Jangan Ambil Zeline Ku!
"Tenang lah, aku akan membicara kan ini kepada keluarga ku." ucap Aksa menenang kan kekasih nya.
"Bagaimana dengan keluarga ku?" Gadis bernama Auristela yang biasa di panggil dengan Stella itu menangis sejadi-jadi nya. Menyesali perbuatan nya.
"Kita akan menyelesai kan ini sama-sama."
"Tapi, aku takut." suara nya memelan, air mata terus membasahi ke dua pipi nya.
"Kita hadapi dengan sama-sama." Aksa memegang tangan kekasih nya. Stella pun mengangguk.
"Ayo, kita kerumah ku. Aku akan bicara dengan mami dan papi ku. Setelah bicara dengan mami papi ku, kita akan ke rumah mu." ujar Aksa. Stella pun mengikuti ucapan kekasih nya
Di Kediaman Rumah Aksa.
Di dalam mobil, Stella tercengang menatap dan memandangi bagian luar rumah Aksa yang bagai kan istana mewah nya. Stella memang lah berasal dari keluarga kaya, tetapi rumah nya tidak semegah rumah kekasih nya.
"Ayo." setelah membuka safety belt milik nya, Aksa membantu Stella membuka safety belt. Stela tersentak karena sentuhan tangan Aksa.
"Sayang, kamu tak apa?" tanya Aksa yang mengelus pipi Stella.
"Aku takut."
"Jangan khawatir, Sayang. Semua akan baik-baik saja." Stella membuang nafas perlahan, meyakin kan diri nya.
"Baik lah." Stella dan Aksa pun ke luar dari mobil, melangkah kan kaki perlahan untuk masuk ke dalam istana milik Aksa.
"By, ak-aku."
"Sudah, jika kamu seperti ini. Aku juga akan merasa down, Sayang. Kita akan selesai kan ini sama-sama. Tolong, kamu kuat lah! agar aku pun bisa kuat." pinta Aksa dengan penuh lembut.
Aksa dan Stella masuk ke dalam rumah, melihat Aksa masuk beberapa pelayan dengan sigap menyambut sepasang kekasih ini.
"Di mana mami?" tanya Aksa pada salah satu pelayan.
"Nyonya ada di kamar nya, Tuan. Baru saja pulang."
"Tolong, panggil kan mami." Pelayan itu mengangguk, ia segera pergi untuk memanggil majikan nya.
Aksa memerintah kan Stella untuk duduk. Tak lama kemudian, wanita cantik perlahan turun dari tangga.
"Ini pasti mami nya Aska, begitu sangat cantik dan muda. Bahkan aku saja tidak secantik ini." ~Gumam Stella.
"Aska, kenapa kamu memanggil mami? apa kamu tidak bisa ke kamar saja?" mata Mami Aska tertuju pada gadis mungil di depan nya yang menunduk kan kepala.
"Siapa dia? mengapa kamu membawa nya ke sini?"
"Dia kekasih ku, Mi."
"Kekasih?" Mami Aska mengerut kan kening nya. Sedang kan Stella yang tertunduk pun merasa takut, tangan nya dingin dan gemetar. Dahi Stella di penuhi dengan keringat, walau ruangan ini begitu dingin karena ada beberapa AC tapi kecanggungan Stella membuat diri nya merasa panas.
"Iya, dan dia hamil." ujar Aska terus terang.
"Apa? hamil? Bicara apa kamu! jangan ngelantur begitu apa! Nggak lucu, mami sibuk. Mami akan kembali ke kamar, kamu membuang waktu mami saja!" Mami Aska pun membalik badan melangkah kan kaki nya yang gemulai.
"Aska serius mi!" Langkah kaki wanita itu pun terhenti, membalik kan tubuh nya melihat ke arah sang anak yang sedang berdiri menatap nya dengan serius. Sedang kan, Stella memejam kan mata nya dan mengerat kan kepalan tangan nya. Stella begitu sangat takut.
"Apa kamu sudah tidak waras? usia kalian baru 19 tahun, Aska!"
"Maafin, Aska mi. Tapi, ini lah kenyataan nya. Aska dan Stella sudah berbuat hal yang membuat Stella hamil."
Plak!
