Anak Genius : Papa Bucin Yang Posesif
~Apa yang di lihat belum tentu itu yang terjadi. Jadi, jangan mudah percaya sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ~ Anindira Fidelya.
Bumi masih terlihat basah akibat semalam di guyur hujan yang begitu lebat. Di dalam Ruangan dengan nuansa serba putih, terlihat seorang wanita yang mulai mengerjapkan matanya. Anindira terus berusaha untuk membuka mata yang terasa sangat berat, ketika berhasil membuka matanya Dira mulai melihat ke sekelilingnya sambil memegang kepalanya yang terasa pusing. Ini dimana? kenapa semuanya serba putih?. Batin Dira.
Melihat Pasien yang mulai bergerak, perawat wanita itu menghampirinY. " Halo ... Apa mb sudah sadar?" tanya seorang perawat wanita.
Dira mengangguk bingung. " Saya ada di mana?" tanya Dira kembali dengan suara pelan, karena tubuhnya terasa sangat lemas.
" Oh ... mb ada di rumah sakit, sebentar ya ... saya panggilkan dokter dulu." Perawat wanita itu segera pergi keluar dari kamar untuk memanggilkan dokter.
Tak lama kemudian, perawat itu kembali bersama dengan seorang dokter perempuan datang menghampirinya.
" Bagaimana mb, apa ada keluhan?"
Bukanya menjawab Dira justru melontarkan sebuah pertanyaan kembali. " Kenapa saya ada disini? "
" Semalam saya menemukan mb pingsan di pinggir jalan di tengah derasnya hujan. Dan kebetulan saya lagi mau ke rumah sakit, sehingga saya membawa mb kesini," Jelasnya. "Oh ya, apa masih ada keluhan yang mb rasakan?" imbuh dokter wanita itu.
"Em ... Saya hanya merasa lemas, mual, dan sedikit pusing dok."
" Oh ... Kalau itu sudah biasa di alami oleh ibu hamil, dan mb juga semalam pingsan di tengah hujan yang deras. Jadi, wajar kalau mb merasa lemas." ujar dokter perempuan itu.
Dira mengernyitkan dahinya, mencoba mencerna apa yang telah di ucapkan oleh dokter wanita itu.
" Maksud dokter tadi apa ya? sa-ya ha-mil?" tanya Dira untuk memastikan bahwa yang telah di dengarnya itu salah dengan nada yang terbata-bata.
" Iya, mb sedang hamil."
Satu kata yang mampu membuat Dira terdiam, dan seperti tersambar petir di pagi hari. Detak jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari biasanya, dengan sisa-sisa tenaganya ia berusaha untuk bangum dari tidurny.
" Anda pasti sedang bercanda kan dok? Saya tidak mungkin hamil, pasti anda salah periksa." Dira memegang tangan dokter itu, untuk menyentuh perutnya yang masih rata. "Coba sentuh perut saya dok, perut saya masih rata kan? Jadi, tidak mungkin saya hamil!"
Dokter wanita itu menghela nafas panjang. " Mb, Perut mb memang masih rata, karena mb masih hamil muda. Jadi, tidak akan terlihat besar, " ujar dokter itu.
" Saya gak percaya!" mata yang sejak tadi berkaca-kaca mulai meneteskan buliran bening dari pelupuk matanya jatuh membasahi pipk. " Coba anda periksa sekali lagi, pasti ada kesalahan!." imbuhnya yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hamil.
" Mb, tenang dulu ya .... Kalau mb gak percaya dengan perkataan saya. Kita bisa periksa sekali lagi, dengan menggunakan USG, bagaimana?" tawarnya agar dira percaya dengan apa yang ia katakan.
Mendengar ucapan dari dokter itu, dira menganggukkan kepalanya. Tanda persetujuan darinya.
Suster membantu Dira untuk dudum di kursi roda, lalu membawanya ke ruangan praktek dokter Maya. Sesampainya di ruangan dokter maya, Dira naik ke atas brankar. Sedangkan dokter maya menyiapkan alat untuk melalukan USG.
Ketika janin mulai terlihat, dokter memberi tahu dira bahwa benda kecil seperti biji kacang itu adalah janin yang telah di kandungnya saat ini. Usia kandungannya sudah masuk usia 2 bulan.
"Selamat ya mb Dira, anak mb kembar!."
Mendengar perkataan dokter itu, seperti ada desiran halus dalam hatinya. Dira hanya terdiam tertegun memandang layar USG yang ada di depannya. Ada perasaan tidak percaya, sedih, dan hancur bersamaan.
" Bagaimana mb? Apa mb, mau mendengarkan detak jantung mereka? " Dira hanya menganggukkan kepala.
