Lima hari kemudian...
Zafir yg baru sampai di rumah langsung membunyikan klakson motor nya, tapi Nafilah tak kunjung keluar. Zafir turun dari motor dan beranjak masuk ke kamar. dia mendapati istrinya tertidur lelap. Zafir membiarkan istrinya tidur karena sepertinya dia sangat lelah, Zafir duduk di sebelah istrinya dan mencium kening istrinya.
"Eh, Mas. Kapan datang?" tanya Nafilah yg terbangun karena ciuman Zafir "Kenapa tidak membangunkanku?" tanya nya.
"Engak apa apa, Mas engga tega membangunkan mu"
"Udah lama, mas?" tanya Nafilah lagi.
"Enggak baru saja" jawab Zafir "Ya sudah tidur lagi kalau masih ngantuk" ujar nya kemudian.
"Enggak mas aku udah dari tadi tidur nya, apa Mas sudah makan?" tanya Nafilah.
"Sudah" ujar Zafir "ini ada titipan dari Pak Hedi dan istrinya" kata Zafir sambil menunjukkan tas tenteng berwarna merah.
"Apa ini kok banyak banget?" tanya Nafilah . sambil membuka tas yang berisi segala macam makanan , buah , roti dan lain-lainnya. "Mas aku taruh barang-barang ini dulu" ujar Nafilah kemudian dan langsung di iyakan Zafir.
Nafilah beranjak ke dapurnya dan meletakkan barang-barangnya. dan dia mengambil sebagian dari roti dan buahnya, dia membawanya ke kamarnya hendak menyuguhkannya ke suaminya. namun suaminya sudah tertidur karena kelelehan. Nafilah membiarkannya dan menaruhnya di meja. lalu Nafilah hendak beranjak keluar. namun suara Hp Zafir terus terusan berbunyi, di lihatnya tidak tercantum nama di ponselnya. Nafilah pun membiarkannya.
"Ah biar lah lagian tidak ada namanya" gumam Nafilah dalam hati.
Nafilah beranjak keluar meninggalkan suaminya yang terlelap tidur. sambil menunggu suaminya bangun ia mendatangi teman karibnya yang bernama Lika, yang tak jauh dari rumahnya untuk bercanda ria.
Mereka ngobrol panjang lebar, biasa wanita.
sampai tak mengenal waktu.
Matahari mulai tenggelam dan masih saja mereka ngobrol
"Lika, sudah senja. Apa kamu sudah sholat ashar?" " tanya ibu Lika
"Iya, Bu" sahut Lika.
"Eh, ini sudah sore lho, apa kamu gak kangen sama suamimu?" tanya Lika sambil menggoda Nafilah "suami baru datang malah di tinggalin" lanjut nya.
"Eh iya, enggak terasa ya matahari sudah mau terbenam saja" sahut Nafilah sambil tersenyum manis.
"Ish, alasan matahari. Dari tadi kali matahari sudah berubah warna" ujar Lika sekali lagi menggoda Nafilah.
"Enggak, cuma emang benar sudah mau malam ini" ujar Nafilah lagi sambil ngeles.
"Kenapa mikirin cuma malem? Siang juga sama kali, lagian sudah sah kan?" goda Lika sambil tertawa lepas.
"ya sudah, aku pulang dulu ya. besok lanjut lagi obrolan kita" ujar Nafilah
"Okey" sahut Lika "tapi jangan banyak-banyak ya nanti malem" goda Lika lagi dari ke jauhan sambil tertawa lepas.
"Ada saja Lika" ujar Nafilah.
Nafilah pun berjalan pulang, ia berfikir mungkin Zafir sudah bangun.
sesampainya di rumah, ia ingin menemui Zafir yang kemungkinan sudah bangun. Nafilah bermaksud memberi tau Zafir bahwa ponsel nya berbunyi terus takutnya penting.
Saat Nafilah memegang handle pintu kamar, tanpa sengaja Nafilah mendengar suara Zafir di dalam sedang berbicara, entah dengan siapa.
Lalu Nafilah membuka pintu sedikit dan betapa terkejutnya Nafilah melihat Zafir yg sedang berbicara di telpon yg seperti nya dengan seorang wanita dan Zafir terlihat sangat senang. sontak Nafila berfikir ,inikah jawaban dari kegelisahanku kemarin?
Nafilah perlahan masuk ke kamar.
Melihat sang istri memasuki kamar, dengan spontan Zafir langsung melempar ponselnya ke atas kasur hingga ia lupa mematikan ponselnya.
"Mas, Mas. sayang... " samar samar terdengar suara seorang wanita dari seberang telpon.
