Nafilah merenungkan apa yg suaminya lakukan, Nafilah berusaha tegar menahan bendungan air matanya agar tak mengalir sebelum suaminya menjelaskan semua itu.
Beberapa jam kemudian terdengarlah suara motor Zafir.
"Eh sayang kamu belum tidur"? tanya zafir sembari meletakkan konci motor dan kopyahnya.
"Balum" jawab Nafilah dengan nada yg sangat dingin.
"Apa kamu sakit?" tanya Zafir sambil memegang kening Nafilah.
" Tidak" jawab Nafilah.
"Tumben enggak tidur?" tanya Zafir lagi.
"Sengaja nunggu kamu, Mas" sahut Nafilah.
"Ooh, kangen yaaa?" tanya Zafir sambil memegang dagu Nafilah.
" Aku lagi tidak bercanda, Mas" ujar Nafilah serius.
"Mas juga tidak bercanda" jawab Zafir sambil tersenyum menggoda Nafilah.
"Bisa aku tanya sesuatu, Mas?" tanya Nafilah dengan menahan rasa sesak yg ada di dadanya.
"Boleh, mau tanya apa?" jawab Zafir sambil mencium tangan Nafilah.
" Jawab dengan jujur, Mas " pinta Nafilah sembari menarik tangan nya.
"Oke" jawab Zafir sambil tersenyum, serius banget gumam Zafir dalam hati.
"Mau tanya apaan sih kamu?" tanya Zafir.
"Kenapa kamu menikahiku?" Tanya Nafilah dengan serius.
"Ya karena aku sayang kamu lah" jawab Zafir sambil cengengesan, dikiranya Nafilah bergurau saja.
"Kalau begitu, apa kamu mau menikahi semua wanita yg kamu sayangi?" tanya Nafilah.
" Ya engga lah" jawab Zafir mulai serius.
" Apa gunanya seoarang istri bagimu, Mas?" tanya Nafilah lagi.
"Kenapa kamu bertanya begitu?"
"Ya aku hanya ingin tau, Mas?" jawab Nafilah.
"Kamu kan tau aku sangat mencitaimu" ujar Zafir sambil menggengam tangan Nafilah.
"Lalu siapa yg kamu sering telpon, Mas?" tanya Nafilah.
"Telpon yg mana?" tanya Zafir pura pura tak mengerti
"Engga usah pura pura engga ngerti, Mas. Dari kemaren aku diam saja bukan berarti aku tidak tau apa apa" ujar Nafilah dengan sedikit meninggikan nada bicara nya.
"Apa maksudmu? Aku engga telpon siapa siapa" ujar Zafir lagi,
"Lalu ini nomor siapa, Mas?" tanya Nafilah sambil menunjukan ponsel Zafir dimana tertera nomor asing itu di layar nya.
"Mungkin orang salah sambung, Sayang. itu engga ada nama nya" elak Zafir.
"Mas, aku bukan anak TK lagi, kita sudah sama sama dewasa dan aku engga bodoh" ujar Nafilah sambil meletakkan ponsel Zafir di atas meja dengan kasar
Lalu Nafilah keluar dari kamar nya dengan rasa penuh kecewa pada suaminya itu.
"Naf... Nafilah! " Zafir terus memanggil , namun Nafilah tidak menghiraukannya.
Zafir mengambil ponsel nya, ia lihat panggil tak terjawab di layar ponsel nya berkali kali dan ada panggilan masuk "Apa Nafilah jawab panggilan ini tadi?" gumam Zafir dalam hatinya.
Zafir mengecek pesan masuk yg ada di ponselnya.
betapa terkejutnya Zafir melihat isi pesannya itu.
"Kenapa dia ngirim pesan?" kata Zafir sambil menghapus pesan itu.
"Harus bagaimana aku cara menjelaskan ini ke Nafilah?" tanya Zafir pada dirinya sendiri.
Zafir keluar bermaksud menemui Nafilah dan ingin menjelaskannya.
"Nafilah, boleh mas duduk di sini?" tanya Zafir yg melihat Nafilah duduk di ruang tv.
"Kenpa, mas?" tanya Nafilah dengan ketus.
" Nafilah, kamu salah faham" ujar Zafir lembut.
"Apanya yg salah faham, Mas? Bukan kah itu udah jelas?" seru Nafilah sambil meneteskan air mata nya, ia menangis saking kesal nya dan juga merasa sangat kecewa dengan suaminya yg ternyata tak berubah.
