ia sangat terkejut melihat apa yg dilakukan Nafilah
"Nafilah, apa yg kamu lakukan? kenapa kamu mengeluarkan pakaian mas dari lemari? Ada apa Nafilah?" tanya Zafir penuh dengan ke tegangan.
"Maaf, Mas . Aku sudah berfikir sepanjang hari, aku tidak bisa menjalani hidup sperti ini.
Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini, Mas.." ujar Nafilah
"Tapi Naf, aku tidak pernah menemui dia. Aku jujur Naf. Tolong maafin aku, aku tahu aku salah, tapi sungguh Nafilah aku tidak bisa jauh dari kamu" ucap Zafir dengan penuh penyesalan.
" Mas, bukan kah itu berungkali kamu seperti ini, dan tetap masih alasan yg sama. Lalu kapan itu akan berubah, harus sampai kapan aku seperti ini? Bukannya orang yg sudah menikah mejalani suka duka bersama? Dan kita berbeda, Mas. kamu mencari kesenangan di luar sana yg kamu anggap iseng. Aku tau, Mas. aku tidak bisa memaksakan hatimu untuk setia sama aku. Dan kamu juga tau aku tidak bisa menerima hal sperti itu" ujar Nafilah panjang lebar, ia berusaha tegar dengan apa yg yg sudah ia putuskan.
"Naf, tolong pkirkan ini dulu. Ini cuma masalah kecil" lirih Zafir sembari menatap memohon pada Nafilah, Ia takut kalau Nafilah benar akan akan meninggalkannya.
"Naf, aku mohon... Apa kamu engga sayang lagi sama aku?" tanya Zafir lagi masih menatap memohon pada istrinya itu.
"Haahh, apa kamu enggak sadar, Mas. Seharusnya aku yg tanya seperti itu, kita baru saja mas menikah" ucap Nafilah semakin kesal.
"Baiklah, aku janji tidak akan mengulangi lagi.
Mas bener bener takut ke hilangan kamu, tapi tolong maafkan aku, Naf"
Nafilah hanya terdiam, pendirian nya mulai goyah, ia terus berfikir bagaimana ia harus menjalani rumah tangganya, Nafilah juga tidak tega melihat Zafir yg terus memohon.
Pada dasarnya hati wanita memang mudah terluka,dan mudah juga luluh. Seperti itu lah hati Nafilah saat in.
Dia juga berfikir, bagai mana dengan orang tuanya kalau tau tentang masalah ini, mengingat pernikahan mereka yg baru memasuki 1 bulan saja.
Lalu Nafila keluar dari kamar, ia pun duduk di ruang TV sambil termenung.
"Naf... " terdengar suara Ibu nya memanggil, Nafilah langsung mengusap sisa dari tetesan air mata yg membasahi pipinya itu.
" Iya, Bu? apa ibu belum tidur?" tanya Nafilah ,
"Tidak, ibu huas tadi, mau ambil minum" ujar sang ibu sambil duduk dekat Nafilah "Kamu kenapa Naf, kok duduk di sini sendirian?" tanya ibunya,
"Engga ko, Bu. Nafilah engga bisa tidur" jawab Nafilah sembari tersenyum.
"Apa kamu ada masalah dengan suamimu?" tanya ibunya lagi karena melihat raut wajah Nafilah agak berbeda.
"Enggakok, Bu. Cuma aku engga bisa tidur makanya aku kesini mau nonton TV" jawab Nafilah sembari mengambil remot untuk meyakinkan ibunya.
"Tapi....."
"Bu katanya mau ambil minum? Apa mau nonton TV bareng" Nafilah memotong perkataan ibunya, agar tidak banya bertanya lebih lanjut.
"Oh iya ibu lupa" sahut ibunya.
"Kamu tidur sana jangan nonton TV terus, nanti bangunnya biar engga ke siangan" pinta sang ibu sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Iya, Bu" jawab Nafilah yg masih memegang remot, dan matanya masih tertuju pada layar TV nya.
"Iya kok masih di situ" ujar ibunya.
"Dikit lagi, Bu. Ini film nya naggung" sahut Nafilah
"Kebiasaan, jangan terlalu malam" pinta ibunya sembari masuk kamar.
"iya, Bu" sahut Nafilah, takut ibunya curiga lagi ia mematikan TV nya, dan meninggalkan ruang TV nya.
Saat Nafilah masuk kamar, Ia mendapati suaminya duduk di kursi dekat tempat tidurnya.
Melihat suaminya yg menunggu dirinya, rasa ingin menanyakan , kenapa ia tidak tidur, namun hatinya masih kesal.
Hati Nafilah berkecamuk, rasa tidak tega karena mendiaminya tapi ia masih merasa kesal atas perlakuan suaminya itu.
Tanpa berbicara, Nafilah merangkak naik ke atas ranjang. Suami nya pun juga naik dan mereka tidur tanpa bersuara, keduanya sama sama terjaga namun masih tak ada yg bersuara.
"Jangan ulangi lagi, atau aku yg akan pergi dari rumah ini..." ujar Nafilah kemudian yg membuat Zafir langsung tersenyum lebar. Itu artinya istrinya itu masih mau memaafkan nya.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Muh. Yahya Adiputra
kapan baru kamu bisa berubah zafir???
kebiasaan buruk kok dipelihara. ckckck
2021-12-09
0