Laila menatap polisi itu dengan wajah kebingungan, dia merasa tidak melakukan kejahatan. Kenapa ada polisi di sana, pikirnya.
Justru, dirinya yang seharusnya datang ke kantor polisi. Karena Laila sudah kecopetan, polisi yang paham pun akhirnya bersuara.
"Maaf, Nyonya. Bolehkah kami bertanya?" tanya Pak polisi.
Laila menganggukkan kepalanya dengan cepat, karena tidak mungkin dia menolak permintaan dari polisi di hadapannya.
"Tentu saja boleh,"Ucap Laila.
"Apakah anda salah satu kerabat dari Jhoy?" tanya polisi lagi.
Laila tentu saja langsung menggelengkan kepalanya dengan apa yang ditanyakan oleh polisi, karena dia memang tidak mengenal Jhoy. Dia baru dua hari ini mengenal pria itu.
"Bukan, Pak. Kebetulan dia menolong saya dan saya meminta tolong kepadanya untuk menjual perhiasan saya, karna saya sudah kecopetan. Sedangkan saya sangat membutuhkan uang untuk biaya melahirkan," jelas Laila.
"Anda tahu, Nyonya? Jhoy adalah pencuri yang ulung, bahkan dia merupakan buronan kami," terang Pak polisi.
Laila pun langsung lemas, jika Jhoy adalah buronan polisi, itu artinya uang yang dia titipkan kepada Jhoy sudah barang pasti dibawa oleh pria itu.
"Ya Allah, uang saya masih di tangan Jhoy, Pak. Bagimana nasib saya dan putra saya? Tolong saya, Pak," pinta Laila.
"Tenang dulu, Nyonya. Kami sudah melihat rekaman cctv di area Rumah Sakit ini, kami melihat dia masih menyisakan uang yang di masukan ke dalam tas anda. Coba di cek dulu," titah Pak polisi.
Laila pun segera membuka tas yang berada di atas nakas, dia melihat ada uang dua ratus juta di sana.
Laila juga melihat dompetnya yang sudah kosong telah berada di sana, beruntung KTP-nya masih ada.
Laila pun langsung menunduk lemas, dia tidak menyangka jika semua sudah terencana.
Jhoy benar benar ingin mengambil uang yang dia punya, tapi dia masih berpikir positif karna Jhoy masih mau meninggalkan uang untuknya.
"Bagaimana, Nyonya?" tanya Pak polisi.
"Dia yang mencopet dompet saya saat di pasar, dia juga membawa uang hasil penjualan perhiasan saya sebesar tiga ratus juta, Pak." Laila berucap seraya terisak.
Dia benar-benar merasa sedih dan merasa dipermainkan, karena Jhoy datang sebagai penyelamat. Namun, pada kenyataannya Jhoy adalah penjahat.
"Sudah kami duga, pasti sekarang dia sudah kabur bersama pacarnya. Kalau begitu terima kasih atas ketersediaan Nyonya untuk memberikan keterangannya, kami permisi," ucap Pak polisi.
Laila hanya mengangguk pasrah, Laila mulai berpikir jika dia harus pergi dari desa itu. Laila tidak mau terjadi hal buruk lagi, dia sudah memutuskan jika sudah pulih pasca melahirkan, dia akan merantau bersama putranya ke ibu kota.
Rasanya pergi ke ibu kota adalah hal yang tepat, karena dengan pergi ke ibu kota dia bisa mencari nafkah untuk putranya.
Dia sering mendengar jika di ibu kota apa saja bisa dijadikan uang, dengan memunguti rongsokan saja bisa dijual dan bisa dijadikan penghasilan.
Terlebih lagi di ibu kota itu sangat ramai, sudah barang pasti Laila tidak akan merasa kesepian seperti saat ini.
Mata Laila pun menerawang jauh, awalnya dia merasa sangat bahagia karna menjadi lulusan terbaik di kampusnya.
Laila pun langsung melamar kerja di perusahaan ternama di kota K, tanpa di duga Laila pun di terima sebagai sekretaris.
