Setelah kemarin menghabiskan waktu untuk merapikan rumah, kini Laila bisa lebih santai dan menghabiskan waktunya untuk tiduran bersama dengan putra tercintanya.
Seharian kemarin Laila malah tidak bisa istirahat sama sekali, karena dia harus ke pasar untuk membeli keperluan rumah. Bahkan, dia sampai meminta bantuan tetangganya karna memang Laila belum hapal sama sekali seluk beluk daerah sana.
Laila membeli perlengkapan dapur, dia juga membeli kasur lantai untuk dia tidur bersama dengan putranya. Tidak apa menurutnya hanya bisa membeli barang yang benar benar dia perlukan terlebih dahulu, sisanya nanti bisa menyusul setelah dia punya pekerjaan.
Sambil menyusui putranya, Laila memikirkan pekerjaan apa yang akan dia lakukan agar bisa menghasilkan uang untuk membiayai kehidupan mereka berdua.
"Apa yang harus aku lakukan saat ini Tuhan? Kalau untuk bekerja aku tidak mungkin meninggalkan bayiku? Untuk menitipkan Adam kepada orang lain pun harus memakai biaya," ucap Laila lirih.
Baru sehari tinggal di Ibu kota, tetapi uang Laila tinggal sepuluh juta saja. Dia pun sangat pusing dengan apa yang harus dia lakukan, andai saja dia tidak mempunyai bayi pasti dia bisa dengan bebas melamar pekerjaan.
Akan tetapi, karena adanya Adam, dia harus memikirkan tentang pekerjaan yang bisa dia lakukan sambil mengasuh putranya.
"Apa aku harus dagang saja? Tapi, dagang apa?" tanya Laila kebingungan.
Laila pun berpikir, bagaimana jika dia berjualan nasi bungkus saja untuk orang sarapan. Karena saat pagi hari dia perhatikan banyak orang yang malas memasak dan malah mencari sarapan untuk mengganjal perut mereka di saat pagi hari.
Laila pun akhirnya memutuskan untuk berjalan nasi uduk, tetapi tidak sekarang. Setidaknya dia harus menunggu Adam sampai berusia empat puluh hari dulu, kasihan sekali menurut Laila. Masa Adam harus ditinggalkan, bahkan pusarnya saja belum puput.
"Ya, sepertinya jualan adalah ide yang paling bagus. Selain bisa mendapatkan uang, aku juga bisa tetap mengurusi Adam." Laila tersenyum penuh harap setelah mengatakan hal itu.
*
Seminggu kemudian.
Pak RT datang menemui Laila, dia menyerahkan surat kepemilikan atas rumah yang Laila tinggali. Laila tersenyum senang, karena akhirnya rumah yang kini dia tempati ada suratnya.
"Terima kasih, Pak. Anda sangat membantu," ujar Laila.
"Sama-sama, tetapi kalau boleh saya sarankan, karena anda sudah berpindah tempat tinggal, sebaiknya Alanda mengganti kk dan juga KTP. Kalau perlu, anda juga harus membuat akte kelahiran untuk Putri anda dengan secepatnya. Karena semuanya bisa dilakukan dengan mudah jika mempunyai surat-surat yang saya sebutkan."
Untuk sesaat Laila terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh pak RT, dia merasa bingung. Tidak mungkin bukan jika dia mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki suami.
Tidak mungkin dia berkata jika putra yang dia, lahir tanpa ayah. Rasanya, itu akan menambah masalah baru. Akan tetapi, dengan cepat Laila pun beralasan.
"Maaf, Pak. Tapi saya hanya menikah siri saja, saya tidak punya surat nikah," ucap Laila beralasan.
Pak RT terlihat begitu kecewa dengan apa yang Laila katakan, karena ternyata masih banyak perempuan yang mau dinikahi secara siri. Padahal, pernikahan siri sangat merugikan bagi kaum perempuan.
"Lalu di mana sekarang suami siri ibu? Apakah ada bukti berupa foto atau video pernikahan kalian?" tanya Pak Rt.
Laila menunduk takut mendengar pertanyaan dari pak RT, kembali dia memutar otaknya. Dia berusaha untuk mencari alasan yang tepat, tentu saja hal itu dia lakukan agar pak RT tidak curiga dengan jawaban yang terlontar dari bibirnya.
