Lima tahun sudah Laila menjalani hidupnya di ibu kota, Adam kini sudah duduk di bangku kelas satu SD. Anak itu begitu genius, Adam mampu mengerjakan semua tugasnya dengan sangat baik.
Bahkan Adam sudah mampu membaca dan menulis dengan benar di usianya yang baru menginjak dua tahun, yang lebih mengagumkan lagi Adam sudah menguasai banyak bahasa dari berbagai belahan dunia.
Wali kelasnya pun terkadang merasa minder karenanya, anak itu memiliki kelebihan yang luar biasa mengagumkan.
Bahkan hal yang mengagumkan dari Adam bukan hanya itu, anak kecil itu ketika pulang sekolah akan mengumpulkan botol plastik bekas dari semenjak TK.
Bahkan jika ada potongan kayu bekas dan bambu bekas yang terlihat masih bagus pun akan dia bawa ke rumahnya, awalnya Laila merasa sangat heran dengan kelakuan anak itu.
Akan tetapi, lama kelamaan Laila pun jadi tahu jika anaknya sangatlah berbakat. Adam mulai memotong botol bekas yang dia kumpulkan, setelah itu dia memotong kecil kecil botol bagian atasnya dan dibentuk menyerupai kelopak bunga.
Lalu dia bakar ujungnya sehingga terlihat seperti kelopak bunga sungguhan. Tidak lama kemudian, Adam pun merangkainya hingga menyerupai bunga bening yang begitu cantik.
Sebagai tangkainya dia menggunakan bambu yang sudah dia rapikan menyerupai batang bunga dan membungkusnya dengan kertas berwarna hijau, sedangkan untuk putiknya dia lilitkan kertas dengan warna pink.
Untuk hasilnya terciptalah sebuah bunga yang terlihat sangat cantik, untuk potongan botol bawahnya dia gunakan untuk pot bunga tersebut.
Botol plastik itu dia tutup dengan stik mainan hingga tertutup sempurna, lalu Adam menggambar di atas stik tersebut dan mewarnainya hingga terlihat begitu cantik.
"Cantik dan sempurna!" kata itulah yang selalu keluar dari bibir Adam setelah apa yang dia buat selesai sesuai dengan pemikirannya.
Bukan hanya itu saja, Adam membuat banyak benda dari sampah botol plastik, kayu dan bambu yang dia bawa dan dia kumpulkan. Dari mulai pot, bunga, miniatur taman, hingga miniatur rumah dan miniatur gedung.
Bahkan, kini Adam bisa sekolah di tempat yang elite dari hasil penjualan maha karyanya. Tidak sedikit orang tua dari temannya yang notabene pengusaha memesan miniatur gedung atau miniatur rumah.
Bahkan, ada juga dari mereka yang memesan miniatur perabotan rumah tangga. Laila pun terkadang merasa bingung. Apakah ini sebuah keajaiban? Ataukah Adam pernah tersambar petir sehingga otaknya begitu jenius?
Laila tidak pernah menemukan jawabannya, semakin berpikir kepala Laila semakin terasa sakit. Dia begitu sering bertanya tanya dia dalam hatinya, menuruni siapakah kejeniusan otak Adam.
Setahunya, ayahnya Adam memang pintar. Akan tetapi tidak sepintar Adam. Apa lagi dirinya, Laila bahkan bisa lulus kuliah karena dia begitu rajin dalam belajar, bahkan waktunya dia habiskan hanya untuk belajar agar bisa lulus kuliah.
Akan tetapi, Adam berbeda. Adam terlihat santai tapi otaknya sangat luar biasa genius. Kadang Laila bertanya, mungkinkah karena makanan yang Adam makan, pikirnya.
Akan tetapi, dia pun memakan makanan yang sama seperti putranya. Hanya saja otaknya tidak sepintar Adam. Sekarang hari hari Laila, hanya menjual barang barang yang sudah di buat oleh Adam.
Dia sudah tidak berjualan nasi bungkus lagi seperti dulu, bahkan Laila pun kini menawarkan barang barang yang dibuat oleh Adam lewat internet.
Dengan hasil putranya yang sangat memuaskan, kini rekening Laila sudah terisi banyak uang yang di hasilkan dari penjualan barang barang buatan Adam.
