My Personal Tour Guide
...Novel ini adalah lanjutan dari novel pertama (My Butler) dan novel kedua saya (Sekar & Raja Phinisi). Bila berkenan boleh dibaca dari novel pertama & kedua terlebih dulu. ...
...Tapi Jika Tidak Juga Gak Apa-Apa...
...🚐🚐🚐...
...Cheers...Happy Reading ...
_____________
Maldives, 17:46
_____________
Tilulit…Tilulit…Tilulit…
“Good evening, Ajeng speaking, how may I assist you?” (Selamat sore, Ajeng berbicara, ada yang bisa saya bantu?) Jawab Ajeng menerima panggilan dari handphone kerjanya.
Handphone miliknya itu hampir berdering setiap menit. Paling tidak 5 menit sekali selalu berdering. Apalagi saat Resort tempat dia bekerja sedang ramai tamu.
“Good evening darling! Buruan kau ke sini. Acara farewell party (pesta perpisahan) udah dimulai!” suara perempuan ini tidak asing di telinga Ajeng. Dia adalah Lusi. Lusi adalah Manager Sales & Marketing di resort tempat dia bekerja.
Ajeng mengenal Lusi sejak 4 tahun yang lalu ketika dia bergabung bekerja di COMO Resort Maldives. Saat itu Ajeng hanyalah seorang waitress di resort itu. Tapi lama kelamaan, posisi Ajeng itu naik secara bertahap. Jabatan dari seorang waitress biasa naik menjadi Admin setelah 2 tahun. Di tahun ketiga, kinerja Ajeng yang bagus itu diapresiasi oleh para manager dan direktur. Dia diangkat lagi menjadi PA atau Personal Assistant untuk GM (General Manager) di resort itu. Yang lebih umumnya biasa disebut sebagai sekretaris.
“Bentar, kak. Aku masih harus ngirim email. Lima belas menit lagi aku sampai sana,” balas Ajeng dengan mengecek jam tangannya.
“Hihh! Ini kan farewell party bos kamu. Tinggalin dulu lah tuw kerjaan, Jeng. Kamu bisa lanjut ntar malem lagi,” Lusi semakin mendesak agar teman kerjanya itu lebih memprioritaskan acara farewell party. “Mr William bakal cabut malam ini dari pulau setelah party selesai. So stand up from your chair and come here soon!” (Jadi berdiri dari kursimu dan cepat datang ke sini!)
“Iya, kak. Coming, see you there.” (Meluncur, sampai jumpa di sana) Ajeng berlanjut mematikan panggilan itu.
Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Ajeng harus tetap menghadiri pesta perpisahan yang diadakan manajemen untuk General Manager mereka. General Manager yang bernama Mr. William itu sangat berperan penting dalam karir yang Ajeng peroleh saat ini. Bukan karena sangkut paut masalah personal, tapi karena Ajeng memang memiliki potensi yang bagus untuk berkembang. Sehingga dengan bantuan Mr Wiliam, Ajeng mampu menjadi seperti saat ini.
Di pulau kecil itu Ajeng selalu bepergian dengan sepeda kayuh kemana pun dia pergi. Dia cukup gesit mengayuh sepeda. Awalnya agak kesusaan karena jalannya banyak diselimuti pasir pantai. Tapi lama kelamaan Ajeng sudah terbiasa dengan medan jalan yang seperti itu. Setelah sampai di taman tengah pulau, Ajeng menyetandarkan sepedanya itu.
“Tuh lihat, biar kamu tahu. Cewek tu namanya Kak Ajeng Kencana. Asli orang Solo. Dia adalah sekretarisnya Mr Wiliam. Padahal dulunya dia cuma kayak kita ini. Waitress biasa yang angkat-angkat nampan bawa piring dan gelas kotor. Tapi karena orangnya ulet, ya jadi seperti sekarang ini,” ujar salah satu waiter laki-laki yang berasal dari Bali.
“Itu sih namanya nasib mujur, bli (kakak laki-laki tua dalam bahasa Bali). Jarang banget karir orang biasa dari waiter bisa nanjak kayak dia,” sambung waiter yang diajak ngobrol.
“Ya pokoknya bli cuma mau ambil contoh yang baik buat kamu. Baru 2 hari kerja masa kemarin sama hari ini kamu telat masuk kerja. Padahal kita ini kerja di kawasan pulau kecil kayak gini harusnya gak boleh telat. Untung gak diberlakukan sistem thumb print cap jempol waktu masuk sama selesai kerja,” melanjutkan untuk menasihati rekan kerjanya yang masih baru.
