Waktu terus berjalan, tak terasa 1 tahun Adel bekerja dengan perusahaan RK Group dan gaji yang di dapatkan Adel tak main-main. Kehidupan Adel di kota C berjalan dengan lancar, Adel selalu mengirimkan uang kepada kedua orang tuannya yang ada di desa. Adel ingin memberi surprise kepada kedua orang tuanya bahwa Adel sudah membeli rumah untuk mereka tinggali. Rumah sederhana dan cukup luas untu mereka bertiga, besok Adel akan pulang ke rumahnya yang ada di desa untuk menjemput kedua orang tuanya.
Senyuman Adel tidak pernah pudar di wajahnya, dia tidak sabar untuk menjemput kedua orang tuanya. “Cie… yang lagi bahagia, ada apa sih cerita dong Adel” kata Cika, “iya, aku bahagia banget karena aku bisa beli rumah untuk kedua orang tuaku di desa dengan hasil jerih payah ku sendiri” kata Adel dengan senyum manis.
Sementara di markas, tuan Heri telah menyiapkan anak buahnya menuju ke desa tempat tinggal Adel untuk menyerah Zay musuh bebuyutannya. “apakah semua sudah siap” kata tuan Heri “semua telah siap tuan tinggal berangkat” kata anak buahnya “bagus, ayo kita berangkat aku tidak mau kalau Zay lari lagi. Aku ingin dia dan keluarganya lenyap dari muka bumi ini” kata tuan Heri dengan senyum mengerikan. Tanpa membuang waktu tuan Heri segera memasuki mobilnya, begitupun dengan anak buahnya.
Di mansion Rio, “tuan, saya mendapatkan informasi dari nak buah kita bahwa tuan Heri melakukan perjalan ke desa kecil dan membawa 20 orang anak buahnya” kata Ken “ayo kita selidiki apa yang akan dia lakukan di desa itu, siapkan mobil kita akan mengikutinya” kata Rio “ baik tuan saya menyiapkan mobil dulu” kata Ken berjalan keluar dari ruangan Rio. Apalagi yang akan pak tua itu lakukan kata Rio dalam hati. “ tuan mobil sudah siap” kata Ken “ayo kita berangkat sekarang” kata Rio sambil berjalan melewati Ken. Rio dan Ken pun berangkat menuju desa itu.
Sang mentari pun telah berganti rembulan, jam menunjukkan pukul 08.40 malam, Adel yang baru menyelesaikan makan malamnya bersama Cika kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk menelfon orang tuanya dengan Video call. Tak berapa lama telfon pun tersambung dan memperlihatkan kedua orang tuanya “assalamualaikum ayah ibu, bagaimana kabar kalian di sana” kata Adel “waalaikumsalam nak” kata kedua orang tua Adel dengan serentak “alhamdulillah kami baik, kalau kamu bagaimana, jangan pernah tinggalkan shalatnya” kata ayah Zay “kabar Adel baik yah, kalau itu sudah pasti yah. Ayah ibu, Adel kangen besok Adel kembali ke desa” kata Adel “untuk apa Del” kata ibu Zainap. “Adel kangen sama ayah ibu, kangen dengan masak ibu yang enak” kata Adel “besok kalau kamu sampai di rumah ibu akan masakin makanan kesukaan Adel” kata ibu Zainap “beneran yah bu” kata Adel mata yang berbinar-binar. Mereka pun mengobrol sampai lupa waktu telah menunjukkan pukul 11.00 malam ayah Zay yang melihat jam pun segera menyuruh anaknya untuk beristirahat “Adel, kita sudahi dulu telfonnya yah nak sudah jam 11.00 malam” kata ayah Zay “iya nak, benar paya yang dikatakan oleh ayah” kata ibu Zainap. Adel ingin menutup telfon tapi kenapa berat rasanya untuk menutup telfon dari kedua orang tuannya seperti ada yang mengganjal hatinya untuk tidak memutuskan telfon itu. Akhirnya panggilan pun terputus kedua orang tau memutuskan untuk shalat isya berjamaah begitu juga Adel menunaikan ibadah shalat isya dan berdoa untuk kesehatan orang tuanya yang berada di desa.
