Story Love 2K
Dua puluh tahun berlalu. Kiendra dan Kiondra, dua orang putra dari pengusaha terkaya Elvano Aristya kini sudah beranjak dewasa.
Kie putra sulung El dan Chika, dia lebih dominan memiliki sifat yang sama dengan papanya. Dingin, kaku, angkuh dan pekerja keras.
Sedangkan Kio, putra kedua mereka lebih memiliki sifat yang dominan dengan mamanya. Bukan hanya mirip sifat tapi kepribadian dan wajahnya pun juga. Kio terkenal sebagai anak yang bandel, pembangkang, humble dan suka bergurau.
Pagi itu seperti biasa, suara Chika sudah menggema keras memenuhi ruang makan. Chika selalu memanggil kedua putranya dengan suara berteriak.
"Kie, Kio, cepat turun sarapan udah siap," teriak Chika.
"Iya mah," jawab Kie dan Kio kompak dari kamar mereka.
Di samping Chika, sudah duduk laki-laki paruh baya yang kini sedang menikmati masa tuanya bersama istri dan anaknya. Ia hanya menggelengkan kepala, melihat kebiasaan istrinya yang sama sekali tidak berubah sejak dulu.
"Mah, jangan teriak teriak. Ini ruang makan bukan hutan. Gendang telingaku bisa pecah kalau tiap hari dengar teriakan kamu," cetus El.
"Ya salah sendiri dulu kamu pernah ajak aku tinggal di hutan. Kamu inget kan mas? Jadi jangan heran kalau sekarang aku jadi tarzan. Itu semua kan juga salah kamu," ketus Chika.
El pun langsung mati kutu. Ia ingat betul dulu dirinya membangun rumah di pinggir hutan akan istrinya itu tidak bisa kabur lagi darinya.
Daripada berdebat dengan Chika yang selalu menang darinya, El memilih melanjutkan membaca surat kabar sambil menyeruput kopi buatan istrinya.
"Kie, Kio, sarapan udah siap. Cepat kalian turun," seru Chika kembali.
"Iya mah. Sebentar lagi kami turun," Kio menjawab dengan suara tak kalah keras dari mamanya.
Plak...
Kie refleks memukul kepala adiknya. Bagi Kie berbicara dengan suara berteriak itu tidak sopan. Dan Kie paling kesal jika kebiasaan Kio itu masih belum bisa di rubah.
"Awww kak, kenapa sih suka banget mukuli kepalaku. Makanya dari dulu aku kalah pinter sama kakak. Kakak mainnya curang sih, main pukul pukul kepala. Alhasil aliran darah di otak aku gak berjalan lancar kan," protes Kio.
Plak..
Tanpa menjawab celotehan adiknya, Kie kembali memukul kepala Kio untuk kedua kalinya.
"Kak Kie, ada dendam apa sih kamu sama aku kak. Pagi pagi udah dua kali mukul kepalaku," cetus Kio.
"Makanya kalau gak mau di pukul, rubah sikap kamu. Udah umur 20 tahun masih aja kayak anak kecil. Jadi cowok itu yang cool. Jangan kayak cewek suka teriak teriak sambil ngomel ngomel," jawab Kie.
"Dih, justru yang di cari cewek itu tipe tipe kayak aku kak. Coba lihat diri kakak. Kakak itu dingin, angkuh, arogan makanya gak pernah punya cewek. Atau jangan jangan kakak gak suka cewek ya?" goda Kio.
Tatapan Kie langsung menajam dan terarah pada Kio. Tangannya sudah terangkat dan bersiap untuk memukul kepala adiknya untuk ketiga kalinya.
"Kie, Kio. Cepat turun. Kalian ini udah pada bangun apa belum sih," Chika kembali berteriak hingga menghentikan aksi Kie. Sementara El sudah menutup kedua telinganya karena suara Chika yang begitu keras.
"Eitss, mukulnya di tunda dulu ya kak. Mau lihat mama marah sama kita pagi ini? Enggak kan? Mending ayo kak kita turun," ucap Kio sambil menaik turunkan kedua alisnya dengan sedikit lengkungan di bibirnya.
"Arghh, beruntung kamu Kio. Tapi sekali lagi kamu bilang kakak gak doyan cewek gak cuma kakak pukul kamu. Oke kakak gak jadi mukul kamu, tapi jatah uang jajan kamu kakak potong mulai bulan depan," jawab Kie sambil berjalan melewati Kio dengan senyuman sinis di bibirnya.
Semenjak Kie di percaya oleh El untuk memimpin perusahaan, seluruh keuangan keluarga diatur oleh Kie. Termasuk uang bulanan untuk Chika, kebutuhan rumah, bahkan biaya kuliah dan uang jajan Kio. El sudah mempercayakan semua itu pada Kie. Ia merasa putra sulungnya dapat diandalkan dan kini El hanya ingin menghabiskan waktunya berdua dengan Chika di rumah.
Kio yang sedari tadi terdiam mematung mendengar ucapan kakaknya mulai merasa menyesal atas ucapannya. Ia pun segera berlari menyusul Kie untuk tidak bersungguh-sungguh memotong jatah uang bulanannya.
"Kak Kie, kak. Kakak gak beneran motong uang jajanku kan? Nanti aku gak bisa traktir cewek cewek dong kak. Kak Kie, tunggu kak," seru Kio. Tapi Kie sama sekali tak peduli. Kie tetap berjalan tanpa memperdulikan teriakan adiknya.
"Pagi mah, pah," sapa Kie.
"Pagi sayang. Itu Kio kenapa teriak-teriak?" tanya Chika.
