Orang-orang memandang aneh ke arah seorang gadis yang sedang berjalan melewati mereka. Bagaimana tidak? Gadis itu memakai sarung tangan bergambar hello kitty dengan perpaduan warna putih merah walaupun sedang musim panas. Tidak hanya itu, sang gadis juga memakai baju kemeja putih yang berlengan tanggung dipadu dengan celana jeans hitam, apalagi rambut panjangnya yang tergerai membuatnya seperti sosok Sadako, hantu perempuan yang terkenal di Jepang dikarenakan ia menundukkan kepalanya atau menatap ke samping kiri-kanan ketika berjalan lurus ke depan, seperti menghindari tatapan mata langsung dengan orang-orang yang melewatinya. Benar-benar aneh bukan?
Sang gadis hanya menghela napas panjang ketika menyadari tatapan aneh yang melayang kepadanya. Ia berjalan masuk ke stasiun kereta api seraya menjinjing tas kerjanya, meletakkan kartu member kereta di mesin pemeriksa tiket lalu berjalan menuruni tangga menuju peron tujuannya.
Ketika ia sedang menunggu kereta api, lagi-lagi beberapa remaja yang berpakaian seragam sekolah menatap aneh kepadanya, sesekali berbisik-bisik sambil menatapnya dengan tatapan penasaran.
Biarkan saja Seika, biarkan saja. Itu lebih baik dari pada kau harus memuntahkan isi perutmu karena kejadian mengerikan yang masuk ke dalam pikiranmu, sugesti gadis yang bernama Seika dalam hati.
Ya, ini memang lebih baik dari pada beberapa kejadian yang menimpanya karena kecerobohannya sendiri yang tidak memakai sarung tangan atau tidak berhati-hati sampai ia melihat tepat ke mata orang lain.
Sewaktu Seika masih sekolah menengah pertama, ia pernah bersentuhan tangan langsung dengan seorang mantan pembunuh, memori bagaimana pria itu membunuh korbannya langsung masuk ke dalam pikirannya, membuat Seika menjerit ketakutan hingga memuntah isi perutnya dan setelah itu Seika membolos sekolah selama seminggu karena ketakutan pada peristiwa yang bahkan tidak pernah menimpa dirinya.
Kejadian mengerikan lainnya juga terjadi ketika ia masuk sekolah menengah atas. Seika yang baru pulang dari festival sekolah tidak sengaja bertatapan dengan seorang gadis malam yang melewatinya.
Seika langsung terduduk di jalan sambil menutup mulutnya menahan mual, sebuah kejadian menjijikkan masuk ke dalam pikirannya tanpa bisa ia cegah. Di dalam pikirannya langsung terpampang dengan jelas sebuah adegan *** yang seperti pemerkosaan namun wanita itu justru menikmatiny. Setelah ia mencari informasi di dunia maya, Seika baru mengetahui bahwa itu adalah *** BDSM yang biasa disebut 'play kinky'. Semenjak itu Seika sedikit takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki.
Setiap hari Seika selalu berdoa agar harinya berjalan lancar tanpa bertemu dengan seorang psikopat ataupun yakuza dalam hidupnya.
Ketika Kereta api berhenti, Seika langsung masuk ke dalam gerbong yang diikuti oleh remaja sekolah atau orang-orang yang memakai baju kerja. Suasana pagi yang penuh sesak menerjang Seika , mau tidak mau ia harus berdiri sambil berpegangan pada gantungan besi bulat pada langit-langit kereta.
Kereta api pun berangkat menuju ke statiun berikutnya, tidak beberapa lama Seika berdiri, sebuah tangan meraba raba pinggulnya tanpa tau berasal dari siapa.
Again?
Seika mendengus kesal dan langsung mencengkeram tangan yang berada di pinggulnya, seorang pria berumur tiga puluhan terkejut melihat reaksi gadis yang ia lecehkan, penampilan pria itu seperti seorang otaku karena pakaian yang ia pakai terdapat gambar gadis 2D, karakter perempuan yang terdapat pada anime atau manga.
"Hey, apa yang lakukan?" bentak pria itu menutupi kegugupan nya.
"Chikusho ossan(Paman sialan), kau salah sasaran pagi ini" ujar Seika dengan nada mendesis. Ia menatap ke arah hidung pria di depannya karena tidak ingin memori menjijikkan milik sang pria masuk ke dalam pikirannya, mengingat apa yang baru saja lelaki di hadapannya perbuat. Tangannya memegang pergelangan lelaki itu dengan kuat.
