Happy reading ....
*
Beberapa hari ini, karyawan di bagian departemen keuangan merasa kurang nyaman dalam bekerja. Kehadiran beberapa orang yang tergabung dalam tim audit menggangu kinerja mereka.
Tim audit itu mengindikasikan telah terjadi manipulasi data serta adanya dokumen palsu pada banyak transaksi besar dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Sebagai direktur keuangan, Natasha menjadi orang pertama yang dicurigai dan tersudutkan.
Mereka kesulitan menginvestigasi, karena manager keuangan telah berganti. Sejak empat bulan yang lalu, Kania yang menduduki posisi itu menggantikan Irwan.
Di ruangannya, Natasha terlihat sangat frustasi mengetahui Irwan tak dapat dihubungi. Satu minggu ia mencari tahu perihal pria itu, selama itu pula waktunya terbuang sia-sia.
"Bagaimana, ada kabar apa?" tanya Natasha pada Rama, Asistennya yang baru memasuki ruangan.
"Belum ada, Nona. Irwan tetap tidak bisa dihubungi. Alamatnya juga sudah berganti. Menurut pemilik baru rumah itu, kemungkinan Irwan dan keluarganya pindah ke luar negeri."
"Sial. Apa dia sengaja melakukan ini padaku? Rama, apa menurutmu ini memang sudah direncanakan? Tapi bagaimana bisa? Cari cara agar bajingan itu ditemukan. Aku tidak bisa berkilah apa-apa jika dia tidak ada. Seenaknya saja memalsukan tanda tanganku." Geramnya.
"Dimana Kania?"
"Di ruangan wakil dirut, Nona."
"Panggil sekarang juga!" Rama mengangguk hormat dan berlalu dari ruangan itu.
Tak berselang lama, Kania masuk ke dalam ruangan dengan gayanya yang angkuh. Natasha mendelik melihat raut wajah saudari tirinya tersebut.
"Apa yang kau lakukan di ruangan Joshua? Apa kalian sedang menertawakanku, atau berencana menyingkirkanku? Di perusahaan ini, posisimu Manager Keuangan, bukan Asisten Joshua. Jadi tetaplah di ruangan dan kerjakan tugasmu!" Tegasnya.
"Kau yang membuat masalah, Tasha. Kenapa aku yang harus memikirkan dan mencari solusinya? Sebaiknya kau perbaiki keadaan ini secepatnya. Aku muak berada di departemen yang sama denganmu!" sahut Kania sinis.
"Lancang!" Natasha melemparkan beberapa berkas ke wajah Kania. Sorot matanya menajam melihat amarah di mata Kania yang sedang mengepalkan tangannya.
"Keluar! Menyebalkan, tidak tahu diri!" Kania berlalu menahan amarahnya mendengar pekikan Natasha.
Di ruangan direktur utama, Adipura terlihat sangat frustasi dan putus asa. Sejak satu bulan terakhir, tekanan datang silih berganti dari para pemegang saham. Mereka meminta Adipura mencari solusi sendiri atas apa yang terjadi.
Besarnya nominal uang yang harus dibayar berbanding terbalik dengan kondisi perusahaan yang merugi. Daftar utang jangka pendek yang harus dibayarkan beserta interest-nya menjadi mimpi buruk Adipura karena para investor menarik diri.
Sialnya, Natasha menolak angin segar yang ditawarkan pemilik PT. Sinar Jaya. Jaya Diningrat bersedia membantu dengan syarat Natasha menjadi istri dari putranya yang tuna daksa.
Di tempat lain, dengan mengendarai motor bebek era 80-an, Arjuna menuju Al-Fatih Group cabang Indonesia. Ia akan bertemu dengan Ahmed di sana.
"Berhenti, Mas. Mau ke mana?" tanya security yang menghentikan laju motor Arjuna.
"Mau ke sini, Pak," tunjuk Arjuna.
"Mau apa, Mas? Kalau mau melamar kerja, belum ada lowongan. Sudah sana, putar balik lagi!" Usirnya.
Belum sempat Arjuna menjawab, sebuah mobil yang akan menuju basement membunyikan klakson sangat panjang. Security itupun memaksa mendorong mundur motor Arjuna. Pengendara mobil itu menyembulkan kepalanya.
"Ckck, merusak pemandangan aja tu motor butut. Udah nggak zaman, Kong. Haha, Engkong gue juga belum tentu mau motor butut begitu." Decihnya dengan tatapan menghina.
Mendengar hal itu, Arjuna hanya menyeringai tipis. Tak ada keinginan meladeni ocehan pria tersebut.
"Nih, Pak. Kasih ke dia. Ckck kasian. Udah butut, mogok lagi. Buang aja! Mana ada yang mau beli motor butut begitu," ujar pria itu sok tahu, kemudian melaju ke basement untuk memarkirkan mobilnya.
Security itu terlihat bingung. Namun kemudian memberikan uang nominal sepuluh ribu pemberian pria tadi pada Arjuna.
"Untuk bapak saja. Motor saya nggak mogok kok," ujar Arjuna sambil menempelkan ponselnya di telinga.
