4

Kevin meneliti jaket gadis tersebut, yang tadinya berwarna pink menjadi merah, jaket dengan merk Gucci. Ia menatap dengan saksama, namun hanya ada sebuah struke pembayaran di sakunya. Dan sebuah bros dengan tulisan Ara.

"Ara...... Sebentar lagi gue akan menemukan loe." seulas senyumnya mengembang dibibirnya.

Kevin melipat jaket gadis yang sejak kemarin menghantui fikiranya. Lalu meminta asisten rumah tangganya mencuci jaket tersebut sampai bersih.

***

Adel melamun di balkon kamarnya. Bahkan Arion yang meneriakinya tak kunjung dibukakan pintu. Sampai akhirnya Arion masuk tanpa pamit. "Ara... " belum ada tanda tanda bahwa Ara mendengarkan panggilanya.

Arion melingkarkan tanganya di pinggang Adel berniat untuk menjahilinya. Adel memegang tangan lelaki tersebut dan mengarahkan sikutnya tepat di arah dagunya, membuat Arion mengerang kesakitan.

"Aaaa..... Aaaa... Ara ini bang Ar. " Ara melepaskan sikutanya. Lalu ia mencibirkan bibirnya tanda ia marah.

"Abang.... Genjen banget si. " protes Adel pada Arion.

"Haa,, haa,, haa kamu dari tadi udah kupanggil hampir 5 kali, tapi gak denger kan?" jelas Arion kepada Adel.

"Ya tetep aja jangan begitu bang. " keluh Adel

"Ya ya maaf deh, lagi nglamunin siapa? " tanyanya penasaran

"Gag ada. " ketus jawaban Adel pada Arion

"Jangan bohong. " pinta Arion menyelidiki

"Ga usah kepo." sewot Adel pada Arion. Adel terdiam, Arion juga terdiam mereka menikmati semilirnya angin sore hari.

"Bang Ar, bang Ken emang kalau disekolah sekejam itu ya? " tanya Adel yang masih memasang wajah cemberutnya.

"Bukan cuma Ken, abang juga, lebih lagi si Saka parah." jelas Arion

"Terus cewenya bang Ken juga senioritas? " tanyanya penasaran

"Yah, kamu hati hati sama dia, dia itu orangnya agak nekat. " pesan Arion kepada Adel. Adel hanya menganggukanya.

Seorang Adel tidak akan takut apapun, yang ia takuti hanya 1. Ketika lawan membawa senjata, dan kita hanya memakai tangan kosong. 2. Sahabat yang menusuk dari belakang.

"Bang Ar mau ke apartemen abang, kamu mau ikut gak? " ajak Arion kepada Ara

"Gak bang. " tolaknya cuek. Arion berjalan keluar dan diantarkan oleh Ara. Arion mengusap lembut kepala Ara. "Jangan melamun terus Ra. Abang pamit assalamualaikum. " Ara masih diam tak merespon. Arion hanya menggelengkan kepalanya. Lalu menaiki motor Ninja ZX 25R nya yang berwarna hitam.

Setelah Arion pergi Ara langsung menyambar tasnya, ia berlari kecil menuju parkiran mobil. Lalu mengemudikan mobil yang terparkir milik daddinya.

Setelah 10 menit, ia belokkan mobilnya disebuah rumah sakit, rasanya sedari tadi fikiranya terus terusik oleh lelaki yang pernah kurangajar kepadanya.

Ia berjalan menuju pendaftaran, lalu berjalan melewati poliklinik, disana terpampang nama dr. Rheinand syahm Attala Sp. B.

"Mau kemana mba, mba harus mendaftar dulu sebelum menemui dr. Attala" pinta sang perawat

Segala sesuatunya memang selalu perpihak kepada Adel, om nya yang memang menjabat pemilik RS itu keluar dari tempat prakteknya. "Ara.... Tumben kesini. " Attala mengulurkan tanganya untuk disambut oleh keponakanya.

"Maaf dok dia... " kalimatnya terpotong karna dr. Attala menganggukinya

"Sudah tidak apa apa, dia putriku. " ungkap Attala.

"Ayo masuk." pintanya mengajak Adel ke ruangan tempat prakteknya. Adel mengikuti omnya masuk ke ruanganya.

"Ada apa Ara, mau ketemu mommy kamu? " tanya dr. Attala, karna gadis ini tidak mungkin sampai kesini kalau tidak urgent.

"Emm anu, om kemarin om ada operasi laparatomi kah yang pasien tertusuk pisau? " tanya Adel malu

" bukan laparatomi Ara, hanya operasi biasa, kenapa? "

"Sekarang apa pasienya masih dirawat, dan bagaimana keadaanya? " tanya Ara gugup

"Pacar kamu?" dr. Attala menyimpulkan langsung, karna setau Attala pasien tersebut memang tampan, dan seumuran dengan putranya. Ara langsung menggelengkan kepalanya.

"Lalu? "

"Kemarin Ara yang bawa pasien itu, takutnya meninggal jadi Ara kesini tanya sama om." jelas Adel dengan hati - hati karna ia takut omnya salah paham mengira dia kekasihnya dan bisa -bisa mommy dan daddy jantungan akibat ulah Ara yang membuat masalah.

