"Aiko sensei?" tanya seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang.
Seika mengangguk mengiyakan, debt colector?, tanyanya dalam hati.
Tidak. Ia tidak mempunyai hutang apapun yang membuat seorang debt colector mendatanginya. Aoi melangkah masuk ke ruang konsultasi, menatap khawatir bercampur takut kepada Seika yang dibalas hanya dengan senyuman menenangkan. Seika mengisyaratkan Aoi untuk menyusuh sangat suster untuk keluar dari ruangan, melihat betapa ketakutannya gadis muda itu kepada dua laki-laki berjas hitam.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Seika tersenyum simpul mencoba bersiap tenang walaupun ia juga takut akan dua laki-laki di hadapannya.
"Perkenalkan nama saya Akira Nakama, kami ke sini karena kami membutuhkan anda untuk memeriksa kumicho kami yang sedang sakit" jelas pria berkacamata dengan bahasa sopan.
"Maaf tuan, saya tidak melakukan kunjungan rumah" ujar Seika menolak.
Please, stay away from me, ujar Seika merapalkan kalimat itu seperti mantra.
"Tapi kumicho kami ingin anda yang memeriksa sakitnya" ujar pria berkacamata tetap kekeuh.
"Saya tidak melakukan kunjungan rumah tuan, jika tuan ingin saya memeriksanya, sebaiknya anda bawa dia ke klinik ini" jelas Seika.
Bagaimana menjelaskan kepada pria itu bahwa ia tidak menerima panggilan rumah.
"BERANINYA KAU MENGATAKAN DIA KEPADA KU..." bentakan seorang laki-laki di samping pria berkacamata berhenti ketika melihat atasannya mengangkat tangan.
Seika tersentak akan teriakan sang laki-laki, ia menyembunyikan tangannya yang bergetar di balik meja.
"Kita harus memperlakukan anee-san dengan baik" peringatkan pria berkacamata dengan suara berbisik namun tetap bisa di dengar ditelinga Seika.
Anee-san?
Laki-laki yang membentak Seika berdeham sejenak lalu menundukkan badannya meminta maaf.
"MAAFKAN AKU" ucap sang lelaki dengan suara yang tinggi.
Seika hanya diam membisu, keringat dingin mulai muncul di dahinya.
"Saya harap sensei mau melakukan kunjungan ke rumah kumicho kami" ujar pria berkacamata sembari tersenyum namun aura yang dikeluarkan oleh tubuhnya sangat mengintimidasi.
Kamisama, watashi o tasukete (Tuhan, tolonglah aku), Seika berdoa dalam hati.
...&&&...
Seika keluar dari salah satu mobil mercedes benz berwarna hitam yang membawanya, ia berdiri disebuah pintu pagar yang cukup klasik yang didominasi oleh kayu. Di samping sisi kanan terdapat kayu panjang bertuliskan kelompok Yamuguchi-gumi.
Seika membelalakkan matanya, ia tahu kelompok Yamaguchi-gumi. Organisasi yakuza terbesar di jepang yang berjumlah anggota lebih dari 50.000 yang terdiri dari 850 clan, organisasi Yamaguchi-gumi di pimpin oleh 1 orang Kumicho (Pemimpin), 15 Shatei (Adik) dan 86 Wakachu (Anak), bahkan organisasi itu telah merebak ke negara Eropa dan negara Asia seperti Taiwan, Korea Selatan dan China.
Seika menggigit bibirnya supaya tidak menangia, ia telah masuk ke sarang singa, tangannya mengepal agar tidak terlihat bergetar.
Pintu pagar di buka oleh dua laki-laki yang juga memakai jas hitam yang keluar dari mobil lainnya.
"SELAMAT DATANG, ANIKI" sambut serentak para laki-laki yang telah berbaris menyambut kedatangan senior mereka.
Seika terkejut dan refleks mundur beberapa langkah, matanya melotot dan tangannya yang memegang jantung yang berdebar kencang. Ia mengutuki dirinya sendiri karena menuruti permintaan pria berkacamata.