"Ini tidak seperti yg kamu fikirkan" ujar Zafir berusaha menjelaskan ke Nafilah dengan hati hati "Aku hanya iseng iseng saja, enggak tau kenapa dia menanggapi dengan serius" ujarZafir meyakinkan Nafilah.
"Iseng?" tanya Nafilah sarkastik "Engga ada alasan yg lebih masuk akal" kata Nafilah lagi sambil menghembuskan nafas kasar.
"Kenapa kamu se akan menyalahkan dia?" tanya Nafilah lagi.
"Mas tidak menyalahkan siapa siapa, Mas hanya iseng saja" ujar zafir lagi yg membuat Nafilah semakin kesal
"Iseng?" tanya Nafilah lagi sambil tertawa sinis " apanya yg iseng?" tanya Nafilah lagi.
"Mas tidak sungguh sungguh, Naf. Kamu kan tau kalau mas sangat menyayangimu" ujar Zafir berusaha menjelaska ke Nafilah.
" Aku bingung Mas sama kamu" ujar Nafilah.
"Kamu engga perlu bingung, Naf. Aku tidak mungkin melakukan itu sama kamu" ujar Zafir masih berusaha meyakinkan
"Apanya yg tidak mungkin, Mas? Ini saja kita belum genap satu bulan menikah kamu sudah seperti ini" ujar Nafilah semakin emosi.
"Nafilah tolong percaya sama mas" ujar Zafir lagi membujuk Nafilah.
"Mas kamu tau aku sangat tidak suka hal seperti ini, dan kamu tau aku sangat membenci ini" ujar Nafilah dengan emosi yg sudah memuncak.
"Mas tau, Naf" kata Zafir sembari memandang Nafilah dengan sendu
"Tau kok masih saja" kata Nafilah dengan sangat ketus. Emosi nya sudah tak bisa lagi di bendung.
"Kalau kamu tidak bahagia bersamaku, kamu bisa pergi dari hidupku, mas" Ujar Nafilah sambil menundukkan kepalanya sedih "Hidup ini pilihan, kamu bisa memilih, Mas" ucap nya kemudian berusaha tegas.
Ia pun bangun dari tempat duduknya.
"Jika ingin pulang, pulang saja, Mas!" tegas Nafilah "Kita bisa mengakhiri semua nya sampai di sini, aku benci pengkhianatan dalam pernikahan yg selaku ku anggap suci. Dalam pernikahan engga ada kata iseng dengan perempuan lain" lanjut nya dan ia pun bergegas pergi dari hadapan Zafir. Zafir pun segera mengejar nya dan terus membujuk Nafilah
"Naf, tolong jangan seperti ini" bujuk Zafir tak ada hentinya namun Nafilah tak menanggapi nya.
"Nafilah, mas tidak ngapa ngapain, Mas cuma iseng" ujar Zafir berusaha menjelaskan lagi, dan alasan yg itu itu saja membuat Nafilah semakin emosi.
"Iseng dan sekalian ngajak ketemuan, ya? Begitu?" ujar nya sarkastik.
"Naf, sungguh mas tidak bermaksud menyakitimu. Mas cuma iseng nelpon dia, mas engga tau kalau dia bakal setuju"
Nafilah semakin merasa sakit dengan penjelasan Zafir. Itu artinya memang dia yg memulai permainan ini.
"Baik kalau gitu, Mas. spertinya sikap kamu engga akan pernah berubah, kamu bisa melanjutkan yg kamu anggap iseng itu. Karena dalam hidupku, aku tidak punya jalan iseng" kata Nafilah sambil mengusap tetesan air mata yg membasahi pipinya. Ia berusaha bersikap tegas dan terlihat tegar.
Zafir sangat terkejut mendengar ucapan Nafilah.
Karena baginya ini bukan masalah besar.
Zafir fikir Nafilah akan mengerti kalau ini semua tidak pernah serius, karena Zafir sangat mencitai Nafilah. Dan Zafir tak tahu harus menjelaskan seperti apalagi.
Karena Zafir memang tak akan pernah mengerti, betapa lemah lembut nya hati wanita. Dan betapa sensitif nya perasaan mereka. Saat wanita mencintai seorang pria, maka ia akan hanya tertuju pada pria itu, dalam segala hal. Dan Zafir takkan pernah mengerti hal itu.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments