Cita-Cita Serra

Disiang hari. Serra hanyalah mahasiswi biasa, terlampau biasa malahan. Bukan berasal dari keluarga berada tapi juga bukan dari kalangan yang terlalu bawah. Ia memiliki tempat tinggal yang cukup layak yang Ia beli dari hasil jerih payahnya bekerja sebagai seorang wanita malam di salah satu bar terkenal.

Awalnya banyak yang merasa jijik dengan pekerjaan yang Serra tekuni, karena di mata mereka itu adalah pekerjaan paling rendahan yang memalukan. Namun seiring berjalannya waktu, semua orang mulai menerimanya dan tidak lagi mempermasalahkannya.

Serra bercita-cita menjadi seorang Dokter, itulah kenapa Ia mengambil jurusan fakultas kedokteran. Bukan hanya satu specialis, Serra ingin menguasai semua bidang dalam kedokteran. Alasannya adalah agar Ia bisa menyembuhkan orang-orang yang memiliki penyakit gagal jantung seperti Ibunya.

Alasan lainnya adalah karena Ia ingin memberi orang-orang tak mampu di luar sana pelayanan kesehatan yang layak. Entah sebuah kebetulan atau memang takdir, kedua sahabat Serra juga ada di satu fakultas yang sama dengannya. Dan dari Uang yang Ia hasilkan, selain bisa membeli apartemen sederhana dan mengobati biaya pengobatan ibunya. Serra juga mampu membiayai kuliahnya serta sekolah adik laki-lakinya juga memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Serra tidak pernah mengeluh dengan takdir hidup yang Tuhan berikan. Jika saja ayahnya masih ada, mungkin hidupnya tidak akan seperti ini. Tapi Serra tidak pernah tau seperti apa rupa sang ayah, karena Ibunya mengatakan jika ayahnya telah lama meninggal.

Serra terlihat sangat serius saat mendengar penjelasan Dosen yang sedang berdiri di depan kelas. Semua tampak bosan termasuk kedua sahabatnya namun hal berbeda justru tidak berlaku untuk Serra. Ia mendengar dengan baik apa yang tengah di sampaikan oleh sang dosen dan sesekali Ia mencatat materi yang Ia anggap penting.

"Adakah yang bisa menjelaskan sedikit perincian mengenai botox?" Sang dosen berbicara lantang, menatap seluruh orang yang ada di ruangan itu. Namun tak ada satu pun orang yang mengangkat tangannya, dosen itu menghela nafas. Pandangannya jatuh pada Serra. "Serra, kau bisa menjelaskannya.?" Tanyanya ulang. Dengan mantap Serra mengangguk.

"Seperti yang selama ini banyak kita ketahui, botox banyak di gunakan sebagai alternatif kecantikan yang instan. Namun sayangnya, botox sendiri berasal dari racun hasil microba yang sudah Clostridium Botolium. Dan biasanya dapat kita jumpai pada makanan kaleng yang sudah rusak, pada prinsipnya. Botox dapat melumpuhkan sistem di dalam tubuh sehingga menghalangi kontraksi otot. Sekian penyampaian dari saya." Serra membungkuk kemudian kembali duduk.

Sementara dosen itu tersenyum lebar, puas dengan penjelasan Serra.

Dosen muda itu tersenyum lebar. "Penjelasan yang sempurna, Serra. Dan tolong berikan penjelasan untuk efek sampingnya." Perintah dosen muda itu dengan nadanya yang lembut. Seulas senyum tipis tersirat di bibir gadis bermarga Jung itu, segera Ia berdiri dan memberi penjelasan lagi.

"Reaksi yang dialami tubuh setelah penggunaan bodox adalah alergi, sakit kepala, infeksi saluran pernafasan. Juga terbentuknya antibodi hingga pengguna bisa kebal dengan pemakaian selanjutnya."

Semua terperangah mendengar penjelasan Serra. Tidak di sangka jika gadis yang selama ini di kenal sebagai wanita murahan ternyata memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan IQ nya mencapai 200. Sayang tidak ada yang menyadari kejeniusan yang Ia miliki dan keberadaannya terkesan di abaikan, padahal dia adalah calon dotker hebat di masa depan.

.

.

.

"Serra itu tadi sangat luar biasa." Mia dan Raina langsung menyerbu gadis barbie itu sambil mengacungkan jempol padanya. Serra terkekeh, kedua sahabatnya ini memang selalu bersikap berlebihan padanya. Mengangkat bahunya dan mulai mengayunkan kedua kakinya, kanan dan kiri secara bergantian

"Ingin makan sesuatu?? Hari ini biar aku yang traktir." Tawar Serra pada kedua sahabatnya. Keduanya saling bertukar pandang, dengan kompak mereka menjawab.

"STEAK." Serra hanya bisa tertawa melihat kekompakan mereka berdua. Serra merangkul kedua gadis itu dan membawa keduanya meninggalkan area kampus.