"Suara kalian terlalu besar, kalian mengejutkan tamu istimewa kita" peringatkan pria berkacamata yang berjalan di paling depan.
"KAMI MENGERTI ANIKI" jawab mereka serentak dan masih dengan suara tidak kalah tinggi.
Seika mencengkeram kuat tas kerjanya, menundukkan kepalanya sembari berjalan mengikuti pria berkacamata.
"SELAMAT DATANG ANEE-SAN" sapa salah seorang laki-laki berkepala plontos yang berbaris dari sisi kiri Seika.
Seika kembali terkejut, tubuhnya bergetar pelan. Ia begitu ketakutan di kelilingi oleh laki-laki berwajah seram tersebut. Seika kembali memaki dirinya sendiri. Seharusnya ia lari saja menjauh dari pria yang mengajaknya ataupun menolak dengan tegas permintaan sang pria.
Anggota lainnya langsung memukul kepala lelaki botak dan mengunci lehernya sembari berbisik sesuatu.
Seika melihat rumah minka dihadapannya - sebutan untuk rumah tradisional jepang - mereka masuk ke dalam ruang genkan, tempat melepas sepatu lalu berjalan melewati lorong koridor yang diapit oleh setiap ruangan di sisi kiri kanannya.
Mereka berhenti di sebuah ruangan, pria berkacamata minus membuka pintu sorong dan membungkuk memberi hormat kepada orang-orang yang berada di dalam ruangan dan mempersilahkan Seika untuk masuk.
Di dalam ruangan terdapat beberapa pria yang duduk bersimpuh berhadapan dengan seorang laki-laki yang duduk diatas futon. Berbeda dengan semua laki-laki yang Seika temui. Sang lelaki tidak memakai setelan jas melainkan memakai yukata berwarna hitam. Ia memiliki tubuh yang atletis dipadu dengan wajahnya yang tampan khas Asia membuatnya terlihat sempurna. Ia tersenyum lembut kepada Seika
"Senang kamu memenuhi panggilanku, Aiko sensei" ujar laki-laki berambut ikal tanpa menggunakan bahasa formal yang biasa digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang tidak ia kenal.
Dia Kenichi Shinoda, pemimpin Yamaguchi-gumi, tebak Seika dalam hati.
Seika menundukkan badannya memberi hormat tanpa membalas perkataan Kenichi.
Para laki-laki yang duduk diatas tatami berdiri dan membungkukkan badan mereka ke arah Seika. Gadis itu juga melakukan hal yang sama. Para lelaki yang rata-rata berumur 40-an itu pamit kepada Kenichi dan keluar ruangan.
"Kau tetap disini Akira" perintah Kenichi.
"Baik Kumicho" jawab Akira sembari menundukkan badannya dan duduk bersimpuh tidak jauh dari Kenichi.
"Senang bertemu denganmu, namaku Kenichi Shinoda" ujar Kenichi sembari mengulurkan tangannya kepada Seika.
Aku sudah tau, jawab Seika dalam hati
"Seika Aiko" ujar Seika sambil menjabat tangan Kenichi.
"Bisakah anda jelaskan sakit yang anda alami" ujar Seika to the point, ia tidak ingin berlama-lama di rumah yang penuh dengan laki-laki yang mengerikan.
"Ah, aku sampai lupa dengan penyakitku ketika melihat senyum manismu" Kenichi merayu Seika tanpa malu-malu.
Aku tidak tersenyum sedikitpun dasar gila, bagaimana aku bisa tersenyum kalau auramu begitu menakutkan, teriak Seika dalam hati.
"Jadi anda mengalami sakit di daerah mana?" tanya Seika yang tidak meladeni rayuan Kenichi.
"Aku sakit disini" ucap Kenichi sambil memegang dadanya.
Seika mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya untuk memeriksa sakit apa yang di derita oleh Kenichi.
"Jantungku bermasalah ketika setiap kali mengingat kamu Seika" penuturan Kenichi membuat aktivitas Seika terhenti, giginya gemeretak menahan kesal, ia sekarang mengerti. Laki-laki ini hanya ingin mempermainkannya.