Laila begitu senang, apa lagi saat melihat bosnya yang masih muda, begitu tampan dan memesona. Dari awal melihatnya dia sudah tertarik padanya, tapi dia sadar diri karena dia hanya gadis biasa.
Tapi ternyata perasaan Laila tak bertepuk sebelah tangan, bosnya menyatakan cinta padanya. Awalnya Laila selalu menolak, karena dia merasa tidak pantas bersanding dengan pria kaya seperti bosnya itu.
Dia merasa jika dirinya dan juga bosnya tersebut bagaikan bumi dan langit, tapi bosnya begitu gigih dalam memperjuangkan cintanya.
"Aku sangat tulus mencintai kamu, aku tidak akan mempermainkan kamu. Aku janji akan berusaha untuk membahagiakan kamu," itulah kata-kata yang selalu terlontar dari bibir bosnya.
Bahkan atasan Laila selalu memberikan perhatian, selalu membelikan perhiasan dan juga barang mewah.
Dia juga selalu memperlihatkan rasa cintanya pada Laila, Laila sangat suka akan hal itu dan terlebih sikap baiknya yang dia suka dari bosnya itu.
Akhirnya Laila pun menerima cinta sang pria, bahkan saat pergi selama tiga hari untuk bekerja di luar kota mereka melakukan hubungan selayaknya suami istri.
Dua bulan kemudian Laila pun hamil, sang bos sangat senang dan berjanji akan menikahinya.
Namun, sayangnya ke dua orang tua bosnya itu tidak menyetujuinya, mereka malah mengancam Laila untuk meninggalkan putra mereka.
Laila pun menurut, dia pergi dari kota K, berpindah ke kita L. Laila banting tulang kerja keras di kota L, dia mengumpulkan pundi pundi rupiah untuk membiayai kelahiran calon bayinya nanti.
Namun, sialnya setelah tujuh bulan berlalu. Sang bos menemukan keberadaan Laila, Laila takut akan ancaman yang dulu dilontarkan oleh kedua orang tua bos sekaligus kekasihnya itu.
Akhirnya Laila memutuskan untuk pergi dari kota L, dia ingin menghindari pujaan hatinya dan keluarga dari kekasihnya itu.
Namun, sialnya kini dia malah terperangkap di kampung kecil ini dan menjadi sasaran empuk pencurian.
"Heh!" Laila pun menghembuskan napas panjang karena dadanya mulai terasa sesak.
Laila mulai berpikir, apakah keputusannya untuk menjauhi sang kekasih adalah hal yang salah atau tidak. Karena hanya ada kesialan yang terjadi pada dirinya.
Laila terlihat menatap wajah putranya yang begitu tampan dan mirip sekali dengan kekasih hatinya, lelaki yang sudah memberikan kebahagiaan dan juga ketidakberdayaan di dalam hidupnya.
"Maafkan ibu, Nak. Tapi ibu tidak mungkin memilih untuk tetap bersama dengan ayah kamu, karena mereka mengancam akan membunuh kita berdua kalau ibu membangkang. Ibu janji, Sayang. Ibu akan berusaha untuk membahagiakan kamu," ucap Laila seraya mengelus lembut pipi sang putra.
*****
Seminggu telah berlalu, Laila pun memutuskan untuk membawa bayi merahnya menuju ke ibu kota.
Laila menaiki kapal laut menuju ibu kota, agar ongkosnya tidak terlalu mahal. Selama satu minggu dia sudah berpikir, baginya akan lebih baik jika pergi yang jauh sekalian.
Beruntung putranya tidak rewel sama sekali, selama dalam perjalanan menuju ibu kota Adam terus saja tidur di dalam gendongan Laila.
Sesekali anak itu akan menggeliat kala lapar dan buang air, Laila benar-benar merasa gemas pada putranya itu.
Tiga puluh jam kemudian, kapal yang Laila tumpangi sampai di pelabuhan. Laila merasa sangat lelah, Laila pun mencari mesjid untuk beristirahat karna saat ini hari memang masih malam.
