"Eh......eh....bukk"
Asyh tersandung kakinya sendiri dan membuat dirinya jatuh terguling ke bawah tangga beserta dengan koper dan barang-barangnya yang menimpanya.
"Awhh..." Asyh mengerang kesakitan saat berhenti berguling.
"Kesialan apa lagi sih ini?" Asyh menggerutu kesal dan mencoba sekuat tenaga untuk bangkit.
Asyh sebelum jatuh tadi berada di tangga kedua sebelum lantai parkiran bawah tanah, dan kini ia jatuh terguling hingga parkiran bawah tanah.
Asyh tidak sadar bahwa ada sepasang mata hitam legam yang sedang memandangnya penuh minat dan juga sepasang mata coklat yang memandangnya penuh iba.
"Shh..." Asyh meringis karena merasakan sakit di pergelangan kakinya.
Setelah berhasil berdiri, Asyh mengedarkan pandangan hingga akhirnya ia menangkap pemandangan mengerikan yang baru saja ia lihat beberapa menit sebelum jatuh terguling ke bawah.
"Akh...ampun..aku tidak melihat apapun.." Asyh memekik ketakutan saat menyadari seseorang terbujur kaku dengan perut terbelah.
"Benarkah Nona?" Suara mencekam seorang pria terasa sangat dekat di pendengaran Asyh..
Tubuh Asyh mematung namun gemetar karena ketakutan.
"Sungguh, aku tidak melihat apapun..buktinya aku menutup mataku.." Asyh memejamkan kuat matanya.
Pria yang berada di belakang Asyh membalikkan tubuh Asyh dan menahan pinggang Asyh hingga keadaan mereka sangat dekat dan intim.
Kedua pria itu memakai topeng dan menutupi seluruh wajah mereka.
Mereka juga menggunakan jubah berbahan plastik menutupi seluruh tubuh mereka tidak lupa sarung tangan plastik juga dipakai oleh kedua pria itu.
"Buka matamu dan tatap aku!" Pria yang menahan Asyh dalam pelukannya memberi perintah.
Dengan sangat terpaksa Asyh membuka matanya dan memberanikan diri untuk menatap pria bertopeng yang memeluknya erat.
"Hehe.." Asyh memasang tampang pura pura bodoh.
"Gadis ini terlalu indah..sangat sayang jika aku habisi begitu saja.." Si pria bertopeng itu membatin di dalam hati.
"Tuan, sungguh aku tidak melihat apapun. Jika aku melihat pun aku tidak bisa berbuat apapun. Aku tidak mengenal kalian dan lagi aku bukan penduduk asli di negara ini." Asyh mencoba bernegosiasi dengan kedua pria bertopeng di depannya.
"Jadi, jika aku menghabisi dirimu saat ini pun tidak ada yang akan mencarimu, begitu?" Pria bermata hitam pekat itu kembali bertanya.
Asyh dengan polosnya mengangguk namun menit kemudian ia menggeleng.
"Jangan bunuh aku sekarang Tuan dan Tuan. Aku bahkan baru saja sampai ke negara ini. Setidaknya ijinkan aku merasakan dulu bagaimana kuliah dan hidup di negara ini hingga beberapa waktu." Asyh kembali membuat penawaran dan menutupi rasa takutnya.
Pria bermata hitam pekat itu melepaskan tangannya dari pinggang Asyh dan menghardik Asyh dengan menggerakan tangannya.
"Terima kasih Tuan. Jika aku sudah puas menikmati hidup di negara ini, aku tidak keberatan jika Tuan mengambil nyawaku lagi." Asyh membungkuk beberapa kali sebagai tanda syukur dan terima kasihnya.
Segera Asyh meraih koper dan barang bawaannya langsung meninggalkan tempat itu dengan langkah terseok-seok karena pergelangan kakinya yang keseleo tadi.
Treng...
Sebuah benda kecil berbahan besi jatuh dari saku hoodie Asyh, namun Asyh tidak menyadarinya sama sekali.
Pria bermata hitam pekat itu mengambil benda kecil itu.
"Lencana universitas." Pria bermata hitam pekat itu menampilkan seringai menakutkan.
Ia melemparkan lencana universitas milik Asyh kepada bawahannya.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" Pria bermata hitam pekat itu berjalan terlebih dulu dan masuk ke dalam mobilnya.
Tangan kanannya segera menyusul dan masuk ke dalam bagian kemudi.
Mereka membiarkan jasad yang mereka eksekusi tadi tergeletak begitu saja.
Mereka pun langsung pergi meninggalkan tempat itu.
