[ Halaman - 15 ]

Lantas aku melihat rantang pemberian Ummi, Lalu aku membuka rantang yang Ummi berikan.

“ Wa, Hayu tuang ieu Ummi masak kanggo Uwa”

[ “ Wa, ayo makan, ini Ummi masak buat Uwa “ ].

^^^ujar ku sembari mengeluarkan makanan yang ada di dalam rantang.^^^

...“ Wah.... sigana enak yeuh”...

...[ “ Wah.. kayaknya enak nih “ ]. ...

Ujar Uwa Hardi yang sedang menghampiri ku dan Uwa Arum. Kemudian beliau ikut bergabung dalam jamuan makan siang ala saung.

Aku tersenyum bahagia. Masakan Ummi emang paling enak. Apalagi makanan yang sedang aku santap bersama Uwa Arum dan Uwa Hardi adalah makanan favorit ku semua. Ada teri kacang balado, karedok, oseng cangkang tangkil ( Tumis Kulit Melinjo ), sayur lodeh, ayam goreng, tempe goreng, kerupuk dan tidak ketinggalan sambal terasi ini semua menggugah selera ku untuk segera memakan masakan Ummi.

^^^“ Nay, itu teh A Hisyam anak Kyai Abdullah, senes? ” ^^^

Uwa Arum sambil menunjukkan jari tangannya ke arah pria yang berjalaan menghampiri saung memakai baju kotak kotak merah dengan celana bahan berwarna hitam. Aku melihatnya sekilas dan ternyata benar, itu adalah A Hisyam. Lantas aku mengganguk.

“ Ajakan kadieu atuh Nay, makan siang bersama kitu “

ucap Uwa Hardi yang sedang mengambil nasi.

“ Oh, Muhun Wa “ balas ku diakhiri senyuman.

Aku beranjak menuruni saung untuk menemui A Hisyam yang sedang berdiri berbincang dengan para petani yang sedang menanam padi.

...“ A Hisyam ” ...

Panggilku. Lelaki itu menoleh kearah ku.

“ Nayla ? ” Ujarnya.

“ Anu A, diajak makan siang bersama sama ada Uwa Hardi, hayu atuh A ”

^^^ucapku sambil melihat ke arah Uwa Hardi dan Uwa Arum yang ada di saung.^^^

...“ Wah Alhamdullilah .... Hayu atuh “ ...

ucapnya yang tertawa.

Ketika aku dan A Hisyam berjalan beriringan menuju saung. Terdengar dari jauh teriakan heboh yang memanggil manggil nama ku tidak lain adalah seorang wanita siapa lagi kalau bukan Syava.

Suaranya yang cempreng tidak asing bagi ku atau bagi A Hisyam. Ketika aku dan A Hisyam melihat ke arah belakang. Aku kaget bukan main saat melihat Syava berdiri di samping dokter Arfan. Melambai lambaikan tangannya sementara dokter Arffan hanya tersenyum ke arah ku.

“ Ya, Allah kenapa aku jadi deg degan begini? ”

... “ Nay, Lihat aku kesini bawa siapa? ” ...

^^^Ucapnya dengan nada antusias sembari melirik ke arah doter Arfan.^^^

...“ Dokter Arfan ” ...

balas ku dengan suara pelan.

“ Nay, aku tadi tuh ke rumah kamu. Kata Ummi kamu, kamunya lagi ada di sawah. Yaudah atuh, aku teh kesini wae, terus pas di jalan ketemu sama dokter Arfan. Sekalian aja aku ajak dokter Arfan ke sawah biar dia hapal sama sawah di desa ini hehehehe.... ”

Cerita Syava dengan tertawa sementara dokter Arfan masih saja tersenyum tanpa bicara.

“ Nayla !!!! Hayu makan ! ” teriak Uwa Arum.

“ Muhun Wa, Sakedap ! ”

[ “ Iya Wa, Sebentar !” ]. jawab ku dengan teriak.

“ Yasudah Hayu Syava, A Hisyam, Dokter Arfan makan siang bareng Uwa di saung ” ucapku yang di akhiri senyuman.

“ Wah wah makan siang bersama kitu ? Hayulah derr.... ”

Ucap Syava yang antusias.

Syava yang berjalan mendahului ku menuju saung. Sementara aku berjalan di tengah tengah A Hisyam dan Dokter Arfan di hampit oleh dua laki laki ciptaan mu ya Allah, yang membuat suasana menjadi semakin canggung. Sesampainya di saung. Uwa Arum menyuruh kami untuk makan bersama.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***