Suara tamparan keras melayang di pipi Aska, Stela tersentak kaget. Ia memberani kan diri untuk mengangkat kepala dan melihat apa yang terjadi. Aska memegang pipi nya yang memerah.
"Tampar Aska sekuat yang mami mau, tampar mi! tapi itu nggak bisa ngerubah semua nya. Saat ini, Stella hamil. Dan Aska akan bertanggung jawab, Aska akan menikahi nya!"
"Jangan bercanda, Aska! bagaimana mungkin kamu menikahi nya, sedang kan aku pun nggak tau asal usul keluarga nya. Dari mana ia berasal, dan jika di lihat dari penampilan nya. Dia gadis yang tidak se budaya dengan kita."
"Lalu, apa masalah nya mi? Mami bisa ke rumah nya dan akan mengenal lebih jauh tentang keluarga nya."
"Usia kalian juga masih 19 tahun, Aska! bagaimana dengan masa depan mu? apa yang harus aku kata kan dengan Papi mu? keluarga kita?"
"Mi, saat ini Stella sedang mengandung anak ku, Cucu mami! apa mami tega?"
"Diam! jangan bicara lagi! Mami nggak setuju dengan dia! Sekarang, kamu antar dia pulang saja. Kepala mami sudah sangat pusing sekali." wanita itu memegang kening nya yang terasa sangat berat.
"Pelayan." panggil nya.
"Iya, Nyonya?"
"Panggil kan tukang urut untuk ku ya? aku begitu sangat pusing."
"Baik, Nyonya." pelayan Itu segera pergi.
"Kita belum selesai bicara, Mi!"
"Tidak ada yang perlu di bicara kan lagi! kau sudah tahu jawaban mami tadi, dan mami tak akan merubah nya!".
"Baik, lah! jika mami tak setuju. Aska akan pergi dari rumah ini." ucapan Aska membuat mami nya merasa dilema. Aska anak yang paling ia sayangi
Sial! wanita ini sudah meracuni pikiran anakku, Aska! Bagaiamana bisa aku jauh dari anakku, dia kesayangan ku. Kebanggaan ku! ~ batin nya.
"Baik lah, mami akan bicara kan ini kepada papi mu, setelah papi pulang dari urusan bisnis nya. Kau bawa lah dia kemari, kita akan membahas nya kembali." ujar mami Aska yang tak ada pilihan. Wanita itu pun segera pergi meninggal kan anak nya.
Aska yang merasa senang pun mendekati sang kekasih, ia memeluk Stella dengan perasaan bahagia.
"Jika mami ku setuju, papi pasti juga akan setuju. Sekarang, kita akan ke rumah mu dan bicara dengan kedua orang tua mu." ucap Aksa kepada Stella. Tapi, Stella masih sangat khawatir dengan reaksi keluarga nya. Tapi, lagi-lagi Aksa meyakin kan kekasih nya itu.
Aksa dan Stella pun meninggal kan kediaman rumah Aksa. Kini, Aksa melaju kan mobil nya ke rumah Stella. Stella masih membisu di dalam mobil, perasaan nya sangat tidak tenang.
"A-apa yang harus aku kata kan nanti kepada mama dan papa? ak-aku tak sanggup jika melihat mama menangis apalagi menghadapi kemarahan papa." ujar Stella yang menangis, ia sungguh menyesali kebodohan nya. Aksa yang mengetahui isi hati Stella pun berkata dengan nada yang tak bersahabat.
"Aku tahu, kau menyesali nya. Tapi, semua sudah terjadi! kita berdua melakukan kesalahan. Tapi, kau tidak sendirian, Stella! aku bersama mu! aku tak meninggal kan mu, kita hadapi ini sama-sama. Nasi sudah jadi bubur, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berani menghadapi segala konsekwensinya! Jika kau seperti ini, aku akan merasa sangat kecewa." ujar Aksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Chauli Maulidiah
lha, katanya tdk sebudaya.. tp msh membudayakan tukang urut.. gmn sih nyonya... yg total donk jd orkay.. knp gak sekalian ke tukang saraf atau tukang ortopedi.. 😒
2023-01-02
0
😍 Chairin 😍
aku dtg kak...
2021-08-02
0
Dhina ♑
Ya Allah Aksa.....apa yang kamu lakukan
2021-07-30
0