Dag ... Deg ... dag ... Deg. Bunyi yang terdengar dari Usg.
Di saat mendengar detak jantung bayi yang aberada di dalam perutnya saat ink. Dira kembali terdiam, dunianya terasa terhenti, dadanya terasa sesak, ketika mengingat kembali semua kejadian yang telah di laluinya.
Luka, trauma dan kecewa semuanya menjadi satu. Cobaan yang datang bertubi-tubi, membuat Dira sempat putus asa dan ingin menghilang dari bumi ini. Tapi apalah daya, takdir berkata lain. Bahkan, saat ini Tuhan memberikannya anugerah dua orang anak sekaligus yang saat ini tumbuh dalam rahimnya untuk ia jaga.
Aku tidak pernah menginginkan bayi ini ada dalam rahimku. tapi Aku juga tidak tega, jika harus membunuh bayiku sendiri! Mereka tidak bersalah sama sekali, Aku juga tidak ingin menjadi orang tua yang egois seperti mereka. Aku tau rasanya di buang, dan itu sangat menyakitkan. Jadi, aku tidak ingin anakku merasakan apa yang pernah aku rasakan duslj6. walaupun mereka masih sangat kecil, tapi mereka juga punya hak untuk tetap hidup.
Melihat dira yang hanya terdiam, dokter menepuk lengan dira pelan. " Mb gapapa? Apa ada keluarga yang bisa dihubungi untuk menjemput mb?"
Perkataan yang dilontarkan oleh dr maya mampu membuyarkan lamunanya, dan mengingatkan kembali bahwa ia tidak mempunyai keluarga lagi.
" Tidak dok, saya sudah tidak punya keluarga!. "
Flashback 2 bulan yang lalu.
Sidang perceraiannya telah selesai. Semua para hakim sudah pergi dari ruangan sidang . Tinggal mertua, ibu, ayah, dan mantan suaminya yang masih ada di ruangan itu.
Tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat di pipi dira. "Dasar wanita m***n, bisa-bisanya kamu selingkuh dari anak saya! Kurang baik apa keluarga saya sama kamu ha?" Karen mendorong dira sampai jatuh ke lantai. " Seharusnya kamu itu bersyukur, bisa menikah dengan anak saya yang tampan dan juga kaya! Tapi, dengan b****a kamu malah selingkuh dari anak saya. Apa belum cukup anak saya buat kamu?" cercanya dengan wajah penuh amarah. "Asal kamu tau, di luar sana masih banyak wanita yang mengantri ingin berada di posisi kamu, mengerti! "
Mendengar ucapan Karen, hati dira terasa sangat sakit seperti tertusuk tombak yang tajam. Tuduhan yang di ucapkan oleh Karen, tidaklah benar. Selama ini dira sudah berusaha menjadi seorang istri yang baik buat Darren. Tapi ia tak pernah mendapatkan imbalan yang baik, justru akhir-akhir ini Darren sering memperlakukanya dengan kasar.
Walaupun hatinya terasa sakit, Dira tetap mencoba mendekatkan tubuhnya ke Karen untuk memberikan penjelasan. Siapa tahu, Karen bisa percaya dengan apa yang ia ucapkan karena sebelumnya Karen sempat menyukainya.
" Ma ... tapi dira gak pernah selingkuh dari kak Darren, itu semua hanya fitnah!" Dira berusaha memegang tangan Karen. Tetapi, segera di tepis olehnya.
" singkirkan tangan kamu! Tangan saya gak sudi di pegang oleh wani J*****g seperti kamu! Kamu itu wanita yang gak tau malu, bukanya minta maaf dan mengakui kesalahan, kamu justru malah mengelak. Memang wanita tidak tahu d***i kamu ya, dengarkan perkataan saya baik-baik. Kamu jangan pernah lagi muncul di hadapan keluarga saya lagi. kalau tidak, saya akan bunuh kamu!" lalu pergi meninggalkan Dira.
Melihat orang tuanya yang masih berdiri di belakangnya. Dira langsung berdiri dan menghampiri ibu tiri dan ayahnya untuk meminta sebuah perlindungan dan kepercayaan.
"Buk ... Yah ... Dira benar-benar gak ngelakuin itu. Dira hanya di jebak!. Ibu sama ayah, percaya kan sama Dira?" Dira memegang kedua tangan orang tuanya dengan bercucuran air mata, dan pipi yang terdapat bekas tamparan.
