Happy reading ....
*
Rapat direksi siang ini terasa alot dan membuat setiap anggotanya frustasi. Bagaimana tidak, mereka diharuskan memberikan paling tidak satu solusi bagi masalah yang sedang dihadapi.
Pihak bank sudah menghimbau perusahaan yang memiliki utang diatas 1 triliun agar melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Termasuk salah satunya PT. Adipura Land. Tentu saja hal itu membuat Adipura sangat kebingungan mencari jalan keluar.
"Tuan, pemangkasan karyawan mau tidak mau harus kita lakukan," usul Joshua.
"Kita akan melakukan itu. Keuangan perusahaan hanya sanggup membayar gaji mereka sampai tiga bulan ke depan. Untuk uang pesangon, kita akan mebayarnya dengan mencicil," tutur Adipura.
"Bagaimana dengan jaminan kesehatan karyawan yang selama enam bulan ini menunggak, Tuan?" tanya seorang anggota direksi.
"Perusahaan belum bisa membayarnya dalam waktu dekat ini. Jika kita mendahulukan itu, maka gaji tidak akan bisa dibayarkan. Apa kau mau seperti itu?" Joshua menatap tajam pada pria yang bertanya tadi.
"Tentu tidak, Tuan. Tapi ...."
"Perusahaan akan melunasi jika dana sudah ada," ujar Adipura yang tak terbantahkan lagi.
"Bagaimana kalau kita memberikan pilihan," usul Natasha.
"Pilihan apa? Kau pikir perusahaan ini dalam posisi bisa memilih?" Joshua mencibir usulan Natasha.
Natasha tidak mengabaikan tanggapan Joshua. Tatapannya tertuju pada Adipura.
"Biarkan karyawan mengetahui keadaan perusahaan. Mereka bisa memilih antara berhenti atau tetap bekerja. Jika memilih berhenti, uang pesangon akan dibayarkan dengan mencicil. Tuan, mereka karyawan kita yang kebanyakan sudah lama mengabdi. Kita tidak bisa memutus hubungan kerja dengan mereka begitu saja," tutur Natasha.
"Lalu dengan apa kita akan membayarnya? Apa kau punya cukup uang untuk membayar mereka, heh? Atau suamimu yang akan membayarnya?" cibir Joshua lagi.
"Aku tidak sedang bicara padamu. Diamlah," geram Natasha dengan tatapannya yang nyalang tertuju pada Joshua.
Asisten Adipura menghampiri dan membisikkan sesuatu pada atasannya. Natasha dan Joshua merasa heran saat wajah Adipura menyunggingkan senyuman.
"Rapat kita tunda. Natasha dan Joshua, ikut ke ruanganku. Ada tamu penting sedang menunggu kita," ujar Adipura.
Di ruangan Adipura, Ahmed sedang bicara dengan Tuannya.
"Benar Tuan, perusahaan ini milik mertua Tuan Muda. Baik, saya akan sampaikan secepatnya," ucap Ahmed pada Abdullah.
Adipura, Natasha, dan Joshua menyapa Ahmed dengan hormat. Kedatangan CEO Al-Fatih Group itu bagai angin segar di siang yang terik.
"Bagaimana Tuan Ahmed, apakah anda berubah pikiran?" tanya Adipura penuh harap. Mengingat Ahmed pernah mundur saat dirinya menawarkan kerjasama.
Al-Fatih Group memang belum lama berdiri di Indonesia. Namun nama mereka langsung melambung, mengingat induk perusahaan yang memang sudah tak diragukan lagi di dunia Internasional.
"Atasan saya sudah memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan ini, Tuan. Akan tetapi dengan satu syarat, anda harus menjual setidaknya 70% saham anda pada kami," tutur Ahmed.
"Tentu," sahut Adipura cepat.
"Tuan ...." Natasha ingin menyela, namun urung karena mendapat isyarat dari Adipura.
Di sisi lain kantor itu, Arjuna memarkirkan motornya tak jauh dari pos security. Ia menjinjing rantang makan siang untuk istrinya.
Security itu menyapa Arjuna dengan ramah. Selain karena Arjuna merupakan menantu pemilik perusahaan, semua orang di kantor itu mengetahui bagaimana Arjuna di perlakukan. Mereka merasa kasian, tapi juga tak sedikit ada yang merasa iri.
Arjuna berjalan menuju lobi gedung. Terbayang olehnya moment tak terduga saat Natasha memintanya untuk menikah.
Saat itu Natasha sedang bertengkar hebat dengan Adipura di depan gedung. Melihat seorang office boy melewati kerumunan orang yang menyaksikan pertengkaran mereka, Natasha dengan lantang berseru, "Hai, Kamu! Menikahlah denganku."
Arjuna tersenyum tipis, ia tidak pernah menyangka akan menikahi wanita yang menjadi idaman setiap pengusaha di ibukota ini.
"Pak Rama, Non Tasha dimana?" tanya Arjuna saat tak mendapati Natasha si ruangannya.