Pria yang memakai kacamata tersebut menelan ludahnya. Ia tidak berani berkata apapun lagi, apalagi ketika orang-orang di dalam kereta menatapnya dengan tatapan marah.
Seika memelintir tangan lelaki itu ke belakang lalu mendorongnya ke pintu kereta sampai kereta berhenti di statiun selanjutnya dan Seika langsung menyerahkan sang laki-laki kepada petugas kereta api.
Seika sudah sering mengalami pelecehan seksual karena penampilannya yang aneh ditambah kebiasaannya yang selalu menundukkan kepala ketika berjalan, membuatnya tampak seperti gadis lemah dan tentu saja itu tidak akan di lewatkan oleh para pria mesum yang berada di kereta api.
Jangankan pelecehan seksual, pembullyan juga kerap menimpanya dari kecil, sikapnya seperti seorang pecundang tidak akan dilewati begitu saja oleh para yankee yang berada di sekolahnya, bahkan ia hampir menyerah dan mencoba bunuh diri karena pembullyan yang semakin parah di tambah kakeknya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Namun seorang guru berhasil membujuknya dan mengatakan bahwa ia harus belajar seni beladiri untuk menghadapi masalah pembullyan karena tidak ada yang bisa benar-benar menolongnya kecuali dirinya sendiri.
Butuh waktu yang lama untuk Seika bangkit kembali dari keterpurukannya, bahkan ia sampai tinggal kelas satu tahun karena tidak masuk sekolah untuk waktu yang cukup lama, perlahan tapi pasti Seika pun bisa menguasai seni beladiri Aikido, seni beladiri yang lebih menekankan pada pertahanan dibandingkan dengan penyerangan, beladiri yang sangat cocok untuk gadis sepertinya. Dan semenjak ia menguasai ilmu beladiri, pembullyan pun berhenti dan pada umurnya yang ke dua puluh empat tahun, ia sudah berhasil menjadi dokter umum dan bekerja di sebuah klinik di daerah Kobe.
Seika berjalan santai di jalan setapak menuju tempat kerjanya. Pintu klinik di buka dan ia langsung berhadapan dengan Aoi Nagasawa, seorang suster yang biasa membantunya dan juga beberapa pasien yang sudah menunggunya.
"Selamat pagi, sensei (dokter) " sapa Aoi sambil membungkuk badannya.
"Selamat pagi" jawab Seika sambil tersenyum.
Seika masuk ke ruangan, memakai jas putih panjang lalu duduk di kursi kerja. Seorang pasien laki-laki masuk ke dalam ruangan dan duduk dihadapan Seika, kemudian mulai mengeluhkan tentang sakit yang di deritanya. Setelah mengerti tentang penyakit sang pasien, Seika pun menulis resep yang akan di tebus nantinya. Sang pasien membungkukkan badannya berkali kali sambil mengucapkan terima kasih kepada Seika yang dibalaa dengan tersenyum lembut.
Pasien kedua juga mengeluh tentang sakit yang ia derita namun, membuat Seika menelan ludah ketika ia sudah mengerti tentang penyakit sang pasien yang juga berkelamin laki-laki.
Ia harus memeriksa denyut nadi sang pasien dengan tangannya tanpa ada halangan apapun. Karena jika memeriksa denyut nadi menggunakan sarung tangan tidak akan menghasilkan diagnosa yang tepat dan sialnya ia harus melakukannya untuk waktu yang cukup lama, tidak hanya beberapa detik.
Perlahan-lahan Seika melepaskan sarung tangan sambil menatap tangannya sendiri, ia menghela napas dan berdoa dalam hati semoga tidak ada kejadian mengerikan yang masuk ke dalam pikirannya.
Seika mulai menekan urat nadi di pergelangan tangan lelaki itu, beberapa memori ingatan tentang laki-laku itu yang suka berjudi dan mabuk-mabukkan dan juga memori ingatan lelaki itu ketika memukul istrinya yang menunggunya rumah masuk ke dalam pikiran Seika. Kejadian tersebut terulang beberapa kali di kepalanya, membuat Seika menggemeretakkan giginya menahan kesal.
Beberapa saat kemudian, Seika selesai memeriksa nadi sang pasien dan menatap dengan tatapan, lalu menyentuh perut sang pasien dengan kasar, membuat sang lelaki menjerit kesakitan. Seika hanya mendegus kesal.