"Bisakah anda tidak bercanda? Saya ingin langsung memeriksa kondisi anda karena masih banyak pasien yang menunggu saya di klinik" jelas Seika dengan nada sedikit tidak sabar.
"Aku tidak bercanda, Seika. Jantungku berdebar kuat setiap mengingatmu" jelas Kenichi meyakinkan gadis di depannya.
"Akan sangat nyaman jika anda memanggil saya dengan nama keluarga saya, bukan nama depan saya" ujar Seika sembari mengepalkan tangannya. Sikap profesional yang ia perlihatkan perlahan mulai retak.
Kenichi memegang dagunya, tampak berpikir sesaat lalu menggelengkan kepalanya.
"Memanggilmu Aiko membuat hubungan kita seperti menjauh" ujar Kenichi.
Sejak kapan kita pernah dekat?. Gerutu Seika dalam hati.
"Karena anda tidak mengalami SAKIT apapun, kalau begitu saya permisi" ujar Seika berdiri dan membungkukkan badannya dengan cepat kepada Kenichi lalu berbalik badan melangkah keluar. Namun Akira menahannya di ambang pintu.
"Atas izin siapa kau boleh keluar dari ruangan ini?" tanya Kenichi terkekeh pelan.
Tubuh Seika bergetar kalimat Kenichi yang tampak bercanda namun insting Seika mengatakan bahwa Kenichi serius.
Seika benar-benar ketakutan, apakah ia dijadikan Geisha ataupun Enjo Kosai ?. Tidak, ia tidak mau mengalami hal itu.
Bermodalkan nekad, Seika melempar tas kerjanya ke arah Akira lalu memegang tangan laki-laki itu ingin menguncinya ke belakang namun gerakan Seika tidak lebih cepat dari Akira, dengan mudah laki-laki berkacamata tersebut mengunci Seika yang membuatnya merintih kesakitan.
Kenichi tertawa terkekeh.
"Aikidomu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beladiri yang Akira miliki, Seika" ujar Kenichi memegang perutnya yang kram karena menahan tertawa.
Kenichi berdiri dan menghampiri Seika, memegang dagu gadis dihadapannya dengan lembut namun Seika menepis kasar membuat Kenichi tersenyum geli dan kembali memegang dagu Seika dengan sedikit menambahkan kekuatan pada cengkeramannya membuat dahi Seika mengerut karena menahan sakit.
"Tatap mataku, Seika" suara bass Kenichi seperti dapat menghipnotis lawannya membuat pipi Seika memerah karena ia tidak pernah sedekat itu dengan seorang laki-laki. Namun ia bersikeras tidak menatap mata Kenichi.
"Gadis kecilku, akhirnya aku mendapatkanmu" ujar Kenichi sambil membelai pipi Seika.
Pipi Seika yang memerah seketika seperti kehilangan darah, menjadi pucat pasi ketika mendengar perkataan Kenichi. Ia yakin bahwa Kenichi telah mengincarnya sejak lama. Kunjungan rumah hanya perangkap untuknya.
"Bawa dia ke kamarnya" perintah Kenichi.
"Baik, kumicho" jawab Akira
"Lepaskan aku" teriak Seika sambil memberontak dari tangan Akira. Namun usahanya tidak membuahkan hasil. Akira tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi pemberontakan Seika.
Akira menyeret Seika ke sebuah ruangan dan melepaskan cengkeramannya. Didalam ruangan tersebut hanya terdapat futon, lemari dan meja kecil.
"Mulai hari ini, anda akan tinggal disini anee-san, jika anda membutuhkan sesuatu panggil saja penjaga yang berada di luar, saya permisi" ujar Akira lalu membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan.
Seika langsung jatuh terduduk diatas tatami, merapat kakinya lalu menenggelamkan wajah di lututnya, isak tangis terdengar memenuhi ruangan yang tidak begitu besar.
Hancur sudah hidupnya, rintih Seika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments