"Kau siap untuk hari pertama kita?" Vasya bertanya dengan antusias.
"Siap." Asyh menjawab tak kalah antusias.
"Apa kakimu masih sakit?" Vasya bertanya khawatir karena Asyh masih berjalan terseok-seok.
"Tenang saja, ini hanya keseleo kecil." Asyh menjawab dengan santai.
"Ya sudah, ayo kita keluar. Pasti para mahasiswa/i baru sudah banyak yang datang dan berkumpul." Vasya merangkul pundak Asyh dan mereka pun keluar dari kamar mereka.
Mereka berjalan dengan santai menuju ke gedung universitas tempat mereka akan belajar.
"Benarkan kataku? Sudah banyak yang berkumpul." Vasya bangga karena tebakannya tepat.
"Bagaimana kau tahu mereka adalah mahasiswa/i baru?" Asyh bertanya bingung.
Asyh merasa ada sesuatu yang kurang dengan dirinya saat melihat para mahasiswa/i itu bahkan saat ia melihat Vasya.
"Oh ayolah, semua mahasiswa/i baru mendapatkan lencana universitas berwarna hijau tua. Kau juga dapat kan?" Vasya bertanya bingung.
"Lencana? Oh astaga..lencana ku.." Asyh panik dan memeriksa tasnya mencoba untuk mencari lencananya.
Sayangnya tidak ada lencana yang Vasya maksud tadi.
"Kemana lencana ku?" Asyh bergumam sendiri.
"Vasya, aku kembali sebentar ke kamar untuk mencari lencana ku." Asyh langsung berlari kembali ke kamar mereka tanpa menunggu persetujuan dari Vasya.
Secepat kilat Asyh berlari kembali ke kamar dan langsung saja memporak-porandakan kamar mereka terutama bagian tempat Asyh untuk mencari lencana universitas miliknya.
"Tidak ada. Dimana dia?" Asyh bermonolog sendiri dan duduk di tepi ranjangnya sambil berpikir.
"Bunyi benda jatuh?" Asyh kembali mengingat kejadian menyeramkan kemarin.
"Apa jatuh saat aku pergi dari tempat itu atau saat aku jatuh terguling kemarin?" Asyh masih berusaha berpikir.
Lama berpikir namun Asyh tidak mendapat keyakinan atas jawabannya.
"Hah, semoga saja aku tidak langsung di kick out dari kampus ini hanya karena lencana." Asyh bergumam penuh harap.
Asyh memilih kembali ke gedung kampus dengan langkah gontai tidak bersemangat.
"Bagaimana? Ada?" Vasya yang masih setia menunggunya dari tadi pun segera bertanya.
Asyh menggeleng lemah sebagai jawaban.
"Ya sudah, itu bukan hal yang wajib. Lencana itu hanya tanda yang menyatakan kau adalah mahasiswa/i baru. Kau bisa meminta pihak kampus membuatnya lagi untukmu mungkin?" Vasya mencoba menenangkan teman sekamarnya itu.
Asyh hanya mengangguk lemah sebagai jawaban.
Vasya pun segera menuntun Asyh masuk ke dalam ruang kelas mereka.
Kelas mereka ternyata cukup ramai dan lebih didominasi oleh mahasiswa dibanding mahasiswi.
"Hah.." Asyh menghela nafas kasar dan hanya mengikuti langkah Vasya.
"Kita duduk di sini saja." Vasya mengajak Asyh duduk di kursi bagian tengah dari puluhan deretan kursi di dalam ruang kelas itu.
Asyh menurut saja.
"Hei, siapa nama mu?" Seorang mahasiswa mendekati Asyh dan mengulurkan tangannya.
"Asyh Xaezalista." Asyh menerima uluran tangannya namun tidak bertanya balik.
"Aku Azlan. Aku dari Malaysia." Mahasiswa tersebut memperkenalkan diri tanpa diminta.
Asyh hanya tersenyum sebagai jawaban.
Asyh takut untuk berhadapan dengan pria asing. Ia takut jika salah satu dari pria asing yang ia temui adalah kedua pria sadis yang kemarin.
Azlan kembali ke tempat duduknya karena merasa di abaikan oleh Asyh.
Asyh kini menunduk dan menunggu dengan bosan, sedangkan Vasya berkenalan dengan teman-teman sekelasnya.
Asyh memang bukan gadis yang terbuka dan mudah bergaul.
Tiba-tiba kelas yang tadinya ricuh kini mendadak sepi.
Hanya ada beberapa bisikan-bisikan yang terdengar.
"Tampan sekali."
"Auranya sangat mendominasi."
"Apakah dia sudah punya kekasih?"
"Aku ingin menjadi istrinya."