"Maaf, Pak. Tapi suami saya sudah meninggal, makanya saya pergi merantau ke sini. Saya tidak membawa foto pernikahan kami, saya takut sedih Pak."
Laila berharap jika pak RT akan percaya dengan apa yang dia katakan, karena pada kenyataannya dia memang belum menikah dengan ayah dari putranya.
"Baiklah! Kalau begitu akan tetap saya buatkan, tapi untuk Akte kelahiran putra kamu anda, dia hanya akan menjadi anak ibu. Hanya ada nama ibu yang tertera dalam akta kelahiran anak anda, karna pernikahan siri tak tercatat di negara," ucap Pak Rt.
Laila benar-benar bisa bernapas dengan lega setelah mendengar apa yang dikatakan oleh pak RT, padahal awalnya dia sudah sangat takut jika pria itu tidak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Tidak apa apa, Pak. Bisa mempunyai identitas saja saya sudah sangat berterimakasih sekali sama Bapak," ucap Laila.
Pak RT pun meminta uang kembali kepada Laila, pak RT berkata jika untuk membuat ktp, KK dan akta kelahiran membutuhkan biaya yang lumayan banyak. Karena surat keterangan yang Laila miliki tidak lengkap, butuh selokan agar semuanya cepat jadi.
Laila pun setuju, yang penting untuknya dia dan putranya mempunyai identitas lengkap. Dengan tersenyum puas pak RT pun meminta kembali uang senilai satu juta, Laila pun setuju.
Mungkin inilah yang di sebut ibu kota lebih kejam dari pada ibu tiri, karena apa apa diuangkan. Akan tetapi, untuk Laila itu tidak masalah, yang penting di sini dia bisa memulai kehidupan barunya.
"Terima kasih, ya. Semoga surat-suratnya bisa cepat jadi," bocah Pak RT sebelum pergi dari kediaman Laila.
Seminggu kemudian, semua surat menyurat pun sudah jadi, Laila sangat senang. Tidak percuma pikirnya mengeluarkan uang, karena semua bisa dia dapatkan dengan mudah.
Hanya saja, Laila suka merasa risih dengan tatapan para tetangganya. Mereka seakan memandang remeh padanya, terkadang tatapan mereka seperti tatapan jijik. Mungkin karena dia hanya hidup bersama putranya saja, bahkan dia pernah mendengar saat tetangga nya sedang menggosipkan dirinya.
"Buibu, katanya si Laila itu cuma tinggal berdua ya, sama bayinya? Jangan jangan dia cuma selingkuhan om om lagi, jadi pas udah bosen langsung ditinggalkan. "
"Tapi sepertinya dia hamil di luar nikah deh, terus pacarnya ngga mau bertanggung jawab. Makanya pas habis melahirkan dia langsung mencari tempat persembunyian."
"Bisa saja semua yang di katakan pak Rt benar Bu, dia ditinggal suaminya. Takut sedih, jadi dia nyari tempat lain untuk memulai kehidupan yang baru."
"Jangan jangan dia penipu lagi, makanya kabur dari kampungnya. "
Itulah sebagian umpatan yang ibu ibu lontarkan padanya, sebenarnya dia sangat tidak suka. Akan tetapi mau bagaimana lagi, dia harus berpura pura tidak mendengar untuk tetap tegar demi putranya.
Untuk menghilangkan kejenuhannya, Laila sering menanam sayuran di dalam pot. Setelahnya, dia urutkan dari depan rumah sampai ke halaman belakang. Kini rumahnya di kelilingi dengan sayuran dan beberapa bumbu, menurutnya kegiatan ini membantunya menghilangkan stres yang dia derita.
Bohong saja kalau Laila merasa baik baik saja, terkadang dia merasa sangat tertekan dan bahkan kepalanya terasa mau pecah saat mengingat kejadian menyedihkan yang menimpa diri nya.
"Kuatkan aku, Tuhan. Jangan biarkan aku lemah, ampuni aku dari semua khilaf yang sudah aku perbuat. Semoga kehidupanku dengan putraku bisa lebih baik lagi," do'a Laila.
*
Empat puluh hari kemudian.