"Anda sepertinya mengalami kerusakan organ tubuh lapisan dalam pada saluran gastro, biasanya karena terlalu banyak asupan alkohol ke dalam lambung" jelas Seika dengan nada datar, sekesal apapun ia, pria di hadapannya tetap pasien yang harus ia hargai.
"Apa bisa di sembuhkan sensei?" tanya pria itu.
"Tentu saja bisa, saya akan memberikan anda resep obatnya dan saya sarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol untuk beberapa waktu ke depan" ujar Seika sembari menulis resep dikertas kecil lalu memberikan kepada sang pasien.
"Terima kasih sensei" ujar sang pasien sambil membungkukkan badannya.
"Satu lagi" ucapan Seika membuat pria itu kembali menoleh ke arahnya.
"Berhentilah memukul istrimu, kau seorang suami terburuk yang pernah aku temui" ujar Seika dengan nada kesal, ia tidak bisa menahan lagi emosinya.
Pria itu terkejut akan ucapan sangat dokter di hadapannya yang sangat tepat sasaran lalu menelan ludah dengan gelisah, pertanyaan bagaimana dokter itu tau ia pernah memukul istrinya pun terlintas ke dalam pikirannya, Namun tatapan tajam sang dokter membuatnya melangkah cepat keluar dari ruang konsultasi.
Seika menghela napas panjang mencoba mengusir memori milik sang pasien yang baru keluar klinik dari pikirannya. Beberapa detik kemudian ia tersenyum, berusaha menenangkan dirinya lalu kembali memakai sarung tangan dan berteriak 'selanjutnya' kepada Aoi yang duduk di luar ruangan, mengisyaratkan gadis itu supaya kembali memanggil pasien yang akan diperiksanya.
Seika duduk beristirahat sambil menggerakkan tubuhnya untuk melemaskan otot-ototnya ketika jam makan siang Ia mengambil sebuah MP3 player dan memakai earphones di telinganya , kata-kata 'amitaba' yang biasa ia dengar ketika ia bermeditasi terdengar di telinganya. Seika merebahkan badannya ke sandaran kursi dengan kepala menghadap langit-langit ruangan, memejamkan matanya dan mulai melakukan meditasi sederhana untuk mengenyahkan memori masa lalu yang bukan miliknya.
...&&&...
Tiga puluh menit kemudian Seika kembali melayani pasien yang ingin berkonsultasi kesehatan kepadanya. Dikarenakan musim panas yang sedang berada pada puncaknya membuat para pasien yang Seika layani rata-rata mengeluh tentang penyakit biang keringat dengan gejala kulit memerah atau tumbuh bintik-bintik merah di belakang tubuh mereka, ataupun demam musim panas.
"Terima kasih sensei" ujar seorang pria paruh baya sambil membungkukkan badannya ke arah Seika, gadis itu juga melakukan hal yang sama.
"Sama sama ojii-chan, semoga lekas sembuh" ujar Seika sambil tersenyum lebar.
Sang kakek berjalan dengan pelan keluar ruangan namun di ambang pintu, pria itu kembali berbalik badan menghadap Seika.
"Aiko sensei, boleh saya bertanya sesuatu?" tanya kakek itu.
Seika mengangguk kepalanya.
"Silahkan".
"Mengapa sensei selalu menggunakan sarung tangan?, saya lihat sensei juga memakainya ketika tidak bekerja" tanya kakek itu dengan wajah penasaran.
Seika tersenyum sejenak, lagi-lagi pertanyaan yang sama.
"Saya mempunyai penyakit Obsessive Compulsive Disorder, semacam penggila kebersihan, jadi saya tidak nyaman bersentuhan dengan orang lain tanpa suatu penghalang" jelas Seika dengan sabar.
Sang kakek mengangguk-angguk tanda mengerti lalu tersenyum dan perpamitan kepada Seika.
Seika sengaja mengatakan bahwa ia mempunyai penyakit OCD karena tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia bisa melihat masa lalu orang lain ketika bersentuhan dengan tangannya.
Beberapa saat kemudian pintu kembali terbuka dari luar.
"Selamat datang, ada yang bisa saya ban..." ucapan Seika terputus ketika melihat dua orang laki-laki berbadan tegap memakai setelan jas hitam dan salah satunya bahkan memakai kacamata hitam walaupun mereka sedang berada di dalam ruangan.
"Aiko sensei?" tanya seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
july didi
baru baca, sepertinya seru
2021-08-16
0