Tak lama kemudian Ajeng muncul di hadapan kedua orang yang sedikit cekcok itu. Mereka memandangi Ajeng dengan penuh hormat.
“Good evening, kak Ajeng!” sapa waiter yang berasal dari Bali.
“Good evening, bli! Apa kabar?” tanya Ajeng balik.
“Kabar baik. Ini perkenalkan anak waiter baru dari Semarang. Baru join kerja sejak kemarin,” kata bli itu.
“Hai…” Ajeng mengajak anak laki-laki itu untuk berjabat tangan. “Welcome to Island life, Como Resort,” (Selamat datang ke kehidupan pulau, Como Resort) ucap Ajeng dengan senyuman ramah. “Saya sudah lihat CV (Curriculum Vitae) milikmu sebelum kamu datang kemari. Kamu hebat banget baru 19 tahun bisa dapet kerja di Maldives. Semoga kamu betah dengan kehidupan di pulau. Kalau butuh bantuan apa jangan pernah sungkan untuk bilang ke saya atau bli ini. Bli ini udah mulai betah kerja di sini sekarang. Awalnya emang agak susah beradaptasi dengan kehidupan di sini. Karena gak kayak di kota metropolitan yang banyak hiburan dan kebebasan.” Ucap Ajeng dengan mengingat bagaimana awalnya dia menitih karir di Maldives.
Semuanya sudah Ajeng lewati. Hanya satu yang belum bisa Ajeng gapai. Dia belum berhasil membawa pacarnya yang bernama Gery untuk kerja di Maldives. Padahal pacarnya itu memiliki kemampuan berhahasa Inggris, Prancis, Spanyol dan Arab yang bagus. Tapi entah kenapa setiap ada kesempatan interview dari COMO Resort, dia selalu gagal saat mendapat interview akhir dengan Mr. Wiliam.
“Baik bu Ajeng. Nanti kalau ada apa-apa saya cerita ke bu Ajeng,” kata waiter yang berasal dari Semarang itu. “Tiga hari yang lalu pas datang ke sini saya juga udah dikasih tahu sama GM perempuan yang baru waktu kami satu pesawat seaplane. Kalau saya butuh apa-apa bisa bilang ke dia.”
“Wah… bagus deh kalau gitu. Berarti kamu juga udah kenal dong sama Miss Eva, GM kita yang baru? Aku aja belum sempat ketemu sama atasanku yang baru.” kata Ajeng lagi. “By the way (Ngomong-ngomong) jangan panggil aku ‘bu’. Panggil aja kak atau mbak.”
“Hehee iya kak...” kata waiter dari Semarang. “Nah… Tuh Miss Eva ada di sana sama Mr. Wiliam. Dia jago bahasa Indonesia meski aslinya orang Thailand.”
“Yang mana?” tanya Bli ikut penasaran.
“Yang pakai rok pendek itu…” jawab waiter dari Semarang.
“Hush! Kamu ni,” sambung Bli dengan menggelengkan kepalanya. “Jangan detail-detail penjelasannya. Dia tuh GM kita yang baru,” menasehati dengan senyam-senyum melihat rok pendek yang dipakai GM perempuan.
“Halah halah… Bli juga suka kan ngeliatin begituan?” celetuk Ajeng membuat kedua waiter itu tersenyum malu. “Ya udah, saya jalan ke sana dulu ya. See you later…”
“Iya kak. See you later di kantin,” sahut bli dengan memandangi punggung dan pantat Ajeng. “Hm… Padahal usia lebih tua dia 2 tahun. Tapi wajahnya itu awet muda macam anak SMA. Sayang banget dia udah punya cowok. Coba kalau enggak, udah ku pepet dari dulu,” celetuk Bli membuat mata temannya itu mendelik melihatnya.
“Hm… Tadi aku cuma ngatain miss Eva pakai rok pendek gak boleh. Ini sekarang bli malah liatin kak Ajeng pakai muka mupeng.”
Lekuk tubuh Ajeng memang menggoda. Bisa dikatakan dia adalah primadona di tempat kerjanya. Tapi para rekan kerjanya yang berasal dari berbagai negara itu sangat menghormati Ajeng. Untuk karyawan laki-laki baru yang mencoba mendekati Ajeng selalu mundur perlahan setelah Ajeng mengatakan dirinya sudah memiliki kekasih.
“Good evening Mr Wiliam!” sapa Ajeng.
