Happy reading ....
*
"Terus ... terus ... ke kiri sedikit, iya sedikit lagi ... sip." Suara remaja tanggung itu terdengar lantang menantang derasnya hujan. Sambil memegang payung milik minimarket, ia mengarahkan satu persatu kendaraan yang hendak parkir di tempat itu.
"Dik, bisa pinjam payungnya?" Seorang pengemudi mobil yang baru saja terparkir memanggil pria muda yang mengenakan rompi oranye bertuliskan 'PARKIR' itu. Di saat yang sama, sebuah mobil membunyikan klakson.
Juru parkir itu pun berlari menghampiri pengemudi tadi dan memberikan payungnya. Di bawah guyuran hujan, ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Sekilas ia melihat seorang anak perempuan turun dari mobil tadi dan menggunakan payung yang dipinjam darinya.
Angin dingin terasa menusuk pori, namun juru parkir yang berada di ujung minimarket itu mencoba menahan meski tubuhnya mulai menggigil. Suara perutnya yang meronta membuat ia tertunduk malu, takut ada orang lain yang mendengarnya.
"Ini, Kak." Juru parkir itu menoleh dan terkesiap mendapati anak perempuan tadi menyodorkan sebungkus roti dan satu cup cappucino panas padanya.
"Te-terima kasih." Ujarnya sambil menerima pemberian itu dengan tangan gemetar.
"Bangun! Dasar pemalas!" Umpatan Natasha membuat Arjuna terhenyak dari mimpinya. Kaki jenjang Natasha menyenggol kasar kaki Arjuna yang saat ini masih berbaring di lantai.
Natasha memang tak mengizinkan Arjuna tidur di tempat tidur bersamanya. Bahkan ia mengusir Arjuna dari kamarnya. Namun Arjuna bersikeras, tempatnya ada di kamar itu bersama istrinya. Meski ia harus rela tidur di lantai beralaskan selimut tipis seadanya.
"Buatlah dirimu berguna. Buatkan aku teh sekarang juga!" Titahnya dengan penuh amarah.
Arjuna menurut, cepat-cepat ia merapikan bekas tidurnya dan dimasukkan ke dalam lemari. Sebelum meninggalkan kamar, ia menyempatkan bertanya, "Apa ada yang kau inginkan lagi?"
"Oh My God, pria ini benar-benar membuatku hilang akal. Pergi dari hadapanku dan kembali dengan secangkir teh untukku. Cepat!"
Natasha benar-benar tak habis pikir. Mengapa Arjuna selalu banyak bertanya. Kedua matanya yang membulat mengantar kepergian Arjuna yang tergesa-gesa.
Tidak biasanya Arjuna bangun terlambat. Semalam, ia menimbang ucapan Ahmed perihal perusahaan Al-Fatih Group yang sudah atas namanya.
"Tuan Muda, Anda harus tahu bahwasanya Al-Fatih Group menghasilkan ratusan triliun setiap tahunnya. Tuan Abdullah sudah lama mengetahui perihal kondisi anda yang sulit. Hanya saja, mungkin karena masih ada ego dalam hati beliau, Tuan Abdullah belum sepenuhnya menerima anda sebagai satu-satunya Tuan Muda Al-Fatih. Tapi Tuan, sekarang beliau memutuskan untuk menyerahkan apa yang sudah seharusnya anda dapatkan sejak lama."
Tuan Muda Al-Fatih? Ya, dari buku nikah orang tuanya Arjuna tahu bahwa dirinya putra Zaid Abdullah Al-Fatih. Namun ia tidak pernah menyangka, bahwa keluarga ayahnya itu sangatlah kaya. Dari almarhumah nenek, Arjuna mengetahui sedikit masa lalu kedua orang tuanya.
Dulu, untuk membantu perekonomian keluarga, Rahma-ibu Arjuna menjadi tenaga kerja wanita di Timur Tengah. Setelah dua tahun, Rahma kembali. Namun sebulan kemudian, seorang pria Timur Tengah datang ke rumah sederhana mereka.
Namanya Zaid Abdullah, yang kemudian diketahui merupakan putra dari mantan majikan Rahma. Pada ayah Rahma, pria itu meminta izin untuk menikahi putrinya.
Ayah Rahma langsung setuju. Siapa yang bisa menolak pesona Zaid? Pria kaya, tampan, namun sangatlah sopan. Berbeda dari kebanyakan pria kaya yang biasanya bersikap arogan.
Rahma dan Zaid pun menikah. Dua minggu kemudian, Rahma ikut suaminya kembali ke rumah majikan yang kini berstatus sebagai mertua.
Nenek tidak pernah tahu apa yang terjadi. Tiga bulan kemudian, Rahma kembali. Namun tidak bersama Zaid, melainkan seorang diri. Bukan, bukan seorang diri. Karena dari pengakuannya, Rahma tengah berbadan dua.
