5

Tap

Tap

Tap

Suasana yang begitu canggung, dan rasa khawatir yang cukup tinggi, Ana meremas kuat gaun yang dia gunakan saat melihat Luna yang hanya diam tanpa mau berbicara dengan dirinya.

Apa aku sudah berbuat salah?

Kenapa Ibu Teri hanya diam saja?

Apa perbuatan ku tadi terlalu berlebihan?

Oh Tuhan tolong bantu aku keluar dari suasana yang canggung ini.

"Teri!"

"Iya?" jawab Ana yang langsung menoleh ke arah Luna.

"Terima kasih."

Deg!

Jantung Ana langsung berdetak kencang rasanya dia seperti ingin terbang melihat ibu Teri mengucapkan terima kasih dengan senyum yang begitu hangat.

Luna membalikan badannya menghadap ke arah Ana, ini adalah pertama kalinya dirinya melihat Luna tersenyum dengan hangat seperti itu.

"Teri, apa kah kau sadar ada sesuatu yang aneh pada dirimu?" Luna bertanya dengan mata yang langsung menatap wajah Ana.

Deg!

Mendengar itu tentu saja jantung Ana langsung bergetar dengan hebat bersamaan dengan matanya yang spontan langsung terbuka lebar.

Aneh gimana? Maksud dari kata aneh itu apa?

Mendengar ucapan Luna, Ana langsung berpikiran negatif apakah Ibu Teri menyadari bahwa dia bukan lah Teri anaknya.

Jika beliau menyadari aku bukan anaknya, lantas bagaimana aku harus menjelaskannya pada dirinya soal tubuh ku yang tertukar ini.

Teri kenapa kehidupan kita ini begitu rumit.

"Teri!"

"Iya?" jawab Ana dengan cepat."

"Apa kau tau betapa senangnya aku hari Ini?"

"Iya?"

"Ini adalah kali pertamanya kau mau menyebut ku dengan sebutan ibu, dihadapan para nyonya."

"..."

Ana langsung terdiam tubuhnya seketika membeku menyadari bahwa Luna merasa senang pada dirinya, hanya karena dirinya memanggil ibu, sungguh sangat sulit dirinya percaya.

Senyum yang begitu kaku langsung terbit dibibir Ana, seketika dia merasa bersalah pada Luna yang telah dia bohongi.

"Ah..."

Ana tidak tau harus merespon bagaimana, apakah hubungan Teri dengan ibunya memang secanggung ini, padahal jika Ana lihat selama ini Luna bukanlah ibu yang buruk, dia seperti seorang ibu yang begitu perhatian pada anaknya.

"Ibu!"

Luna langsung menolehkan wajahnya ke hadapan Ana, yang membuat Ana langsung tersenyum hangat menyentuh tangan Luna.

"Ibu maafkan saya yang selama ini telah banyak berbuat salah, saya berjanji mulai hari ini saya tidak akan lagi berbuat masalah lagi, saya janji karena mulai saat ini saya akan terus membuat ibu bahagia begitu juga dengan ayah."

"Dan... Saya juga telah bertekad bahwa saya tidak akan peduli lagi dengan Putra Mahkota!"

"Apa!"

"Saya hanya ingin Ibu dan Ayah bahagia, saya bersungguh-sungguh saya akan melupakan Putra Mahkota! Karena Saya sudah tidak mencintai Putra Mahkota lagi, maka dari itu saya akan melupakan beliau mulai saat ini."

Luna langsung menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dia dengar, matanya langsung berkaca-kaca menyadari bahwa putrinya kini berbuah.

"Sayang, maafkan ibu."

Ana langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak, ibu tidak bersalah, selama ini sayalah yang salah, saya yang telah membuat malu kelurga dan saya juga yang sudah membuat keluarga kita hancur."

Walaupun itu memang murni kesalahan ku.

"Maka dari itu, ibu... saya mohon bimbingnya, agar Saya bisa menjadi putri yang bisa ibu banggakan dihadapan banyak orang."

"Ibu senang jika kau bersungguh-sungguh ingin berbuah Nak, apa pun itu ibu akan selalu mendukung mu."

Ana dengan tersenyum langsung memeluk tubuh Luna, wajah Ana langsung terlihat bahagia merasakan tangan hangat dari seorang ibu, apa kah seperti ini rasanya dipeluk seorang ibu.

Teri kau benar-benar anak yang paling beruntung bisa mendapatkan seorang ibu seperti ini.