Begitulah beberapa bisikan-bisikan yang terdengar.
Asyh yang merasa penasaran pun mengangkat kepalanya.
Tatapan Asyh langsung di kunci oleh sepasang mata berwarna hitam pekat dari pria yang tengah menjadi pusat perhatian itu.
"Big No! Apa itu dia?" Asyh membatin ketakutan namun berusaha ia sembunyikan.
Pria yang menjadi pusat perhatian itu menampilkan smirk menakutkan bagi Asyh namun mampu membuat mahasiswi lain menjerit gila.
"Keep silent please!" Pria yang menjadi pusat perhatian itu akhirnya bersuara.
Suaranya sangat berat dan sexy.
"My name is Arlen Addison. This year i already Thirty. Aku adalah dosen utama dalam jurusan kalian. Kalian bisa memanggilku Sir atau babe mungkin. Haha, tidak aku bercanda." Arlen Addison terkekeh pelan.
Asyh bernafas lega karena pria di depannya itu bukan pria sadis kemarin. Benarkah? Atau ada yang tidak Asyh ketahui?
"Baiklah, aku rasa pertemuan kali ini kita harus berkenalan satu sama lain. Mulai dari dirimu." Arlen menunjuk ke arah Azlan tadi.
Azlan pun memperkenalkan dirinya dengan penuh percaya diri.
"Berikutnya..kau." Arlen menunjuk ke arah Vasya setelah Azlan selesai.
Vasya juga berdiri dan memperkenalkan diri.
Selesai Vasya, Arlen menunjuk ke mahasiswa/i lainnya begitu seterusnya dan melewatkan Asyh begitu saja.
"Apa-apaan? Aku tidak penting yah?" Asyh bermonolog sendiri dan kesal.
"Baik, aku rasa perkenalan kita cukup. Aku ingin menunjuk satu dari kalian untuk menjadi asisten ku." Arlen kembali diam dan seolah memilih mahasiswa/8 yang cocok untuk menjadi asistennya.
"Kau." Pilihan Arlen jatuh pada Asyh.
"Aku? Kenapa aku? Sir, kau saja tidak ingin aku mengenalkan diriku, lalu untuk apa menunjuk ku menjadi asisten mu?" Asyh protes.
"Bukankah tadi kau sudah perkenalkan diri? Namamu Asyh Xaezalista kan? Atau aku yang salah?" Arlen bertanya seolah bingung.
Asyh semakin bingung. Jelas ia tidak ditunjuk sekalipun oleh dosen tampan di depannya, tapi kenapa tidak ada yang memihak kepadanya? Dan kenapa Arlen bisa tahu namanya dengan lengkap? Asyh sangat bingung.
"Ada apa Asyh? Kenapa kau bingung seperti itu?" Suara sexy Arlen membuyarkan lamunan Asyh.
Asyh hanya menggeleng sebagai jawaban meski ia masih bingung.
"Baiklah, jika tidak ada yang keberatan maka aku putuskan Asyh yang akan menjadi asisten ku untuk memudahkan pekerjaanku." Arlen memukul meja podium di depannya tiga kali sebagai tanda keputusannya mutlak.
Asyh kini menunduk lemah.
Entah kenapa ia merasa semua ini adalah awal dari hari-hari buruknya.
Arlen kembali menyampaikan beberapa hal kepada mahasiswa/i nya.
"Ada lagi yang kurang jelas atau ingin ditanyakan?" Arlen bertanya sopan.
Semua yang ada di ruangan itu menggeleng termasuk Asyh.
"Baik, aku rasa perkenalan kali ini cukup dan kalian bisa bebas." Arlen keluar dari ruangan kelas itu.
Asyh menatap punggung Arlen yang semakin menjauh dan entah kenapa Asyh merasa ngeri merasakan aura gelap yang mendominasi dari diri Arlen.
"Asyh, mau ke kantin?" Vasya mengajak.
"Tidak. Kau sendiri saja. Maaf, aku sedang tidak mood." Asyh menolak halus.
"Em, baiklah. Kau kembali ke kamar dan istirahat saja." Vasya mengacak pelan rambut sahabat barunya itu.
Asyh mengangguk dan keluar dari ruangan kelas itu.
Asyh berjalan sendirian di koridor kampus itu karena hanya kelas mereka yang dibebaskan saat ini sedangkan kelas lain masih dalam jam pelajaran.
"Asyh.."
...~ TO BE CONTINUE ~...
######
...__ MAMPIR YOKK __...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Nefertari
ajdudgsjgduchehjsjddhdhsjakajedbxn awokawokawokawok
2022-04-15
1
Hani Hanifah
menarik
2021-12-09
0
Rosita Wati
lidah q kepleset nyebut nama asih😀
2021-11-27
1