Sejak mengandung, kondisi Rahma sangatlah memprihatinkan. Ia sering sakit-sakitan, seolah ada beban dipikirannya yang tak bisa ia bagi dengan siapapun juga termasuk orang tuanya. Satu tahun setelah melahirkan Arjuna, Rahma meninggal dunia.
Saat ini, Arjuna mulai menimbang situasi yang dihadapi istrinya. Ia mulai berpikir untuk membantu Natasha dengan apa yang dimilikinya sebagai Tuan Muda Al-Fatih.
Di dapur, tak ada pelayan yang berani menyapa Arjuna secara terbuka. Mereka memilih menjauh, seolah Arjuna sebuah bom yang akan meledak tiba-tiba.
Secangkir teh hijau telah tersedia, untuk Natasha-istrinya tercinta. Saat melewati kamar Joshua, Arjuna tanpa sengaja mendengar percakapan kakak beradik Joshua dan Kania dari pintu yang sedikit terbuka.
"Kapan kakak akan menempatkanku sebagai wakil direktur utama di perusahaan. Aku muak berada di ujung telunjuk Natasha."
"Sabarlah sebentar lagi. Aku tidak mungkin bisa melakukannya secepat itu. Kau tahu, perusahaan sedang di ujung tanduk. Aku harus bisa mencari dukungan dana untuk menyelamatkannya. Jika tidak, tua bangka itu tidak akan menyerahkan posisinya begitu saja." Joshua terdengar sangat kesal.
"Apa maksud kakak? Bukankah kemarin dia sudah memutuskan untuk menempatkan kakak di posisi itu?"
"Apa kau bodoh? Apa artinya keputusan sepihak seperti itu, heh? Aku akan diakui hanya jika dia mengumumkan keputusannya di rapat dewan komisaris. Dan kau tahu, pria tua itu semalam datang padaku. Dia bilang, 'aku beri waktu kau satu bulan, untuk membuktikan kau pantas di posisi itu'. Kau mengerti artinya? Aku harus bekerja keras untuk memperbaiki keadaan perusahaan, baru akan duduk sebagai Direktur Utama PT. Adipura Land. Tidak ada yang gratis di dunia ini, Kania."
"Apa? Heh, pria tua sialan!" Umpatnya.
"Tenang saja, aku akan mencari cara agar bisa secepatnya duduk di posisi itu. Jika perlu akan kusingkirkan siapapun yang menghalangi jalanku menuju ke sana. Sekalipun itu Adipura, ataupun Natasha."
Arjuna tertegun mendengarnya. Amarahnya mulai meletup, namun sebisa mungkin Arjuna meredamnya. Ia meneruskan langkah mengantar teh untuk istrinya.
Arjuna terkesiap, tidak ada yang meragukan pesona Natasha Adipura. Wanita anggun mempesona setiap mata yang menatapnya. Bahkan dalam balutan pakaian formal, Natasha terlihat sangat elegan dan tentunya menawan.
"Apa yang kau lihat?" Kening Natasha berkerut dengan tatapannya yang menajam. Ia tidak pernah suka jika Arjuna menatapnya.
"Kau selalu terlihat cantik, Tasha." Ujarnya dengan senyum terukir di wajah.
"Jangan pernah menyebut namaku dengan mulutmu itu. Aku memang beruntung dianugerahi wajah yang cantik. Tapi sayangnya, aku tidak beruntung karena dianugerahi suami seperti dirimu." Decihnya.
Arjuna tersenyum lebar mendengar Natasha mengakuinya sebagai suami meski dengan berat hati. Namun senyum itu seketika memudar, mendengar ucapan Natasha selanjutnya.
Dengan ekspresi yang dingin, Natasha berkata, "Hari ini, aku akan minta Adam mengurus perceraian kita."
"Aku tidak mau," sahut Arjuna cepat.
"Jangan membantahku!" pekik Natasha.
"Kita tidak akan berpisah. Tidak, selama aku masih hidup." Tegasnya.
"Beraninya kau!" Dengan langkah yang lebar Natasha menghampiri Arjuna. Tangannya hampir saja melayang akan menampar pria yang jadi suaminya itu. Arjuna sudah pasrah sambil memejamkan mata. Namun ternyata Natasha urung melakukannya dan memilih menggertakkan gigi sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Keluar sekarang juga. Keluar!" Pekiknya.
"Tentu. Ini tehmu, Istriku. Selamat bekerja, aku akan mengantarkan makan siang untukmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Darsono
mantap seru dari awal
2024-06-04
0
Imam Sutoto Suro
semangat thor lanjutkan seruuuu
2024-01-29
4
Sulaiman Efendy
WANITA GK PNY AHKLAK, ISTRI DURHAKA, LIAT SAJA, KLO LO TAU SIAPA ARJUNA YG SBENARNYA, TK ADA APA2 TUH DGN KKAYAAN KALIAN..
2023-11-11
1