Ternyata dari barang bekas tak berguna dan bahkan di sebut sampah bisa menghasilkan pundi pundi rupiah yang banyak, Laila baru menyadari akan hal itu.
"Mungkin ini adalah jalan dari Tuhan, agar aku bisa hidup dengan layak bersama dengan putraku. Aku tidak menyangka jika Tuhan akan memberikan kesempatan yang luar biasa kepadaku dan putraku," ucap Laila ketika melihat angka yang berderet pada kartu tabungannya.
*
Sore ini Laila sedang melihat Adam yang tengah serius dengan pekerjaannya, Laila yang penasaran pun langsung bertanya pada putranya itu.
"Boy, benda apa yang sedang kamu buat?"
Adam pun mendongakkan kepalanya, dia menatap wajah ibunya dengan senyum merekah di bibirnya.
"Aku sedang membuat miniatur meja makan, Bu." Anak itu terlihat bekerja dengan keras, bahkan ada buliran keringat di dahinya yang langsung dia lap dengan punggung tangan kecilnya.
Laila tersenyum karena putranya sangatlah kreatif, tetapi terkadang dia merasa bersalah karena putranya harus bekerja dengan begitu keras.
"Apa ada yang memesannya? "
"Yes, Bu. Daddy dari temen sekolahku yang memesannya. Dia bilang akan membayar mahal untuk karya yang sudah aku buat, tentu saja jika hasilnya bagus dan memuaskan. Aku juga sudah membeli pernis dan beberapa cat kayu agar hasilnya lebih hidup, Bu."
Jika mendengarkan ucapan dari Adam, rasanya orang-orang tidak akan percaya jika kata itu keluar dari mulut anak berusia lima tahun.
Di saat anak-anak yang lain seusianya sedang sibuk untuk bermain, Adam malah sibuk menjalani harinya untuk bekerja Laila langsung mengacak rambut putranya dengan gemas bercampur rasa haru.
"Anak Ibu sangat pandai, Ibu bangga sama Adam."
Bangga?
Tentu saja Laila sangat bangga terhadap kepintaran dari putranya, tetapi terkadang rasa bersalah juga muncul di dalam hatinya karena dia seakan menjadi orang tua yang begitu egois.
Dia terkesan mempekerjakan anaknya yang masih dibawah umur, tetapi justru putranya itu tidak keberatan untuk melakukannya.
Bagi Adam, itu sudah menjadi sebuah kesenangan yang luar biasa. Dia mengerjakan hal itu seakan sedang bermain dengan hobinya, bukan sedang bekerja keras untuk menghasilkan rupiah.
Adam tersenyum ke arah sang ibu, dia selalu senang diperlakukan seperti itu oleh ibunya. Dia selalu merasa disayangi dan dikasihi.
"Adam juga bangga sama ibu, Adam akan berusaha mencari uang yang banyak agar ibu bisa bahagia dan tidak perlu cape lagi."
Laila sangat terharu, dia memeluk putranya dengan penuh kasih sayang. Lalu Laila mengecup kening Adam dan berkata.
"Terima kasih atas perhatian kamu, Sayang. Ibu sayang Adam."
"Adam juga sayang ibu, oiya, Bu. Kata ibu, ayah sudah meninggal. Apa makamnya begitu jauh Bu?"
Laila mengernyitkan dahinya, dia merasa heran karena tiba-tiba saja Adam menanyakan hal itu kepada dirinya.
"Memangnya kenapa Adam?"
Adam mengurai pelukannya dengan sang ibu, lalu dia menatap wajah Laila dan bertanya.
"Karena Ibu tidak pernah mengajak Adam untuk pergi ke makam ayah, apa uang yang sudah aku hasilkan tidak cukup untuk ongkos ke makam ayah?"
Laila tersentak dengan ucapan putranya, bagaimana bisa dia mengajak Adam untuk pergi ke makam ayahnya Adam, pikirnya. Sedangkan Laila saja saat ini tidak tahu bagaimana keadaan dari kekasihnya yang telah ia tinggalkan itu.
Lelaki yang dia tinggalkan bukan karena dia tidak cinta, tetapi dia meninggalkan pria itu demi rasa cintanya terhadap pria itu dan juga terhadap Adam.