Tidak sampai 15 menit, ketiga gadis itu tiba di cafe tempat mereka biasa menghabiskan waktu saat pulang kuliah atau ketika libur bekerja. Mereka berjalan memasuki cafe itu di iringi canda tawa seperti biasanya. Dan Serra hanya terkikik geli saat mendengar perdebatan antara kedua sahabatnya, baru saja Ia memasuki cafe.

Namun langkahnya di hentikan oleh keberadaan seorang pemuda yang Ia temui di bar sekitar satu minggu yang lalu, tak sengaja pemuda itu menoleh dan membuat pandangan mereka bertemu, coklat dan hazel. Serra mengangguk singkat kemudian melangkah menuju meja favoritnya.

Tak lama setelahnya seorang pelayan datang dengan membawa tiga piring steak dan tiga jenis minuman yang berbeda. Mereka bertiga adalah pelanggan tetap di cafe itu, dan kebetulan cafe itu milik Chen dan Mino Jadi kedua pemuda itu sudah hafal betul apa makanan dan minuman favorite ketiga gadis berbeda karakter tersebut.

"Silahkan di nikmati nona-nona." Ucap Chen,

Mia menyapukan pandangannya kemudian tatapannya bergulir pada pengunjung yang berjarak dua meja dari tempat mereka berada."Serra, bukankah dia pemuda yang waktu itu. Aku lihat dari tadi terus memperhatikanmu." Serra mengikuti arah pandang Mia, lagi-lagi matanya bersiborok dengan pemuda itu.

"Ahh, mungkin hanya perasaanmu saja," Balas Serra menimpali.

"Ahh, aku rasa tidak, Ra. Jelas-jelas dia memperhatikanmu." Ucap Raina menyahuti

"Dia sangat tampan lohh." Timpal Mia. Serra hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan kedua sahabatnya

"Dia orang berada dan berasal dari keluarga terpandang, perbedaan yang sangat jauh. Dan aku tidak ingin memimpikan sesuatu yang tidak mungkin, dan lagi pula mana mungkin dia akan tertarik pada wanita murahan sepertiku." Tutur Serra seraya tersenyum kecut.

"Hei-hei,kalian ke sini untuk makan bukan?? Kenapa malah sedih-sedihan." Ucap Chen mencairkan suasana.

"Dan kalian makanlah sepuasnya, khusus hari ini Chen yang akan mentraktir kalian." Sahut suara dari arah belakang yang kemudian merangkul bahu Chen sambil mengedipkan sebelah matanya. " Bukannya begitu, Chen." Chen yang masih belum sadar dengan perkataan Mino mengangguk antusias

" Ya." Jawabnya, namun sedetik kemudian Chen memekik kaget dengan kedua mata membelalak sempurna. "APPPAAA.?

" HAHAHAHA." Dan tawa keempat orang itu pun pecah, sementara Chen terus menggerutu tidak jelas. Dan ini bukan pertama kalinya Ia di kerjai oleh keempat sahabatnya. Tak tau kenapa selalu Ia yang menjadi korbannya.

.

.

.

Setelah menyantap makan siangnya. Ketiga CEO muda itu memutuskan untuk tidak kembali kekantor dan berkumpul di Villa milik Devan bersama kawan-kawan lama mereka.

Duduk di ruang tamu dengan di temani sebotol Penfolds Grange Hermitage 1951, salah satu jenis wine termahal di dunia karna hanya ada 20 botol diseluruh dunia dan Devan mendapatkan saat Ia berkunjung ke Australia satu bulan yang lalu. Dan Devan harus mengeluarkan 38.420 USD atau sekitar 534 juta, sungguh harga yang sangat fantastis untuk satu botol wine.

"Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan wanita itu?" Hwan tiba-tiba sudah ada di samping Aron, tangan kanannya merangkul bahu pemuda yang mendapatkan julukan, tuan tiang karena tinggi tubuhnya yang menjulang.

Tangan kirinya menelan-nekan pipi Aron kemudian Ia lakukan hal yang sama pada sudut bibirnya. "Berapa banyak pukulan yang harus kau terima dari dua bocah itu demi cintamu.??

Semua orang minus Devan tertawa atas pertanyaan konyol Hwan. Merasa terganggu, Arom segera menepis tangan Hwan yang masih menekan-nekan luka memar di pipi dan sudut bibirnya.

"Kau tidak perlu tau, Hwan!! Yang jelas aku mulai muak dengan wanita itu."

"Sudah putuskan saja, lagi pula masih banyak wanita di dunia ini yang lebih cantik dan sexy dari dia." Timpal Mark.

"Hei, Panda, kenapa akhir-akhir ini lingkaran matamu semakin parah saja? Apa kau tidak tidur selama satu abad.?" Tanya Hwan pada Tao, bosan bermain-main dengan Aron, kini Hwan beralih pada Tao.

"Beberapa hari yang lalu aku bertemu seorang gadis di club malam, dia sangat cantik tapi galaknya gak ketulungan. Dan sialnya, aku malah tidak bisa melupakannya." Jawab Zitao sebelum meneguk kembali winenya.