Sesuai dengan yang sudah Laila rencanakan, Laila pun mencoba berdagang nasi bungkus. Dia menjualnya di depan rumahnya sambil mengayun putranya, Adam.
"Bismillahirohmanirohim, semoga jualannya laris. Semoga ada rezeki ibu sama kamu ya, Nak?" doa Laila.
Setelah beberapa saat menunggu, ada beberapa dari tetangganya yang mau membeli nasi bungkusnya. Akan tetapi ada juga yang mencibir dan menghinanya.
Laila tetap berusaha untuk tegar dan tentunya pura pura tidak mendengar apa pun yang di katakan oleh mereka, karena kini Laila sudah mulai tidak mempunyai uang. Uangnya kini tinggal dua juta lagi, maka dari itu dia sengaja membelanjakannya dan mencoba peruntungan dengan berjualan.
"Ya Tuhan, jualannya sepi sekali. Kalau seperti ini bisa-bisa aku akan rugi, apa sebaiknya aku jualan keliling aja, ya?" tanya Laila.
Dia tatap wajah tampan putranya yang berada di dalam ayunan, rasa sedih menyeruak dasar hatinya. Namun, tidak lama kemudian dia bertekad jika dirinya harus kuat demi putranya.
Sambil menggendong putra tampannya dia berjalan menyusuri perkampungan pinggiran ibu kota, beruntung banyak yang membeli dagangannya, Laila pun merasa senang.
Laila melihat keranjang yang dia bawa seraya menyusut keringat di dahinya, ternyata nasi bungkusnya tinggal sedikit lagi. Laila pun memutuskan untuk istirahat sejenak, Laila merasa haus dan untuk menghilangkan dahaganya Laila pun mengambil botol minum yang ada di keranjang.
"Bismillah," ucap Laila sebelum meminum air putih yang dia bekal dari rumah
Saat sedang minum, ada sekelompok ibu ibu yang lewat di hadapannya. Bukannya membeli dagangannya, tetapi mereka malah mencibir Laila.
"Dasar orang tidak punya hati, jualan saja sembari bawa anak. Sengaja kali tuh biar orang kasihan dan jualannya cepet habis, ibu ngga punya akhlak."
"Iya bener, padahalkan kasihan anaknya di bawa bawa kaya gitu. Kalau sakit baru nyaho dia, terlalu ingin cepet dapet duit kayanya tuh orang."
"Atau jangan jangan dia wanita yang ngga bener, makanya di tinggalin lakinya terus jualan sambil bawa anak."
Begitulah ucapan ucapan yang dia dengar, otaknya terasa panas. Akan tetapi Laila berusaha untuk tetap tegar, Laila pun bangun karena dia harus menjual kembali dagangannya.
"Ya Allah, kuatkanlah hambamu ini. Aku tahu selalu ada jalan menuju kebaikan, aku hanya berserah diri kepada Mu. Biarlah orang berkata apa, yang penting engkau selalu memberikan perlindungan, keselamatan dan rezeky yang melimpah padaku dan pada putraku."
Air mata Laila mengalir di kedua pipinya dengan begitu deras, dia benar-benar tidak menyangka jika kehidupannya akan seperti ini. Dia tidak menyangka jika ibu kota benar-benar tempat yang begitu kejam.
"Aku harus bertahan demi putraku," ucap Laila seraya menatap wajah tampan putranya yang tertidur lelap di dalam gendongannya.
+
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 248 Episodes
Comments
Nunik Wahyuni
Smoga Layla kuat dan sehat beserta baby nya....ayooo Layla semangat jualanx yg penting halal dan bisa bertahan hidup 💪💪😍🍼😍
2024-04-01
0
Kusumawardani
pengalaman othor sendiri ini pasti,maksud sy othornya hidup dilingkungan kaya gini mungkin maaf ya Thor,,,, x LG sy minta maaf bukan maksud sy menyinggung hati dan perasaan othor,,,hbd detil banget gambaranya,,,ini seperti ngambil lokasinya dipriuk ya Thor,,,🤔🤔🤔🙏🙏🙏🙏
2024-01-23
0
Windy Lyana
di novel ini semua tetangga koq pada nyinyir n gak ada yg baik 1 pun ya.
2022-07-08
0