'Ya Allah, aku harus menjawab pertanyaan putraku seperti apa? Anakku sudah semakin besar, dia juga sangat pandai. Adam begitu sering bertanya tentang Ayahnya, lalu aku harus menjawab apa sekarang?' ucap Laila dalam hati.
Melihat ibunya yang hanya diam saja, Adam menepuk-nepuk lengan Ibunya dan kembali bertanya. Anak itu benar-benar membutuhkan jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan.
"Bu, aku cuma pengen lihat makam ayah. Apa tidak boleh?"
Laila tersenyum mendengar pertanyaan dari putranya, dia usap puncak kepalanya dengan penuh kasih. Lalu dia pun menjawab pertanyaan dari Adam.
"Bukan tidak boleh, Sayang. Ibu janji kalau sudah waktunya nanti, Ibu akan mengajak kamu untuk bertemu dengan ayah kamu, Sayang."
"Baiklah, aku percaya sama Ibu. Aku mau meneruskan pekerjaanku dulu, Ibu tolong buatin aku susu dan kentang goreng ya?"
"Siap, Adam Putra Pratama!" jawab Laila.
Adam langsung terkekeh mendengar jawaban ibunya, sedangkan Laila langsung ke dapur untuk membuatkan pesanan anaknya tersebut.
Sambil membuatkan pesanan Adam, Laila terus saja berpikir. Apa dia harus berkata jujur atau meneruskan kebohongannya terhadap Adam.
Jika dia berkata dengan jujur, Laila takut jika Adam akan marah dan membenci dirinya. Tidak mungkin bukan, jika Laila harus mengatakan bahwa Adam adalah anak yang terlahir dari hubungan haram yang sudah dilakukan oleh ke dua orang tuanya.
"Hah! Aku harus bagaimana ya, Allah?" tanya Laila lirih.
Laila terus saja merenung saat menggoreng kentang pesanan Adam, rasanya dia ingin menjerit dikala Adam setiap kali bertanya tentang ayahnya.
Lima belas menit telah berlalu, kentang goreng dan segelas susu sudah siap. Laila segera keluar dari dapur dan memberikannya pada Adam, Adam tersenyum senang.
"Terima kasih, Bu." Adam berkata dengan riang.
"Sama-sama Sayang-nya Ibu," jawab Laila.
"Bu, boleh aku bertanya lagi?"
"Boleh Adam, Sayang. Tanyakanlah apa pun yang ingin kamu tanyakan, jika bisa ibu akan menjawab apa pun pertanyaannya. "
"Bu, Apakah uang tabungan aku sudah cukup untuk membeli rumah?" tanya Adam dengan penuh kehati hatian, Adam sungguh takut jika Ibunya akan tersinggung.
Akan tetapi ternyata dugaan Adam salah, Laila malah tersenyum dan mengelus puncak kepala putranya dengan penuh kasih.
"Uang kamu sudah sangat banyak, Sayang. Selama satu tahun lebih kamu menjual karyamu. Uang di dalam rekening ibu sudah satu milyar lebih, memangnya kenapa?"
"Apa ibu tidak mau pindah ke rumah yang lebih besar, Bu?"
"Kalau adam mau menempati rumah yang lebih besar, ibu akan mencarikan rumahnya buat Adam."
"Adam beneran boleh beli rumah yang besar, Bu?" tanya Adam dengan sorot mata penuh harap, Laila pun menganggukkan kepalanya. Memang Adam adalah anak yang genius, tapi walau bagaimana pun juga Adam tetaplah anak kecil.
"Boleh, Sayang."
"Nanti kalau ibu sudah membeli rumahnya, jangan lupa siapkan satu ruangan yang cukup luas untuk tempat aku bekerja ya, Bu." Adam berucap penuh harap, Laila pun mengangguk setuju.
Padahal, Laila tidak pernah berpikir untuk membeli rumah pada saat ini. Menurutnya rumah yang ia tempati saat ini saja sudah sangat nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 248 Episodes
Comments
Nunik Wahyuni
Alhamdulillah pasti Adam pinter genius gen dr ayahnya yg entah ada dimana 😅😅😅
2024-04-01
0
Mujarwah
ceritanya bagus tp cm dlm noovel aja ada ank usia 5th jenius bngt
2024-01-16
0
Widi Widurai
meninggal tenggelam. ga ditemuin jasadnya. dah case close
2023-06-08
0