Happy reading ....
*
Selesai menyampaikan laporannya, Rama undur diri. Natasha menghampiri sofa karena tergoda oleh aroma makanan yang dibawa Arjuna.
Natasha terduduk di sofa dengan mata yang berbinar. Ia melirik pada Arjuna yang menekuk lututnya di lantai sambil membuka satu persatu rantang yang dibawanya.
"Belakangan ini kulihat penampilanmu bersih dan rapi. Kau berlagak seperti seorang eksekutif, padahal hanya mengantarkan makanan," decih Natasha. Penampilan Arjuna yang terlihat formal menggelitik rasa ingin tahunya.
"Dari mana kau memiliki uang untuk membeli pakaian itu?" selidik Natasha. Dilihat dari bahannya, sepertinya pakaian yang dikenakan Arjuna terbuat dari bahan premiun. Bukankah itu aneh, mengingat ia tak pernah memberi uang labih pada Arjuna selain uang untuk belanja.
Tidak dipungkiri, Arjuna sangat berbeda. Dia ... tampan dan menawan. Dalam setelah formal, Arjuna terlihat seperti seorang CEO. Tapi hanya kelihatannya saja, karena nyatanya dia hanya seorang pria yang memasak di dapur dan mengantarkan makanan untuk istrinya.
"Aku punya sedikit tabungan, Tasha. Lagi pula aku ini asisten pribadi Direktur Keuangan, jadi aku harus terlihat seperti ini, kan? Harus profesional," sahut Arjuna santai.
Natasha menahan senyuman mendengar perkataan Arjuna. Pria di hadapannya ini benar-benar konyol.
"Makanlah. Aku keluar sebentar," pamit Arjuna sambil berdiri.
"Mau kemana?" tanya Natasha mendongak.
"Aku mau menemui seseorang."
"Siapa? Kau punya teman di sini?" tanya Natasha lagi dengan raut wajah tak suka.
Arjuna kembali ke posisinya semula, menekuk satu kaki dengan sebelah tangan menyiku di meja. Arjuna menatap Natasha sambil berucap, "Ada beberapa. Mereka selalu menyapaku, jadi aku akan-."
"Pria atau wanita?" tanya Natasha cepat dengan tatapan menyelidik.
Arjuna tersenyum tipis. Natasha segera menyadari sikapnya dan berdehem dengan wajah merona melihat Arjuna yang sedang menatap lekat padanya.
"Pergilah. Bisa-bisa kau merusak selera makanku," gerutu Natasha sembari mendelik.
"Baiklah, aku akan pergi. Makanlah yang banyak. Kau butuh ekstra tenaga untuk bisa fokus bekerja. Jangan khawatirkan berat badan, kau akan selalu terlihat cantik di mataku." Arjuna mengedipkan sebelah mata dan beranjak dari posisinya.
Arjuna memutar badan dan berjalan menuju pintu. Pria itu tersenyum mendengar Natasha yang sedang bergumam, "Ada apa dengan dia, bicaranya seperti ibu-ibu saja."
Arjuna keluar dari ruangan Natasha dan menuju ruangan Rama. Ia berharap Rama ada di ruangannya, dan belum keluar untuk makan siang.
Arjuna merasa lega Rama masih berada di ruangannya. Setelah dipersilakan, Arjuna pun masuk.
"Mas Arjuna ingin membicarakan sesuatu?" tanya Rama ramah. Sejak pertama bertemu, memang hanya Rama yang bersikap ramah pada Arjuna di lantai gedung tempat sekarang mereka berada.
"Pak Rama, boleh saya tahu, Irwan itu siapa ya?" tanya Arjuna sambil duduk di kursi yang berada di depan Rama.
"Irwan itu mantan Manager Keuangan di sini, Mas." Sahutnya.
"Oh. Lalu, kenapa Tasha menyebutnya pencuri?" tanya Arjuna pelan dengan raut wajah penasaran.
Rama tersenyum tipis. Meski Arjuna tak memegang posisi apapun di perusahaan ini, Rama berpikir pria di hadapannya ini ingin tahu hanya sebatas statusnya sebagai suami Natasha.
"Masalah yang dihadapi perusahaan ini adalah akibat ulah Irwan. Dia sudah memalsukan tanda tangan Nona Natasha di beberapa transaksi besar," sahut Rama singkat.
Arjuna mengangguk kecil. Kini ia mengerti, mengapa Natasha dipersalahkan atas semua yang terjadi.
"Oke, kalau begitu. Pak Rama mau makan siang dengan saya?" tawar Arjuna.