"Di ruangan Dirut, Mas."
"Oh, oke. Terima kasih." Arjuna langsung berbalik dan berjalan dengan cepat. Ia tak ingin Natasha melewatkan makan siangnya.
Rama yang baru tersadar, cepat-cepat menyusul Arjuna. Namun ia hanya bisa menatap nanar melihat Arjuna sudah memasuki ruangan direktur utama.
"Nona Muda, waktunya makan siang ...." Arjuna terlihat riang saat masuk tanpa permisi ke dalam ruangan itu. Wajah Adipura langsung merah melihat sikap Arjuna yang seenaknya.
"Dasar sampah! Berani sekali kau masuk ke ruanganku," hardik Adipura.
Adipura menatap nyalang pada Arjuna, begitu juga Joshua dan Natasha yang memperlihatkan rasa tidak suka. Sedangkan Ahmed merasakan amarah yang meletup tiba-tiba mendengar kata yang terlontar dari mulut Adipura.
"Tuan, bukankah dia menantu anda?" Ahmed mencoba menyembunyikan amarahnya.
"Dia bukan menantuku. Dia hanya sampah yang bisa dibuang kapan saja," sahut Adipura sinis.
Mendengar hal itu, Natasha cepat-cepat berucap : "Aku akan makan nanti. Bawa saja itu ke ruanganku." Pintanya. Namun Arjuna bersikap tak acuh. Dengan santainya Arjuna menaruh rantang makanan yang dibawanya di atas meja.
Adipura merasa sudah tak tahan lagi melihat sikap Arjuna yang seolah sengaja ingin mempermalukannya di depan CEO Al-Fatih Group. Tanpa ragu, Adipura menghardik lagi, "Keluar!"
"Maaf, ayah mertua. Aku hanya akan keluar jika istriku sudah selesai makan siang. Silahkan dilanjutkan pembicaraan kalian, aku tidak akan mengganggu." Ujarnya santai.
Natasha menyadari situasi saat ini. Ia merasa geram sekaligus tak enak hati pada Adipura dan tamu mereka. Natasha pun kembali menyusun rantang itu dan bersiap membawanya.
"Saya permisi," ujar Natasha menahan rasa malu. Dengan kesal ia pun menarik tangan Arjuna yang memperlihatkan ekspresi bingung.
Ketiga pria dalam ruangan itu menatap kepergian Natasha dan Arjuna.
"Apa ini? Mengapa tuan muda merendahkan diri dihadapan mereka?" tanya Ahmed dalam hatinya.
"Menyedihkan. Dasar bodoh," decih Joshua pelan namun terdengar jelas oleh Ahmed.
Ahmed merasa semakin geram. Terlebih ekspresi Adipura dan Joshua memperlihatkan rasa jijik saat menatap tuan mudanya.
"Maaf, Tuan Ahmed. Karena anda harus melihat semua ini, saya benar-benar minta maaf. Bagaimana dengan nominal angka yang akan perusahaan Anda tanamkan. Saya harap kisaran angkanya cukup memuaskan," ucap Adipura.
"Tuan muda kami yang akan memutuskan berapa nominal yang akan diinvestasikan. Untuk hari ini, saya akan memastikan dulu perihal saham anda di perusahaan ini, Tuan. Saya harus bisa memastikan Tuan Muda Al-Fatih tidak berada dibawah perintah siapapun juga," sahut Ahmed.
"Tentu. Wah, saya jadi penasaran dengan sosok Tuan Muda Al-Fatih. Dia pasti orang yang hebat. Sayang sekali, Natasha memilih menikah dengan sampah itu. Jika tidak, mungkin saya bisa mendekatkan mereka," kelakar Adipura.
"Tua bangka serakah. Arjuna berguna juga. Setidaknya karena dia, Adipura tidak bisa menikahkan Natasha dengan pengusaha lain. Dengan begitu, Natasha akan tetap terlihat menyedihkan dan kesempatanku duduk di kursi itu, tentunya lebih besar." Batinnya sambil melirik kursi kebesaran Adipura yang berada tak jauh dari posisi Joshua saat ini.
Sementara itu dalam hati Ahmed bergumam, "Lucu sekali. Kalian menyanjung dan merendahkan orang yang sama. Orang yang kalian anggap sampah itu, telah menyelamatkan perusahaan ini. Suatu hari nanti, kalian akan membayar setiap hinaan yang kudengar hari ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
good luck thor lanjutkan seruuuu
2024-01-30
2
Sulaiman Efendy
PRUSAHAAN UDH MAU KOLAPS MSH SOMBONG, KLO GK DISUNTIK DANA SAMA PRUSAHAAN MNANTU LO, JDI GEMBEL LOO
2023-11-11
1
Yus Warkop
lanjut seru nih .aky kecewa sama natasya kenapa jadi istri durhaka bukankah menikahi arjuna kemauannya
2023-06-20
0