"Hiaaaa itu artinya hanya aku dan Devan saja yang belum punya pacar! Astaga apa itu artinya kami akan menjadi BU-DI?" Seru Hwan histeris.

"Jangan samakan aku denganmu, aku menolaknya. Saranku, sebaiknya kau cari wanita sebelum menjadi perjaka tua." Komentar Devan yang kemudian mengundang gelak tawa diantara teman-temannya.

Niat awalnya mengerjai malah Ia balik di kerjai, mungkin saja hari ini adalah hari tersial untuk Hwan. Semua seolah kompak untuk mempermalukan dirinya. Dan disaat seperti ini, Hwan menjadi sangat merindukan Leo Jika saja dia ada, pasti Ia akan memiliki pahlawan yang segenap hati mau membelanya. Tapi sayangnya saat ini dia sedang berada di luar negeri.

Dan tidak ada pilihan untuknya selain menerima semua hal buruk yang menimpa dirinya.

"Sialan kalian semua." Gerutu Hwan ambil mencerutkan bibirnya. Dan lagi-lagi gelak tawa terdengar memenuh ruang tamu vila milik Devan. Masih sama, Hwan-lah yang lagi-lagi menjadi korbannya.

.

.

Membiarkan teman-temannya tetap bersenang-senang di vila miliknya. Devan melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Seoul yang padat dengan kendaraan. Sedikit terjadi kemacetan. Matanya fokus pada jalanan yang Ia lalui, namun tidak dengan fikirannya.

Sejak malam itu, Devan tidak bisa mengenyahkan bayangan gadis itu dari kepalanya. Bukan karna Devan tertarik padanya, melainkan hanya rasa penasaran padanya. Dan karna tidak berkonsentrasi Devan tidak melihat ada yang menyebrang jalan dan...

Ckiiittttt ... !!

Dengan segera Devan menginjak rem dan membanting setir berusaha untuk menghindari orang itu. Untung jalanan cukup legang setelah sempat terjadi sedikit kemacetan. Beruntung mobil yang Devan kendarai memiliki manuver hebat sehingga orang yang hampir Ia tabrak bisa selamat.

Devan memarkirkan mobilnya di tepi jalan dan segera menghampiri gadis itu yang masih tampak syock. "Nona, apa kau tidak apa-apa? Apa kau terluka.?" Tanya Devan memastikan.

Kedua tangan gadis itu saling meremas, keringat dingin membasahi kedua tangannya. Nafasnya menderu tak beraturan, hampir saja Ia kehilangan nyawanya jika saja Devan tidak bisa mengendalikan mobilnya sendiri. Dan setelah dirasa cukup tenang, Serra mengarahkan pandangannya pada orang yang berdiri di sampingnya.

"Aku-----?!!" Gadis itu tertegun dan kehilangan kata-katanya setelah melihat wajah orang yang membuatnya hampir kehilangan nyawa.

Hal serupa juga di tunjukkan oleh Devan, ada rasa bersalah menyeruak memenuhi perasaannya saat melihat wajah pucat Serra. Serra menarik sudut bibirnya dan tersenyum ramah. "Maaf, saya harus pergi." Membungkuk singkat dan melenggang pergi sebelum sebuah tangan menghentikan langkahnya.

"Siapa kau sebenarnya?"

Serra mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan aneh Devan, gadis itu membalikkan tubuhnya. Posisinya dan Devan saat ini saling berhadapan.

"Apa maksud Anda, Tuan?" Katanya bingung.

"Kenapa kau begitu penuh dengan misteri? Dan mantra apa yang telah kau terapkan padaku sampai-sampai aku tidak bisa berhenti memikirkanmu setelah pertemuan pertama kita di club malam itu."

Serra tertegun mendengar rentetan kalimat yang keluar dari bibir Devan. Dan detik berikutnya senyum manis tersungging di sudut bibirnya. "Intinya kau merasa penasaran akan diriku-? Apakah aku wanita baik-baik atau justru wanita murahan seperti yang selama ini kau fikirkan?" Tepat sasaran, kata-kata Serra seolah menohok perasaannya.

Devan masih menatap gadis itu dengan tatapan dingin tanpa ekspresi "Aku akan membayarmu sepuluh kali lipat dari bayaran yang kau dapatkan saat kau melayani para tamumu di bar. Bisakah kau memuaskan aku malam ini." Nada dingin dan datar, namun sorot matanya memancarkan ketegasan. Serra menarik sudut bibirnya kemudian mengangguk.

"Baiklah."

.

.

.

BERSAMBUNG.

Terpopuler

Comments

nur laelah

nur laelah

cerita nya keren

2021-08-20

0

Chika

Chika

Busyet itu mau di ajak bobok bareng

2021-08-14

0

Sesilia

Sesilia

Serra ingin jadi dokter ya. Omo jangan bilang kalau mereka

2021-08-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!