"Terima kasih, Mas. Mungkin lain kali. Saya masik banyak pekerjaan," sahut Rama.
"Baiklah. Jangan lupa makan ya."
"Tentu. Terima kasih, Mas."
Arjuna berpamitan dan keluar sambil menggerakkan ujung jarinya di ponsel. Ia memesan makan siang dari sebuah aplikasi pesan antar untuk Rama.
Arjuna terperanjat karena hampir saja bertubrukan dengan seseorang di hadapannya.
"Apa kau tidak punya mata?" hardiknya.
Rupanya itu Kania. Wanita itu terkesiap saat menyadari pria di hadapannya adalah Arjuna.
Tanpa sepatah kata pun Arjuna berlalu, meninggalkan Kania yang masih terpaku. Kania menatap kagum padanya yang nampak gagah dengan setelannya.
"Halo. Kania, kau mendengarku?" Terdengar suara seseorang di ponsel yang digenggam Kania.
"I-iya, Kak. Aku mendengarmu." Sekali lagi Kania menoleh pada Arjuna yang memasuki ruangan Natasha.
"Barita apa yang kau maksud tadi?" tanya Joshua lagi.
"Kakak tahu, karyawan di perusahaan ini sedang membicarakan sikap Tuan Jaya Diningrat."
"Memangnya apa yang mereka gosipkan?"
"Tuan Jaya berlutut meminta maaf di kaki Natasha. Kakak dengar itu? Pria tua itu berlutut, dan banyak yang melihat dia melakukan itu."
"Mustahil."
"Tapi itulah yang terjadi, Kak. Kalau tidak percaya, lihat saja rekaman CCTV-nya."
"Oke. Aku akan tanyakan padanya. Ini tidak seharusnya terjadi."
Panggilan pun diakhiri. Kania memasuki lift dengan perasaan kesal mendengar kehebohan yang didengar dari beberapa rekannya.
***
Setelah makan siang Natasha selesai, Arjuna pamit pulang. Saat melewati ruangan divisi keuangan, Arjuna menatap lekat foto bersama karyawan divisi itu yang terpaku di salah satu sisi.
"Mas Arjuna masih di sini? Terima kasih makan siangnya," ujar Rama.
"Sama-sama. Oh iya, Pak Rama. Diantara mereka, ada foto Irwan nggak?" tanya Arjuna sambil menunjuk foto.
"Rupanya Mas Arjuna masih penasaran ya. Ini orangnya," tunjuk Rama pada foto salah satu pria yang berusia sekitar 40 tahun.
"Ya siapa tahu nanti ketemu di jalan, Pak," canda Arjuna.
"Hehe, bisa aja Mas Arjuna. Saya permisi mau ke ruangan kepala divisi dulu, Mas. Sekali lagi terima kasih."
"Silakan, Pak. Sekali lagi, sama-sama juga." Rama terkekeh pelan mendengar ucapan Arjuna.
Arjuna kembali menatap foto Irwan dengan salah satu ujung bibirnya yang terangkat, kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.
***
Keesokan harinya ....
Pukul. 06.00 WIB Natasha sudah terbangun dari tidur lelapnya. Raut wajahnya yang cantik terlihat lebih segar dari biasanya. Natasha meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, lalu menoleh ke kamar mandi dengan kening yang berkerut.
Dari kamar mandi, terdengar suara Arjuna bersenandung pelan. Pria itu memang diperbolehkan menggunakan kamar mandi asalkan Natasha tidak melihatnya.
Mendengar pintu kamar mandi dibuka, Natasha pun menoleh. Namun kemudian melengos sambil berdehem pelan.
"Maaf, Tasha. Aku kira kau belum bangun," ujar Arjuna yang kemudian mengendap-endap menuju lemari pakaiannya.
"Cepatlah. Buatkan aku teh," titah Natasha datar.
"Oke."
"Hari ini tidak usah ke kantor. Aku ada meeting," ujar Natasha sambil beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon.
Natasha menepuk-nepuk pelan dadanya. Hal itu ia lakukan untuk sekedar meredam debaran di dada setelah melihat Arjuna yang hanya mengenakan handuk sambil bertelanjang dada.
Arjuna mengulumkan senyum. Ia mengerti, Natasha tak ingin dirinya dipermalukan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Elsyarief
Cerita yang menarik dan unik bagus banget kak Author
2025-03-28
0
Imam Sutoto Suro
good job thor lanjutkan seruuuu banget
2024-01-30
3
Sulaiman Efendy
PASTI KERJASAMA DGN JOSHUA TUHHH
2023-11-11
1