Security itu mendelik pada Arjuna. Pikirnya, sikap Arjuna yang gengsi menerima pemberian pemilik mobil tadi tak sepadan dengan penampilannya yang sangat sederhana.
Arjuna kembali memasukkan ponsel ke dalam tas slempang miliknya. Sambil tersenyum kecut, ia meminta izin pada security itu untuk menunggu sebentar saja.
Tak lama, Ahmed terlihat keluar dari lobi gedung. Dengan langkah yang tergesa-gesa, pria itu menghampiri Arjuna.
"Tuan Muda. Maaf telah membuat anda menunggu."
"Tidak apa-apa, Pak eh Tuan."
"Panggil saja saya Ahmed. Silahkan, Tuan."
Arjuna mengangguk canggung, lalu meminta izin pada security itu lagi.
"Pak, maaf nih. Ikut parkir dulu ya." Security itu tersenyum kikuk.
"Pak, parkirkan motor Tuan Muda di tempat yang teduh. Jangan sampai joknya panas," titah Ahmed tegas.
"Baik, Tuan."
Security itu terlihat bingung dengan sikap Ahmed yang merupakan CEO di perusahaan ini. Ahmed sangat sopan pada tamu yang katanya Tuan Muda itu.
"Mana ada Tuan Muda bajunya belel begitu." Decihnya sambil menempatkan motor Arjuna.
***
"Silahkan duduk, Tuan muda."
"Ahmed, jangan memanggilku begitu. Panggil saja Arjuna."
Arjuna menatap sekitar ruangan itu. Sebagai owner, ia memiliki ruangan khusus yang tidak bisa diakses sembarang orang.
"Maaf, saya tidak bisa melakukannya. Anda, Tuan saya."
"Baiklah. Terserah saja. Aku ingin meminta satu hal padamu."
"Silahkan, Tuan. Apapun itu akan saya laksanakan."
"Sembunyikan identitasku."
"Apa? Maksud anda ... baiklah."
"Ahmed, aku belum mengerti banyak tentang bagaimana menjalankan perusahaan. Tolong pelajari masalah yang terjadi di perusahaan Adipura Land. Berikan aku solusi untuk mengeluarkan istriku dari masalah itu. Secepatnya."
"Tentu, Tuan. Sebelumnya, Adipura Land menawarkan kerjasama dengan perusahaan ini. Namun melihat kondisi terkini, kami berpikir ulang untuk investasi."
"Investasi? Apa itu artinya kita bisa memegang kendali perusahaan itu."
"Tentu. Jika anda mau, jangankan investasi, kita bisa membeli perusahaan itu."
"Benarkah? Tapi tidak, aku yakin Adipura tidak akan menjualnya."
"Kita bisa membeli sebagian besar saham mereka. Dengan begitu, kita akan berperan penting dalam setiap kebijakan pada rapat dewan komisaris."
"Oke. Aku minta lakukan secepatnya."
"Baik, Tuan. Siang ini saya akan menemui Tuan Adipura."
Arjuna mengangguk-anggukan kepalanya, lalu berkata : "Ahmed, aku akan belajar banyak padamu. Tapi sekarang, aku harus memasak makan siang untuk istriku. Mungkin kita akan bertemu di sana, ingatlah untuk berpura-pura tidak mengenaliku."
Ahmed mengangguk hormat walau dalam hati belum mengerti kenapa Arjuna memintanya melakukan itu.
Arjuna menolak diantar Ahmed ke luar gedung. Dengan menggunakan lift khusus eksekutif, Ia meninggalkan lantai itu. Saat melewati lobi, tatapan Arjuna tertuju pada pria yang tadi mencemoohnya.
"Nona, siapa pria itu?" tanya Arjuna pada seorang karyawati yang ditemuinya sambil menunjuk pria yang dimaksud.
Karyawati itu mengernyitkan alis melihat penampilan Arjuna. Menyadari hal itu, Arjuna hanya bisa tersenyum tipis.
"Itu Pak Rio, Manager Personalia." Sahutnya datar dan berlalu begitu saja.
Arjuna menyeringai melihat Rio, dan meneruskan langkahnya ke luar gedung Al-Fatih Group.
"Terima kasih, Pak. Jok motor saya jadi nggak panas," ujar Arjuna sembari mengenakan helm-nya.
"Kalau bukan Tuan Ahmed yang meminta, saya nggak mau mas. Saya heran, kenapa Tuan Ahmed menyebut mas ini tuan muda," delik Security itu.
"Sama, saya juga heran. Haha ... permisi Pak."
Arjuna mengendarai motor lamanya menuju pasar terdekat. Dalam benaknya ia mencoba memikirkan menu apa yang akan dibuat untuk makan siang Natasha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
good job thor lanjutkan seruuuu
2024-01-29
3
Sulaiman Efendy
MINTA PECAT SECURITY/SATPAM YG GK PNY ATTITUDE, KLO TUH SATPAM DIBAWAH NAUNGAN BENDERA PRUSAHAAN KU, UDH KU PECAT.. KAMI SLLU MNERAPKN 3S (SALAM,SAPA & SENYUM)
2023-11-11
0
sobat sebat
savage
2023-10-29
2