Nafilah melirik ponsel Zafir yang bergeletak di atas kasur, yg terlempar pas di depan Nafilah.
kemudian Nafilah mengambil ponsel Zafir
"Ini, Mas. ponselmu.. " ujar Nafilah sambil memastikan apa itu suara perempuan, karena tak ingin berburuk sangka kepada suaminya.
betapa terkejutnya Nafilah saat menyadari itu benar suara perempuan.
Nafilah beranjak keluar tanpa mengatakn sepatah katapun.
Sementara Zafir masih terdiam kaku melihat Nafilah yang keluar dari kamar.
"Kenapa dia tidak mengatakan apapun?" gumam Zafir dalam hatinya "dia pasti engga dengar percakapanku tadi, semoga saja"
Perlahan Nafilah melangkahkan kakinya keluar dari kamar sambil memegang dadanya yg terasa perih, tak terasa air matanya membasahi pipinya.
"Sayang, kamu dari mana?" tanya Zafir seakan Nafilah tak tau apa apa dan Zafir terlihat berusaha bersikap tenang.
Nafilah terus melangkahkan kakinya membawa dirinya yg mulai terluka.
Nafilah hanya bisa duduk termenung memikirkan apa yg ia dengar tadi hingga suara adzan yg berkumandang menyadarkan ia dari lamunan nya.
"Nafilah... Nafilah" terdengar suara ibu nya memanggil, namun Nafilah masih terdian seakan fikirannya kembali lagi kosong.
"Nafilah, kamu kenapa, Nak?" tanya sang ibu sambil memegang pundak Nafilah.
"Tidak apa apa, Bu" jawab Nafilah "sudah adzan ya, Bu?" tanya Nafilah basa basi untuk mengalihkan perasaan nya.
"Iya, sudah. Makanyaa Ibu panggil kamu, kamu malah melamun, apa engga sholat?" tanya sang Ibu lagi.
"Sholat kok, Bu" jawab Nafilah lirih.
"Sholat kok masih di sini, mana suamimu?" " tanya Ibunya lagi.
"Biar aku panggil, Bu" jawab Nafilah sambil berusaha tersenyum, ia berusaha menutupi apa yg Iay dengar tadi agar ibunya tidak curiga.
"Ya sudah sana, bangunkan suamimu. Sudahh waktunya sholat" pinta sang ibu.
"Iya, Bu" jawab Nafilah. Lalu Nafilah masuk ke kamarnya lagi tanpa menunjukkan ke curiagaannya kepada suaminya.
"Dari mana lagi, Sayang".? tanya sang suami.
"Dari luar, Mas. Ngobrol sama ibu" jawab Nafilah
"Kok kamu tadi keluar dari kamar?" tanya Zafir.
"Iya, Mas. pengen ngobrol aja sama ibu" jawab Nafilah datar.
"Ooh, soalnya Mas panggil panggil kamu engga noleh sama sekali" ujar Zafir lagi sambil mencari tau istrinya itu dengar apa tidak pas dia telponan sama teman wanitanya tadi.
"Mungkin aku engga dengar " jawab Nafilah dingin "Sudah waktunya sholat, Mas. Bapak sudah nunggu" ajak Nafilah. Untuk mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, kamu duluan saja, Mas mau ambil wudhu' dulu" jawab Zafir.
"Iya" kata Nafilah sambil melangkahkan kakinya keluar kamar.
"Iya, mas nyusul bentar lagi" kata Zafir.
"Syukurlah, berarti Nafilah enggak dengar tadi pas aku telponan" gumam Zafir dalam hatinya.
Keluarga Nafilah mulai melaksanakan sholat berjemaah seperti biasanya, habis sholat mereka melakukan rutinitas sperti hari hari biasanya. berdzikir dan baca Al-qur an sambil menunggu waktu isya'
Setelah semua rutinitas selesai, Zafir berpamitan pada Nafilah untuk keluar.
"Naf, Mas keluar dulu ya mau kerumah Ikrom" ujar Zafir.
" Iya, Mas" sahut Nafilah.
Zafir sudah pergi dari rumah, namun tiba tiba terdengar suara dering ponsel yg ternyata itu ponsel Zafir yg mungkin ketinggalan. Karena terus berdering, Nafilah pun mengambil ponsel Zafir dan tertera nomor asing di layar ponsel itu, namun nomor itu tak asing dan seperti nya nomor yg juga menghubungi Zafir siang tadi.
Nafilah yg berfikir mungkin itu telepon penting pun hendak menjawab nya namun panggilan nya sudah terputus, Nafilah mengabaikan nya. Dan merasa iseng, Nafilah membuka aplikasi pesan dan seketika detak jantung Nafilah terasa berhenti berdetak saat ia membaca sebuah pesan di sana, nafas nya tercekat di tenggorokan nya. Mata nya berkaca kaca dan seluruh tubuhnya terasa gemetar, Nafilah melempar ponsel suami nya itu ke ranjang dan ia pun segera keluar dari kamar nya.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments