BRAKKK
Pintu rumah kecil itu rusak hanya dengan satu tendangan dari Arlen.
Arlen tidak segera menyelamatkan Asyh dan malah mematung dengan ekspresi yang sulit diartikan. padahal gadis kecilnya sudah di bawah kungkungan Xello.
"Oh hay, kakak. Kenapa begitu lambat? Kami hampir selesai." Xello berdiri dan merapikan penampilannya serta mengancing kembali kemejanya tadi.
Asyh memilih langsung berlari dari tempat itu tanpa ingin menjelaskan apapun kepada Arlen.
Ia yakin Arlen pasti akan lebih percaya kepada Xello daripada dirinya.
"Hentikan semuanya Xello! Dia tidak seperti yang cemaskan!" Arlen dengan suara dingin dan mengancam.
"Darimana kau tahu Kak? Bisa saja dia bersandiwara. Ingatlah! Dulu wanita itu juga menolakku, awalnya. Tapi kemudian dia yang rela datang dan menggodaku lebih dulu." Xello duduk di kursi yang ada di dalam rumah kecil itu.
"Sekali lagi kau ulangi perbuatanmu, aku tidak akan segan-segan menghabisimu meski kau adalah adikku!" Arlen mengancam tegas dan memilih pergi meninggalkan adiknya.
"Cih..sandiwaraku belum seberapa, tapi dia sudah mengancamku begitu. Bersyukur dia cepat datang, jika tidak, mungkin aku akan benar-benar menerkam gadis lugu itu." Xello bergumam mengingat kegilaannya tadi.
Xello memamg sudah merencanakan semuanya. Ia hanya bermaksud untuk melihat sejauh mana pertahanan Asyh dan apakah Asyh sanggup memilih tetap setia atau dengan mudah tergoda oleh dirinya.
••••••••••••••
"ASYH, DARLING KAU DIMANA?" Arlen berteriak mencari gadis malangnya.
Ia tidak yakin ke arah mana Asyh berlari.
Ia hanya mencoba mencari sesuai nalurinya.
"ASYH, KELUARLAH!" Arlen kembali berteriak, berharap Asyh sedang bersembunyi.
Arlen yakin, Asyh pasti sedang ketakutan terutama kepada dirinya.
"Kemana dia? Jangan sampai dia kenapa-kenapa!" Arlen bergumam dan terus mencari namun sudah terlalu masuk ke dalam hutan.
Arlen akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencari ke jalan utama.
"DARLING, KELUARLAH JIKA KAU SEDANG BERSEMBUNYI! AKU TIDAK MARAH PADAMU!" Arlen kembali berteriak sambil menelusuri jalan sepi itu.
"Pria sialan! Brengsek! Aku harap kau mati diterkam binatang buas!" Asyh sambil berjalan dan menghapus air matanya dengan kasar.
"Asyh.." Arlen bergumam melihat Asyh tepat sedang berjalan di depannya dengan langkah terseok-seok.
Arlen segera mengejar Asyh dengan langkah lebarnya.
"Darling.." Arlen langsung memeluk Asyh dari belakang dengan erat.
"Le lepaskan aku! Jika ingin hukum, hukum saja adik sialan mu itu!" Asyh dengan kesal dan meronta meminta lepas.
"Tidak! Aku percaya padamu! Aku tahu kau tidak akan mengkhianati diriku." Arlen dengan suara berat namun terdengar menenangkan.
Asyh menjadi sedikit lebih tenang dan tidak meronta lagi.
"Aku tidak seperti itu! Aku tidak menggoda adikmu, aku juga tidak mungkin tergoda olehnya." Asyh kembali menitikkan air mata.
"Aku percaya! Aku percaya kau tidak akan seperti itu." Arlen membalikkan Asyh dan memeluk Asyh dari depan.
"Te terima kasih, kau masih percaya padaku." Asyh memeluk erat tubuh kekar yang mampu membuat dirinya merasa aman dan tenang itu.
"Jangan menangis lagi!" Arlen melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Asyh.
"Aku takut. Aku takut jika aku ... "
"Sudah! Jangan takut! Aku bersamamu." Arlen kembali memeluk Asyh dan menenangkan Asyh.
Asyh mengangguk pelan dan perlahan menjadi lebih tenang.
"Ayo, kita pulang saja! Hari ini kau jangan kuliah dulu." Arlen tanpa meminta persetujuan langsung menggendong Asyh.
Asyh mengalungkan tangannya di leher Arlen, sedangkan wajahnya ia tenggelamkan pada dada bidang Arlen.
Arlen dengan hati-hati mendudukkan Asyh di dalam mobil.
Arlen pun segera masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya meninggalkan hutan belantara itu.
Sepanjang perjalanan, Asyh memilih diam.
Ia masih merass shock dengan kejadian tadi. Bahkan ketakutannya lebih besar di banding saat Arlen mengasari dirinya.
Satu jam kemudian mereka sampai di kastil.
Arlen turun terlebih dulu dan langsung berlari kecil mengitari mobilnya dan menggendong Asyh turun dari mobilnya, kemudian membawa Asyh masuk ke dalam kastil dan langsung ke kamarnya.
Arlen mendudukkan Asyh dengan berhati-hati di tepi ranjang.
"Aku akan urut kakimu." Arlen hendak mengambil kotak obatnya.
"Tidak perlu! Aku tidak ingin cepat berjalan. A aku ingin dekat denganmu saja." Asyh menunduk dan tangannya meremas ujung bajunya.
"Tidak bisa! Meski kau tidak mau jauh dariku, tapi kakimu tetap harus di obati." Arlen tetap berjalan menuju ke arah lemari pakaian dan meraih kotak obat dari atas lemari.
Dengan telaten Arlen mengurut dan mengobati kaki Asyh.
Setelah selesai, Arlen menyimpan kembali semua perlengkapan yang ia pakai tadi.
"Kau mau kemana?" Asyh bertanya panik.
"Aku akan ke bawah dan membawa cemilan untukmu. Aku akan membantumu belajar hari ini." Arlen menjawab dengan lembut.
"Jangan lama-lama. Aku tidak ingin jika nanti dia menerobos masuk." Asyh menunduk takut.
Arlen kembali menghampiri Asyh.
"Ini, kunci kamar kita. Dan ini satu-satunya duplikat yang ada. Aku bawa satu, dan sisanya bersamamu." Arlen mengeluarkan beberapa kunci dari laci nakas dan memberikan kepada Asyh.
"Jangan takut! Aku segera kembali." Arlen mengusap pelan kepala Asyh dan melangkah keluar dari kamar itu.
Setelah Arlen keluar, Asyh langsung berbaring dan membungkus tubuhnya dengan selimut.
Lima belas menit kemudian Arlen kembali ke kamar.
"Darling, ayo! Aku sudah membawa semua yang kau butuhkan untuk belajar." Arlen menata semua yang ia bawa di atas meja set sofa di ujung ranjang.
Asyh membuka selimutnya dan turun dari ranjang, berjalan pelan mendekat kepada Arlen.
"Ayo, duduk." Arlen membantu Asyh duduk dengan hati-hati.
Arlen kemudian berjalan mengambil beberapa buku yang Asyh butuhkan untuk pelajarannya.
Setelah itu Arlen duduk di samping Asyh.
Arlen pun mulai menyampaikan materi yang perlu Asyh pelajari.
Asyh mendengarkan dengan seksama sambil mencatat beberapa point penting baginya.
Satu jam kemudian, Arlen memilih menyelesaikan sesi belajar Asyh.
"Untuk hari ini cukup sampai di sini. Materi yang aku sampaikan ini seharusnya masih jauh. Tapi otak kecilmu sangat cerdas dan mudah mengerti." Arlen mengusap pelan kepala Asyh.
Asyh hanya mengangguk sambil mengemaskan buku-buku dan peralatannya yang lain.
Asyh kemudian menyantap cookies yang sudah Arlen bawa tadi dengan girang.
"Darling, kau tidak ingin berbagi denganku?" Arlen bertanya memelas sedang satu tangannya setia memainkan rambut Asyh.
"Ini." Asyh menyodorkan sebuah cookies untuk Arlen.
"Kenapa?" Asyh bertanya bingung karena Arlen tidak menerima cookies darinya.
Arlen tersenyum licik.
Arlen kemudian menerima cookies itu dan mematahkannya menjadi dua.
Setengahnya ia simpan kembali dan setengahnya ia masukkan ke dalam mulut Asyh.
"Kemarilah!" Arlen menarik Asyh dengan lembut untuk mendekat kepadanya.
Asyh tanpa tahu niat mesum Arlen pun menurut dengan polosnya.
Tanpa aba-aba, Arlen langsung saja melahap bibir Asyh dan memindahkan cookies yang ada di dalam mulut Asyh ke dalam mulutnya.
Kedua bola mata Asyh membulat sempurna mendapatkan serangan mendadak dari Arlen.
"Cara berbagi terbaik dengan pasanganmu adalah seperti itu." Arlen tersenyum puas setelah melepas pautan bibir mereka.
"Dasar dosen psikopat. Bukan hanya psikopat, tapi juga mesum." Asyh menggerutu.
Arlen tersenyum kecil, dan rasanya senang bisa mengerjai gadis kecilnya itu sekaligus mengambil kesempatan.
"Babe, boleh membawaku ke suatu tempat?" Asyh bertanya tiba-tiba.
"Kemana?" Arlen bertanya penasaran.
"Ke suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi dan selalu di larang oleh nenek." Asyh menjelaskan.
"Ya. Dimana itu?" Arlen kembali bertanya bingung.
"Ke ...
...~ TO BE CONTINUE ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
KHARDHA LOVE
Ayo mau kemana?
2021-08-08
1
Asyh Xaezalista
kemana tuh
bikin penasaran aja ihh🤯🤯🤯🤯🤯
2021-08-07
4
Emak Femes
Ke mana mana 😆😆😆
2021-08-07
3