...~*~...

Malam harinya disaat ayah Teri sudah tiba di rumah mereka, Ana langsung mencoba untuk mendatangi beliau dengan membawa secangkir teh kesukaan ayah Teri.

Tok

Tok

Tok

"Ayah ini saya Teri, apa saya boleh masuk?"

"Teri? Ya silahkan masuk."

Pintu ruang kerja terbuka Ana langsung masuk kedalam ruang kerja ayah Teri dengan membawa nampan berisi secangkir teh.

"Silahkan diminum ayah, saya tau selama ini ayah sangat lelah melewati banyak banyak sekali masalah."

Regis atau yang sekarang dikenal sebagai Baron Ronan merupakan ayah Teri yang dulunya merupakan seorang Duke di kerajaan Homounculus.

"Terima kasih sayang."

Tanpa ragu Regis langsung meminum secangkir teh buatan Ana, wajah Ana terlihat puas saat Regis mau menghabiskan teh buatannya.

"Saya senang jika ayah menyukai teh buatan saya."

Regis yang selama ini tidak pernah dibuatkan teh oleh Teri merasa sedikit aneh dengan perubahan anaknya.

"Apa pun itu yang kau berikan ayah pasti terima."

Sedikit ada rasa iri pada diri Ana mengetahui bahwa keluarga Teri begitu sayang pada dirinya, Ana mulai berpikir bagaimana bisa dirinya menjadikan Teri sebagai tokoh Antagonis didalam cerita yang dia buat, padahal keluarganya begitu hangat seperti ini.

Lagi-lagi aku merasa bersalah dengan Teri.

"Jadi, ada urusan apa kau datang ke sini? Ayah yakin kedatangan mu ke sini pasti bukan hanya untuk memberikan ayah minum."

Wajah Ana langsung keringat dingin saat Regis menatap tajam dirinya.

"Ah... Itu jika ayah izinkan, bolehkan saya meminjam 10 keping emas untuk modal jualan?" Pita Ana dengan nada yang begitu lembut.

"Apa?"

Mata Ana langsung terpejam saat Regis tiba-tiba saya menaiki nada bicaranya.

"Ah... Itu pun kalo ayah mau meminjamkannya," lirih Ana.

Regis langsung memijat keningnya mengetahui permintaan dari Ana, bukan masalah nominal atau jumlah yang diminta oleh Ana, tetapi omongan dari Ana yang kurang dia percaya.

Mengingat bahwa Teri anaknya dikenal sebagai putri yang suka menghamburkan uang, jadi jika dia mendengar permintaan dari Ana yang menginginkan uang dirinya agak sedikit sulit untuk mengabulkan permintaan anaknya itu, apa lagi saat ini ekonomi keluarganya sedang tidak stabil.

"Teri... Maaf ayah tidak bisa memberikan mu uang, saat ini ekonomi kita tidak stabil, maka dari itu lebih baik kau urungkan saya niat mu itu."

Wajah Ana terlihat sedih menyadari bahwa niatnya yang ingin membantu ekonomi keluarga Teri menjadi sia-sia, namun tekad Ana tidak berhenti sampai situ saja, sebuah ide lain muncul di kepalanya yang membuat senyum Ana seketika kembali terbit.

"Begini saja, jika ayah begitu berat memberi saya uang bagaimana jika ayah ikut dengan saya berbelanja, sekalian kita jalan-jalan, bukankah kita sudah lama tidak jalan-jalan bersama," ajak Ana dengan semangat.

"Apa?"

"Besok kan ayah libur? Bagaimana besok kita bersenang-senang bukanlah ayah juga merasa lelah jika terus berkerja seperti ini?"

"Kenapa tiba-tiba kau ingin mengajak ayah jalan?"

Wajah Ana masih menimbulkan senyum yang begitu lebar, "Itu karena ayah yang begitu berat memberikan saya uang."

"Apa?" Regis masih terlihat bingung dengan ucapan yang dilontarkan oleh Ana.

"Ayah! Walaupun berat untuk ayah memberikan uang itu pada saya, perlu ayah ketahui bahwa uang sebanyak itu tidak akan saya sia-sia kan lagi."

"Karena... Uang itu akan saya pakai untuk modal jualan saya!"

"Hah!" pekik Regis yang masih tidak percaya.

"Apa ucapan mu ini bisa dipercaya?" tanya Regis menatap wajah Ana.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!