"Gak tahu mah," jawab Kie singkat.
Dengan nafas ngos-ngosan, Kio langsung berdiri di samping kakaknya sambil menggoyangkan tubuh Kie.
"Kak, Please jangan potong uang bulananku ya," rengek Kio.
Chika dan El pun saling bertatapan. Lalu kedua bola mata mereka tertuju pada kedua putranya.
"Uang bulanan kamu Kio? Maksudnya apa?" tanya Chika penasaran.
"Iya, papa juga bingung. Kenapa Kie mau motong uang bulanan kamu?" sahut El.
"Itu pah. Gara gara Kio bilang kak Kie gak doyan cewek. Eh dia marah, dan malah mau motong jatah uang bulanan buat Kio. Resek banget kan Kak Kio pah, mah," protes Kio.
Kie masih saja diam dan tak peduli dengan rengekan adiknya. Justru kini Kie sibuk menikmati nasi goreng buatan mamanya.
"Kie, apa benar yang di bilang adik kamu?" tanya Chika.
"Iya mah. Lagian nih anak boros banget mah. Uang jajan segitu banyak gak pernah tersisa. Biar aja Kie potong, terus Kie masukin tabungannya. Biar dia punya uang tabungan juga," jawab Kie singkat.
"Tapi Kie..."
"Sudah biarin aja sayang. Lagian yang di bilang Kie itu ada benarnya. Pokoknya papa dukung semua keputusan kamu Kie. Setiap Kio salah, langsung potong aja uang bulanannya," sahut El.
"Loh pah, kok gitu sih," protes Kio.
Chika hanya bisa mendesis kesal. Kok bisa Kie punya sifat yang sama dengan suaminya. Sama sama menyebalkan.
"Sudah Kio turutin aja apa kata kakak kamu. Dia itu punya sifat yang sama kayak papa kamu. Dulu itu, papa kamu selalu motong gaji om Haris kalau dia salah. Orangnya masih hidup kan, kamu tanya aja sendiri sama dia. Benar tidak apa yang mama ucapkan ini," ucap Chika yang langsung membuat El meliriknya.
"Oh gitu ya mah. Pantesan," jawab Kio sambil mengambil selembar roti beserta selainya.
"Pantes apa Kio?" ketus Kie.
"Sama-sama pelit," jawab Kio yang langsung disambut tawa oleh mamanya.
Tak mau kalah dari istri dan anak bungsunya. El akhirnya ikut bersuara.
"Eh jangan salah sayang. Kamu kira sifat Kio itu mirip siapa? Ya mirip kamu. Tahu gak Kie, mama kamu itu orangnya suka bantah. Susah di bilangin dan bertindak tanpa berpikir. Sama kan sama sifat Kio," cetus El yang hanya dibalas senyuman oleh Kie. Sudah biasa jika mama dan papanya selalu berdebat dalam hal sekecil apapun itu.
"Oh gitu. Mulai berani sama aku ya. Mau aku suruh tidur di ruang tamu nanti malam," ancam Chika. Jelas, jika Chika sudah berkata demikian El memilih untuk diam daripada malam nanti dia tidak dapat jatah dari istrinya.
"Hahha. Papa kalah," ejek Kio.
"Sudah sudah ayo makan. Tapi mama sebenarnya penasaran juga sama kamu Kie. Umur kamu itu sudah 25 tahun tapi sama sekali mama dan papa gak pernah lihat kamu membawa wanita kerumah. Apa jangan jangan yang di bilang Kio itu benar ya Kie. Kalau kamu gak suka wanita?" ucap Chika.
Uhukk.. Uhukk..
Kie langsung tersedak. Lalu segera mengambil gelas berisi air di dekatnya. Rupanya benar kata papanya, jika Kio dan mamanya itu punya sifat dan watak yang sama. Selalu senang menduga-duga.
"Kie masih normal kali mah," ucap Kie dengan nada sinis.
"Lah terus kenapa kamu gak pernah bawa pacar kamu ke rumah. Beda sama Kio, mama aja sampai lupa berapa banyak wanita yang sudah dia kenalin sama mama dan papa."
"Iya Kie. Papa juga sudah pengen menimang cucu. Cepatlah cari pasangan hidup, atau perlu kami yang mencarikannya," sahut El.
"Hahaha, syukurin kamu kak. Oh iya, apa kamu juga mau aku bantuin buat pasang biro jodoh di sosmed? Pasti banyak kok kak yang mau sama kamu. Secara wajah kita kan 11 12. Aku aja laku, masak kak Kie enggak sih?" goda Kio.
Kuping Kie terasa semakin panas. 3 lawan 1, daripada moodnya jelek hari ini Kie pun langsung meletakkan sendok dan garpunya lalu berpamitan untuk berangkat ke kantor.
"Mah, pah, Kie berangkat ya," Kie mencium tangan mama papanya dan berlalu pergi meninggalkan ruang makan.
"Loh Kie, kok buru buru. Pertanyaan kami belum kamu jawab loh!" seru Chika.
"Iya kak Kie. Suka banget menghindar kalau dikasih pertanyaan itu," sambung Kio.
Kesal, Kie lalu berhenti sebentar kemudian menoleh ke arah Chika, El dan Kio yang masih menatap dirinya dari meja makan.
"Minggu depan Kie bawa pacar Kie kerumah. Biar kalian tahu jika Kie itu laki laki normal," ucap Kie dengan langkah kesal meninggalkan mama,papa serta adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Putricah Ngapak
next kilat
2021-07-31
0
Resa
next
2021-07-30
0