Setelah menemukan mesjid Laila pun meminta izin pada pengurus mesjid tersebut untuk menginap selama satu malam, dia berjanji jika esok harinya akan pergi dan mencari tempat tinggal.
****
Pagi pun menjelang, Laila terlebih dahulu mengisi perutnya dan tentunya dia juga menyusui putranya. Setelah merasa kenyang, dia pun bertanya pada orang yang ada di sana.
"Maaf pak, saya ingin pergi ke ibu kota. Saya harus naik apa ya?" tanya Laila.
Bapak-bapak yang ditanya oleh Laila terlihat memindai penampilan Laila dari atas sampai bawah, tidak lama kemudian dia pun berkata.
"Naik Bis bisa, Bu. Di terminal sana banyak bisnya, ibu tinggal lihat sesuai alamatnya saja," jawab bapak itu.
''Ah, iya. Terima kasih, Pak," ucap Laila.
Laila pun segera ke terminal, dia mencari cari bis menuju ibu kota. Laila memperhatikan satu persatu bis yang berjejer di sana, akhirnya Laila pun memutuskan untuk menaiki bis menuju pusat ibu kota.
Satu jam perjalanan Laila lakukan, sampailah dia di terminal pusat. Laila pun bertanya tanya kepada orang yang ada di sana, dia juga bertanya di mana ada yang menjual rumah yang murah.
Biarlah kecil pikirnya, yang penting bisa di tempati, mungkin saja akan ada sebuah keberuntungan saat ini akan segera menghampirinya.
Saat Laila sedang kelelahan setelah satu jam bertanya-tanya, tiba-tiba saja seorang wanita tua menawarkan sebuah rumah berukuran tiga kali empat meter padanya.
Walaupun terlihat seperti sebuah kamar dan terletak di wilayah kumuh, tapi terlihat lumayan nyaman.
Laila pun memberanikan diri untuk bertanya tentang harganya, siapa tahu harganya murah dan juga terjangkau, pikirnya.
"Ibu mau menjual rumahnya berapa?" tanya Laila.
"Seratus lima puluh juta, pas tanpa tawar!" jawabnya dengan tegas.
Laila pun berpikir dengan keras, kini uangnya tinggal seratus tujuh puluh juta. Namun, dia juga butuh tempat tinggal.
Tidak apa pikirnya membeli rumah kecil dengan harga yang lumayan mahal, karena dia memang membeli rumah di ibu kota. Bukan di kampung halamannya.
Mungkin ini akan jadi jalan yang terbaik untuknya, Laila pun akhirnya membeli rumah yang terlihat seperti kamar tersebut.
Laila juga tidak bodoh, sebelum memberikan uangnya, dia meminta pak RT di sana untuk menjadi saksi jual beli tanah tersebut.
Tidak lupa Laila juga meminta tolong kepada pak RT untuk balik nama surat tanahnya, agar tidak ada kata sengketa di hari kemudian. Pak RT pun setuju.
Pak Rt meminta biaya pemindahan suratnya sebesar lima juta, Laila pun menyanggupi. Dari pada suatu saat nanti dia mendapatkan gusuran, itu akan lebih baik pikirnya.
Rumah sepetak pun sudah dia beli, kini dia akan bersiap untuk menghadapi harinya bersama putra kecilnya. Dia juga harus mulai berpikir dengan sisa uangnya yang tinggal lima belas juta, karna uang segitu pasti akan cepat habis bila tinggal di kota besar.
"Apa yang akan lakukan dengan uang ini?" tanya Laila lirih.
+
+
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 248 Episodes
Comments
Nunik Wahyuni
kmhln kali rumah ditmpt kumuh harga segitu ....tapi ia sdhlah smoga ke dpn hdp kalian berdua akan jd lbh baik.... semangat Layla utk masa depan dan baby mu😍🍼💪🙏
2024-04-01
0
Roro Ireng Rahayu
mahal bangeettt......
2023-01-27
0
Cyntia Tram's
ceritanya...😁😁😁😁😁
2022-05-19
0