"Dasar! Anak gak tau di untung. Hanya bisa buat malu keluarga saja kamu! Saya menyesal sudah pernah merawat dan membesarkan kamu. Kamu itu ya ... Seharusnya sadar diri, dan meminta maaf bukanya mengelak. Kamu tidak sadar kamu itu siapa? Kenapa berani-beraninya melakukan hal itu! Memang ayah sama ibu kurang apa sama kamu ha? Seharusnya, sejak dulu kamu sudah ikut sama ibu kamu yang sudah meninggal itu! "
Dira menatap ke arah ayahnya. Berharap bahwa ayahnya akan percaya denganya. Ternyata ....
" Ayah gak mengira kamu bisa berbuat seperti itu dir. Kamu sudah buat ayah kecewa dan malu! Mulai sekarang kamu bukan lagi anak ayah!."
Dira mulai bersujud dan menangis di kaki ayahnya. "Yah .... Dira mohon ayah percaya sama Dira. Dira gak mungkin ngelakuin hal sekeji itu yah ..."
Daniel sudah tidak memperdulikan Dira lagi. Dia justru ikut pergi bersama Niken. Di dalam ruangan itu, tersisa Darren maxwel mantan suami Dira yang masih ada disana.
" Bagaimana Anindira fidelya, bukankah hadiah dariku begitu sempurna?, "ucap Darren di depan Dira dengan senyum penuh kemenangan.
" Dasar ... kamu pria b*****n, tidak punya hati. jadi, ini semua rencana kamu? Apakah belum cukup kamu sudah menyiksa aku!, " ujarnya dengan wajah yang penuh kemarahan.
" Ya ... tentu saja Anindira. Saya memang belum puas menyiksa kamu. Kamu pikir kamu itu siapa? Berani-beraninya mau melawan saya ha!" Tangan darren, mulai mencekram dagu Dira." Bukankah sudah saya peringatkan, jangan pernah pergi dan berbuat macam-macam. tapi kamu tidak mendengarkanya. Jadi, lebih baik saya memberikan kamu hadiah yang begitu mengesankan Dira ... jadi, nikmatilah hadiah dari saya ini! " ha... ha... ha. Darren tertawa dengan puas hingga suaranya memenuhi ruangan itu.
Tubuh Dira terasa kaku, keringat dingin terus bercucuran membasahi tubuhnya. Dira tidak pernah mengira bahwa laki-laki yang selama ini ia hormati, ternyata adalah pria b*****n yang sangat kejam! dengan penuh keberanian Dira membuka suara.
" Ingat dan dengar baik-baik perkataan saya Darren Maxwell, karma itu ada! jadi, kamu harus berhati-hati. Bangkai yang selama ini kamu tutup-tutupi begitu rapat, suatu saat nanti pasti akan kecium juga! dan saat itu tiba, kamu juga akan merasakan bagaimana rasanya hancur karena citra dan nama baik kamu akan tercemar, " pungkasnya dengan penuh keberanian.
Daren melotot ketika mendengar apa yang dikatakan Dira, sebuah tamparan keras kembali melayang di pipi Dira, rasanya begitu perih. "Kurang ajar kamu ya, berani-beraninya berbicara seperti itu kepada saya!" Emosi Darren sudah tak bisa tertahan lagi.
Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba kekasih Darren datang menghampiri dan meraih tangan Daren yang seakan-akan ingin menghabisi nyawa Dira.
" Baby, sudahlah. Biarkan saja wanita j****g ini hidup! jika, kamu menghabisinya dengan tangan kamu sendiri, itu tidak akan seru. Biarkan dia hidup dengan penuh Penderitaan" Olive sedikit memberikan penekanan pada kata-katanya dengan senyuman yang diikuti tatapan mata yang tajam dan alis yang terangkat sebelah.
" Benar juga yang kamu katakan baby, sambil mengelus pipi pacarnya itu. Kalau begitu ayo kita pergi saja dari sini. "
setelah melihat mereka pergi dari ruangan yg sepi itu. dalam hati Dira terus merutuki dengan berbagai umpatan kepada pria itu.
Ingat Darren Maxwell, Tuhan itu tidak tidur dan karma itu ada. Suatu saat nanti kamu akan merasakan apa yang pernah aku rasakan saat ini! Kadi, tunghu saja waktu itu akan datang menghampirimu!
flashback off.
TBC
semoga suka dengan ceritanya. jangan lupa like, komentar, vote, serta hadiah koim dan bunganya ya.... Kalian juga bisa klik favorit agar tau kalau novel ini up
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Faisal Awak
mohon ketikan hurufnya jgn belepotan thor,..maaf sekali lg thor,ttp semangat dan lanjut thor
2022-09-17
0
Noer Anisa Noerma
menyimak
2022-05-18
0
Lia Wildan
baru baca menguras emosi
2022-01-22
0