“Hai! Good Evening Ajeng. I thought you are still seating in your office. Hahaaa! Nice to see you in my last day,” ucap Mr Wiliam dengan memeluk sekretarisnya itu. (Aku pikir kamu masih duduk di kantormu. Hahaaa! Senang berjumpa denganmu di hari terakhirku)
“Hopefully someday I can see you again in another place. Or maybe in Solo Indonesia,” ucap Mr Wiliam dengan mengusap-usap punggung Ajeng.
“Sure. Please welcome to my city. That’s would be great if I can see you there. You can eat nasi goreng, gado-gado, soto, bakso…”
“And rendang... That’s my favourite. My wife and me always buy rendang if we are vacation in Indonesia,” (Dan rendang… Itu adalah kesukaan ku. Istriku dan aku selalu beli rendang jika kita liburan di Indonesia) sambung Mr. Wiliam. “Oh yeah… I forgot to tell you. She is Miss Eva. She will replace me. She is daughter from the owner of this company,” (Oh yeah… Aku lupa untuk mengatakan. Dia adalah Nona Eva. Dia akan menggantikanku. Dia adalah anak perempuan dari pemilik perusahaan ini) ucap Mr Wiliam meminta keduanya berjabat tangan.
“Hi… I’m Eva. Nice to see you,” sapa Eva. (Saya Eva. Senang berjumpa dengan mu)
“Hi… I’m Ajeng. Nice to see you Miss Eva.”
“Actually asal aku dari Indonesia. Tapi because My mom and my dad menetap di Thailand, jadi kita satu family ganti nationality kita jadi Thai. I hope we can work together,” kata Eva. “Mr Wiliam said your age is 24 kayak aku . So I think will be easy for us to work together,” ucap Eva dengan menatap Mr. Wiliam.
“Yeah… If next time two of you get any problem, you can contact me anytime. If I can help, for sure I will help. So… I will let you chit chat first. I’m going there to see your father, Eva.” Ucap Mr Wiliam yang kemudian pergi meninggalkan Eva dan Ajeng. (Yeah… Jika nanti kalian berdua mendapat masalah, kalian bisa kontak saya kapanpun. Jika saya bisa bantu, pasti saya akan bantu. Jadi… saya akan biarkan kalian ngrobrol terlebih dulu. Saya pergi untuk berjumpa ayahmu dulu, Eva)
Ajeng dan Eva pun berlanjut saling mengakrabkan diri satu sama lain. Tidak membutuhkan waktu yang lama, keduanya kini merasa saling cocok dengan karakter masing-masing. Eva sangat berharap Ajeng bisa membantu dalam mengurus bisnis keluarganya. Karena Eva baru saja menyelesaikan studynya di bidang Busines Management di Prancis, jadi Eva membutuhkan waktu untuk mengenal dan beradaptasi dengan dunia kerja.
Wah… Ternyata orangnya asyik. Enggak kayak Mr Wiliam yang agak jutek. Apa aku minta tolong Miss Eva aja ya biar cowok ku Gery bisa kerja di sini? Masa dari dulu ikut interview sampai 6 kali selalu kena tolak sama Mr Wiliam… Kan enak bisa satu tempat kerja sama dia. Hihiii… Gumam Ajeng dalam benaknya.
“Miss…”
“Yeah? Kenapa?”
“Bisa saya minta tolong?” tanya Ajeng.
“Sure… Tell me (Tentu… Katakan). Kalau aku bisa bantu pasti akan ku bantu,” jawab Eva.
“Em… Boleh tidak saya membawa teman saya untuk kerja di sini? Kebetulan ada lowongan di bagian Guest Relation Officer. Dia menguasai 4 bahasa. English, France, Arabic and Spanish,” kata Ajeng.
“Wow… Super. Your friend is a girl or boy?” tanya Eva.
“Boy,” Ajeng menjawab dengan antusias.
“Hm… Boy… Is he your friend or your boy friend…?” goda Eva membuat muka Ajeng memerah.
“Hehee…”
“It’s doesn’t matter (itu gak masalah). Kamu drop aja CV dia ke mejaku. I will check it tomorrow (Aku akan ngecek besok),” ucap Eva membuat Ajeng optimis kalau pacarnya itu bisa diterima bekerja di tempat dia bekerja sekarang.
*****
Bersambung…
Apakah Eva akan menerima Gery bekerja di resortnya?
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
marathon 🏃♀️sambil nyimak
2023-01-06
2
Caramel Latte
kayaknya bagus. ku fav dulu ah.. tar selesaiin yg ku baca baru kesini. yuhuuu💃🏻💃🏻
2022-08-01
0
violet
mampir
2022-07-22
0