Happy reading ....
*
Langit yang menjingga mengiringi deru motor Arjuna yang melaju dengan kecepatan tidak menentu. Jalanan ibukota yang macet memaksa Arjuna mau tak mau sering menghentikan laju motornya.
Seulas senyum terkulum di wajahnya yang rupawan, tatkala mendengar gerutuan Natasha yang diselingi dengusan kesal.
Mungkin saja Natasha sedang menyesali keputusannya yang lebih memilih pulang bersama Arjuna. Ia yang tak biasa menaiki motor pun mau tak mau melingkarkan tangannya di pinggang Arjuna karena takut terjatuh.
"Kita makan dulu ya," ujar Arjuna sembari mengarahkan motornya ke sebuah restoran.
"Di sini? Kamu yakin akan mengajakku makan di sini?" tanya Natasha dengan mimik mengejek.
"Tasha, aku tidak mungkin membawa istriku makan di pinggir jalan. Pesanlah apapun yang ingin kau makan. Kau mungkin bosan setiap hari makan masakanku," ujar Arjuna sambil melepaskan helm yang dikenakan Natasha.
Natasha mendelik kesal. Ia ingin cepat sampai di rumah dan memberi kabar gembira secara langsung pada ayahnya. Namun tak dipungkiri, ia juga merasa lapar.
Natasha masuk ke dalam resto dengan percaya dirinya. Namun semua itu terlihat kendur ketika menyadari beberapa pengunjung di sana berbisik-bisik dengan bola mata yang mengarah padanya.
Semua pasti karena penampilan Arjuna yang sangat biasa. Sialnya, pria itu justru berpikir untuk membawanya ke restoran mewah ini.
"Duduklah. Aku akan panggil pelayan," ujar Arjuna. Belum sempat ia beranjak, seorang pelayan menghampirinya dan menyodorkan buku menu.
"Aku ingin ini, ini, dan minumnya ini. Kau?" tunjuk Natasha cepat lalu bertanya pada Arjuna.
"Ck, sama kan saja," imbuh Natasha pada pelayan itu, yang kemudian berpamitan.
"Heh, aku yakin kau bahkan tidak tahu menu apa yang kupesan," decih Natasha.
"Iya, hehe. Aku senang, ternyata kau sangat mengenalku," ujar Arjuna santai dan sontak membuat Natasha mati kutu.
"Tasha, apa kau datang ke perusahaan itu untuk membicarakan bisnis?"
"Iya. Kau sendiri? Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Natasha penuh selidik.
"Aku ingin berguna untukmu walau hanya sedikit saja, itu sebabnya aku ke kantor Al-Fatih Group," sahut Arjuna.
"Kau berhasil membuatku takjub dengan kepercayaan dirimu itu. Wow! Aku yakin kau di sana hanya sebagai office boy, dan kau bangga dengan itu. Luar biasa," ujar Natasha dengan nada mengejek.
Arjuna tersenyum tipis, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Sebuah cincin yang dibungkus dengan tisu. Natasha menautkan alis saat Arjuna memintanya mengulurkan tangan.
"Untukku?" Natasha terlihat jijik menatap cincin itu.
"Tentu. Ini hanya untukmu. Terimalah, aku belum memberimu apa-apa selama pernikahan kita."
"Jariku bisa gatal memakai cincin murahan seperti itu. Kau tahu, Tuan Muda Al-Fatih memberiku tas mahal sebagai hadiah pertemuan kami, dan kau? Memberiku barang murahan ini sebagai hadiah pernikahan? Oh My God, malang sekali nasibku. Mengapa saat itu aku memintamu menikahiku?" Natasha terlihat mulai berfikir, dan hal itu membuat Arjuna mengulumkan senyum.
"Ini cincin milik mendiang ibuku, Tasha. Cincin ini juga pemberian mendiang ayahku. Baiklah, kalau kau tidak menginginkannya. Akan kusimpan lagi. Lain kali aku akan membelikan yang lebih bagus dari ini," ujar Arjuna sambil membungkus kembali cincin itu dengan tisu.
"Berikan padaku. Aku akan memakainya nanti," pinta Natasha ketus.
Arjuna terlihat sangat senang, dan memberikan cincin itu pada Natasha.
Makanan telah tersaji. Arjuna mencoba untuk menjaga sikap agar tidak membuat Natasha merasa malu. Sebuah panggilan telepon dari Adipura membuat Natasha melangkah keluar untuk berbicara. Arjuna pun memanggil pelayan untuk meminta bill dan membayarnya.
"Aku harus pulang sekarang. Cepatlah, papa menungguku." Ujarnya. Tak menunggu lama, Natasha beranjak dan melenggang menuju meja kasir. Pikirnya, ia tak ingin malu dengan membiarkan Arjuna yang tak punya uang membayar menu yang baru saja di pesannya.
"Meja no. 5 berapa, Mbak?" Tanyanya.
"Sudah dibayar sama Mas itu, Non," sahut pelayan di samping kasir sambil menujuk pada Arjuna yang mendekat.