••••••••••••••
"Tuhan, kenapa sih baru sampai saja aku sudah mengalami kejadian mengerikan secara beruntun?" Asyh menggerutu kesal sambil menyeret kopernya dan berjalan tertatih.
Barang-barang bawaannya sudah ada yang dia buang karena sebenarnya itu adalah oleh-oleh untuk Daven.
"Hey.." Seseorang berteriak dari arah berlawanan memanggil Asyh.
Asyh mencoba mencari sumber suara yang memanggilnya.
"Hey, kau Asyh Xaezalista yah?" Seorang perempuan menghampiri Asyh yang kebingungan mencari sumber suara yang memanggilnya tadi.
"Ya, itu aku. Kau siapa?" Asyh bertanya was-was.
"Aku Vasya. Aku ditugaskan pihak kampus untuk menjemputmu." Vasya menjawab dengan sopan dan ramah.
Asyh masih merasa ragu terhadap pernyataan gadis di depannya.
"Ini surat keputusan dari pihak kampus." Vasya yang mengerti keraguan Asyh pun menyerahkan surat keputusan dari pihak kampus.
Asyh mengambil surat itu dan membacanya seksama.
"Sekarang percaya?" Vasya bertanya santai.
Asyh mengangguk pelan.
"Ayo, aku bantu." Vasya mengambil alih koper milik Asyh.
Vasya menuntun Asyh masuk ke dalam satu mobil yang memang disediakan pihak kampus untuk menjemput.
"Kita akan kemana?" Asyh bertanya bingung.
"Asrama kampus. Semua mahasiswa/i dari luar negara diharuskan tinggal di asrama kampus untuk menjamin keselamatan mereka." Vasya menjelaskan dengan ramah.
Asyh mengangguk paham.
"Kakimu kenapa?" Vasya bertanya khawatir.
"Ah, tidak. Hanya keseleo tadi." Asyh memilih menutupi kejadian menakutkan yang tadi ia lihat.
"Nanti aku bantu obati. Dan satu lagi, kita akan satu kamar nanti." Vasya tersenyum bahagia.
Asyh hanya mengangguk, sungguh ia sedang tidak dalam mode semangat.
Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di depan universitas yang cukup terkenal di New York.
"Ini indah sekali." Asyh bergumam pelan.
"Banyak orang hebat yang menjadi donatur di kampus ini, makanya kampus ini bisa sangat megah." Vasya menjelaskan.
"Oh ya, kau berasal dari mana?" Asyh berinisiatif menanyakan hal yang sedari tadi ia lupakan.
"Aku dari Singapura. Dan kau dari Indonesia. Kita adalah tetangga." Vasya merangkul hangat Asyh.
"Ayo masuk. Tidak baik anak gadis seperti kita berdiri lama-lama di luar." Vasya merangkul Asyh dan menuntun Asyh masuk ke dalam area kampus menuju ke gedung asrama.
Mereka kini telah sampai di kamar mereka.
"Wah, ini mewah sekali." Asyh terkagum-kagum dengan isi dan dekorasi kamar mereka yang sangat mewah.
"Kamar-kamar seperti ini diperuntukkan kepada mahasiswa/i berprestasi dan tentunya jalur beasiswa seperti kita." Vasya kembali menjelaskan.
Asyh hanya menatap kagum menelusuri setiap sudut kamar mereka.
"Lemari pakaianmu yang itu. Dan aku akan mengobati kakimu dulu." Vasya menunjuk ke arah lemari yang tersedia untuk Asyh lalu mengambil kotak obat dari atas meja belajarnya dan mengobati kaki Asyh dengan hati-hati.
"Aku harap kita bisa berteman baik As." Vasya menyimpan kembali kotak obatnya.
"Semoga saja." Asyh tersenyum manis.
"Kau ingin makan?" Vasya bertanya perhatian.
Asyh menggeleng.
"Aku belum lapar." Asyh memilih mengemaskan pakaiannya ke dalam lemari.
"Baiklah, kau istirahat saja. Besok adalah hari pertama kita masuk kuliah. Semoga saja hari-hari kita menyenangkan." Vasya duduk di kursi meja belajarnya dan meraih satu novel tebal untuk dibaca.
Selesai menata pakaiannya, Asyh memilih berbaring di atas ranjang empuknya.
Pikirannya kembali mengingat dua pria menakutkan yang ia temui tadi.
"Semoga saja aku tidak bertemu mereka lagi.." Asyh berdoa di dalam hati.
...~ TO BE CONTINUE ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Lilisdayanti
aqu mampir thur 🤗
2023-11-04
1
Anggreni Pardede
baru mampir
2022-01-05
0
Dhina ♑
Ya Allah Asyh kasihan kamu
Terguling-guling sampai begitu
2021-08-14
2