Adel pun bergegas untuk tidur, tapi mata Adel tidak bisa tertutup dia terus saja memikirkan orang tuanya. Adel berusaha untuk menutup matanya tetap saja tidak bisa, akhir Adel memutuskan untuk ke dapur membuat susu hangat. Adel yang sedang asik membuat susu tak sengaja menyentuh gelas yang berisi air putih “astaghfirullah, ada apa ini kok perasaanku gak enak kayak gini” kata Adel. Cika yang mendengar kegaduhan yang ada di dapur bergegas ke dapur “hati-hati Adel nanti tangan kamu luka” kata Cika yang melihat Adel memungut serpihan pecahan gelas. Karena Adel tidak fokus jarinya tergores pecahan gelas dan mengeluarkan darah yang banyak Ya Allah pertanda apa ini, kenapa hati tidak tenang aku cemas dengan ayah dan ibu kata Adel dalam hati. Sedangkan Cika sedari tadi memanggil Adel tapi tidak didengar oleh Adel, “Adel, loh mikirin apa sih liat tuh tangan kamu banyak darahnya obati gih, biar aku yang bersihin ini” kata Cika. Adel pergi mengambil kotak P3K dan mengobati lukanya, Ya Allah lindungilah kedua orang tua hamba disana, jangan biarkan terjadi sesuatu kepada mereka doa Adel dalam hati.
Cika telah selesai membersihkan serpihan gelas kaca tadi dan menghampiri Adel “Adel loh sebenarnya kenapa, cerita sama gue” kata Cika sambil duduk di samping adel “gak tau Cika, sehabis video call sama ayah dan ibu aku merasa gelisah dan kepikiran mereka terus” kata Adel “coba deh loh telfon orang tua loh” kata Cika. Adel mengambil handphonenya dan menelfon kedua orang tuanya tapi sayang nomor kedua orang tua Adel tidak aktif yang menimbulkan khawatiran pada Adel “Cik, bagaimana ini nomor kedua orang tuaku tidak aktif, baru kali ini nomor mereka tidak aktif. Setiap aku telfon pasti mereka angkat, aku jadi cemas sama mereka Cik” kata Adel “mungkin mereka lagi tidur Del, positive thinking aja. Mending kamu munim susu cuci kaki lalu bobo syantik” kata Cika, Adel pun mengikuti apa yang di katakan oleh Cika.
Sedangkan ayah Zay dan ibu Zainap yang sedang tidur terganggu dengan bunyi panggilan telfon dari Faro anak buahnya “halo tuan” kata Faro “halo ada apa kamu meneleponku malam-malam begini Faro” kata ayah Zay “saya mendapatkan informasi bahwa tuan Heri telah sampai di desa tempat anda tinggal tuan dan membawa 20 orang anak buah” kata Faro “terima kasih atas infomasinya Faro, mungkin hari ini adalah hari terakhir saya dan istriku hidup Faro saya minta tolong kamu jaga Adelia anak saya satu-satunya” kata ayah Zay “tuan jangan bicara seperti itu, saya akan mengirim anak buah untuk melindungi tuan” kata Faro tapi keburu Ayah Zay mematikan telfonnya.
“telfon dari siapa yah” kata Ibu Zainap “telfon dari Faro anak buah ayah bu” kata ayah Zay “apa yang dia katakan yah” kata ibu Zainap “katanya Heri telah tiba di desa ini bu” kata ayah Zay “mungkinkan umur kita Cuma sampai disini, ibu mau melihat wajah Adel dulu untuk terakhir kalinya yah” kata Ibu Zainap sambil menangis tersedu-sedu Ayah Zay ikut menangis karena rumah tangga yang dia bina selama kurang lebih 42 tahun harus berakhir seperti ini. “maafkan ayah bu, ini semua terjadi karena pekerjaan ayah di masa lalu” kata ayah zay menangis sambil memeluk istrinya. “ini bukan kesalahan ayah, ini sudah kehendak takdir kita tidak bisa menghindarinya yah, ayah ibu mau tulis surat dulu untuk Adel untu terakhir kalinya” kata ibu Zainap mengambil buku dan pulpen dan menuliskan apa yang ada dalam hatinya begitu pula dengan Ayah Zay.
Sementara di tuan Heri dan anak buahnya telah sampai di desa tempat tinggal Adel “apa benar ini tempat tinggal Zay” kata tuan Heri “benar tuan” kata anak buah Heri “kalau begitu ayo kita masuk, kalau pintunya terkunci dobrak saja” kata tuan Heri “siap tuan” kata anak buah Heri.
...****************...
Hai semuanya, ini cerita kedua aku semoga kalian suka dengan ceritanya dan terhibur dengan ceritanya😊
Jangan lupa dukungan supaya Author semakin giat dalam mengupload dengan cara like dan vote😊
Makasih yang udah mau mampir baca novel kedua yang aku buat😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Riyamah Riyamah
emm nyesek
2022-12-24
0