Natasha menoleh dengan raut bingung. Dari mana Arjuna mempunyai uang untuk membayarnya?
***
Di kediaman Adipura ....
Di kamar Joshua, Inge dan kedua anaknya terlihat serius membicarakan sesuatu. Gurat wajah Inge menegang, dengan jemari yang meremas satu sama lain.
"Ma. Menurutmu, berapa investasi yang bisa Tasha dapatkan dari perusahaan itu?" tanya Kania.
"Entahlah. Mungkin 1 miliar atau juga 10 miliar. Aku benar-benar tidak tahu, Kania. Tidak ada seorang pun yang kukenal di sana. Yang pasti, dia itu ancaman terbesar kita," desis Inge.
"Seandainya saja aku yang diutus ke sana, aku yakin akan mendapatkan nilai yang besar. Sebagai imbalannya, aku akan meminta jabatan Direktur Keuangan dan menyingkirkan Natasha," geram Kania.
Seorang pelayan mengetuk pintu kamar dan meminta mereka berkumpul di ruang keluarga. Beberapa saat kemudian, Adipura berada di ruangan itu dengan raut wajah yang senang.
"Suamiku, apa ada kabar bahagia? Kau terlihat sangat senang," tanya Inge lembut sembari melingkarkan tangannya di lengan Adipura.
"Kali ini Natasha benar-benar bisa diandalkan. Dia berhasil mendapatkan investasi satu triliun dari Al-Fatih Group. Luar biasa. Akhirnya aku bisa membanggakannya sebagai putriku," ujar Adipura bangga.
Inge dan kedua anaknya sangat tertohok mendengar nominal yang didapatkan Natasha. Satu triliun?
"Bukankah itu hal yang wajar, Ayah? Natasha yang menyebabkan masalah di perusahaan, jika dia juga yang menyelesaikannya, apa istimewanya?" tutur Kania spontan.
Kania langsung menunduk saat menyadari tatapan tajam Adipura tertuju padanya. Adipura beranjak dan meminta Joshua untuk mengikutinya ke ruang kerja.
Setibanya di rumah, Natasha langsung menuju ruang kerja Adipura. Dengan angkuhnya Natasha melewati Kania dan Inge yang menatap tajam padanya dari ruang keluarga.
Adipura bertepuk tangan pelan ketika Natasha masuk ke dalam ruangan itu. Dengan senyuman lebar ia berkata, "Aku bangga padamu. Kau berhasil menyelesaikan masalah di perusahaan kita. Satu triliun ... wow! Itu fantastis, Tasha." Pujinya.
"Aku juga tidak mengira mereka menyanggupi permintaanku, Pa," ujar Natasha sembari menyeringai pada Joshua yang terduduk di sampingnya.
"Tuan Muda Al-Fatih pasti tertarik padamu, Tasha. Ceraikan pria menyedihkan itu secepatnya," tegas Adipura.
"Itu tidak mungkin, Pa. Ini pertemuan pertama kami, dan perceraian ... Arjuna menolaknya," sahut Natasha.
"Tidak tahu diri," geram Adipura.
"Tuan, apa yang akan dikatakan orang di luar jika Natasha menceraikan Arjuna secepat ini? Mereka pasti beranggapan buruk tentang keluarga kita. Bagaimana kalau kita memberikan kesempatan Arjuna untuk kembali bekerja di kantor?" usul Joshua.
"Apa maksudmu? Sebagai apa? Tidak, Pa. Dia hanya akan melayaniku," tegas Natasha.
"Kalau begitu jadikan dia asisten pribadimu," ujar Adipura cepat.
"Sudah ada Rama. Aku tidak mungkin mengandalkan pria tidak berguna itu," sahut Natasha dengan nada tinggi.
"Biarkan dia melayanimu di rumah, juga di kantor. Jangan lupa, sekalipun dia sangat menyedihkan, tetap saja seorang pria. Harga dirinya akan sangat terinjak jika dia terus mengekor di belakangmu. Selain itu, dia juga bisa melihat kedekatanmu dengan Tuan Muda Al-Fatih. Dengan begitu, dia sendiri yang akan menceraikanmu," tutur Adipura yang terlihat sangat yakin dengan pemikirannya.
"Anda benar, Tuan. Saya juga berfikir seperti itu," imbuh Joshua membalas seringaian Natasha.
Natasha mendelik kesal. Ia sangat yakin Joshua pasti tidak terima dengan keberhasilannya mendapatkan investasi besar itu.
"Kau pecundang yang menyedihkan," ejek Natasha pada Joshua. Natasha beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
good job thor lanjutkan
2024-01-30
3
Utinya AL Ghifari
ah..kapan ya Arjuna menunjukkan siapa dirinya.paati seru
2023-06-14
1
Eva Nurjanah
natasya itu kalo kata aku sebenarnya orangnya baik,cuma ya aga arogan aja,buktinya dia mengakui kalo udah punya suami,trs milih pulang sama suami
2022-11-30
0