"Ya udah makasih om. Ara pamit ajalah." pamit Adel kepada Attala

"Dia di VVIP no 3 Ra, kalau kamu kangen." Attala menggoda Ara. Membuat Ara yang sudah membuka pintu menengok kembali pada dr. Attala

"Ishh.... om, kan udah bilang bukan siapa siapa Ara. " Attala hanya tersenyum tipis melihat Ara wajahnya seperti udang.

Ara berjalan menuju ruang VVIP nomer 3, ia seperti maling, mengendap endap dan mengintip lewat jendela. Ia melihat seorang laki laki sedang tertidur pulas, wajahnya sangat tenang.

"Astaga Ra, kenapa kamu sampai kesini." ia merutuki kelakuan bodohnya. Lalu berjalan menjauh dari kamar tersebut, dengan tergesa gesa ia berjalan menuruni lift sampai menabrak seorang ibu yang menurutnya sudah tua.

"Maaf bu, maaf gak sengaja." ucapnya tulus sambil memunguti buah yang ia jatuhkan. Ibu tersebut menatap gadis itu lama.

"Kamu cantik sekali de." puji ibu tersebut kepada Ara

"Hee makasih bu." ungkapnya tulus

"Panggil oma, cucu saya seumuran denganmu." pinta ibu tersebut. Kemudian Adel pamit pulang

*

Kabut masih menutupi jalan, Adel berjalan masuk ke dalam ruang kelasnya belum ia sampai, ia mendengar seseorang berteriak. Adel langsung masuk ke kelasnya.

"Astaga kerjaan siapa ini." keluhnya melihat bangkunnya terdapat pantom kepala tengkorak. Dan tulisan dengan darah. Ia yakin ini adalah kelakuan pacar bang Ken. Ara berjalan meninting kepala tengkorak tersebut membawanya ke kelas X11 IPA 1.

Disana sudah ada Ken dan Arion, Adel melemparkan kepala tengkorak tersebut kepada Ken. "Apa apain ini Ra?" protes Ken pada Ara, belum ada siswa lain dikelas, hanya mereka.

"Abang kalau Ara lihat meja Ara kotor sekali lagi, Ara bikin semur jengkol pacar abang." ucapnya dengan nada kesal dan sewot. Ia melangkah keluar dari kelasnya dan berpapasan dengan Saka. Adel melewati Saka begitu saja.

Saka dengan cepat menarik Adel dan membawanya pergi.

"Siapa lagi si. " keluhnya melihat seseorang menariknya. Sesampainya di koridor yang sepi Adel melepas paksakan tanganya dari lelaki tersebut.

"Loe.... " memorinya berputar mengingat lelaki yang pernah ditimpuk dengan cake

"Loe masih punya hutang sama gue. " ucap Saka.

"Hutang pala loe, gue gak kenal sama loe." sewot Adel pada lelaki tersebut Adel melihat name tag yang terpampang diseragamnya "SAKA LAURANCE GIULIANO." Adel membaca dengan cara mengejanya.

"Gag usah pura - pura lupa, loe yang nimpuk gue pake cake kan? "

"terus loe mau apa, balas dendam? " Adel melototkan matanya, begitu juga dengan Saka.

"Gue mau kasih loe pelajaran. " jawabnya. Adel langsung melotot.

"Nie orang mau balas dendam gak liat siapa lawanya." gerutunya. Adel langsung menarik tangan Saka, lalu berputar di belakang Saka. Ia memelintir tanganya membuat Saka mengerang kesakitan.

"Au au auau... Sakit bego." umpat Saka kepada Adel

"Loe kalau mau balas dendam lihat siapa lawan dulu." Adel melepaskan plintiran tanganya, lalu pergi meninggalkanya.

Namun saka menariknya hingga tubuh mereka saling berhimpit. Adel mendelikkan matanya." Gue akan buat loe menyesal berurusan dengan gue. " Ancam Saka pada Adel

"Gue gak takut." Adel menginjak kaki Saka dengan kuat, dan lagi lagi Saka mengerang kesakitan.

Sesampainya dikelas, Adel berpindah duduknya. Pelajaran segera dimulai, dan Adel enggan untuk keluar kelas untuk meladeni seniornya yang gila termasuk abangnya.

Seusai pelajaran, Ayra mengajak Adel pergi ke suatu tempat. "Mau ajak kemana si Ay." tanyanya penasaran. Sesampainya di arena balap Adel terpana.

Cerebellum nya seperti mendapat pencerahan. "Loe tunggu sini, gue mau balapan dulu. " jawab Ayra dan Ayla. Setelah melakukan sekali pertandingan, Ayra kalah dalam pertandinganya.

"Berapa taruhanya? " Adel tampak tertarik dengan permainan didepanya.

"50 juta." senyumnya mengembang. Adel dengan senang menunjukan kartu ATM nya.

"Gue ikut bertaruh." seru Adel dengan semangat.

"Loe yakin? " tanya Ayra dan Ayla dengan wajah tak yakin.

"Gue ganti mobil kalian kalau gue kalah." serunya dengan semangat.

"Rasanya rindu area surkuit, rindu teknik balap, yang didalamnya ada pengenalan racing line, braking point (titik pengereman), turn in point (titik belok), dan accelerating point (titik akselerasi)." ucapnya membuat moodnya happy.

Pertandingan dimulai, Adel menancapkan gasnya dengan kecepatan penuh."Rasanya semua beban hidup seperti sirna ketika berada di arena sirkuit."

Dalam beberapa putaran Adel menunjukan tanda tanda kemenangan, dalam satu putaran terakhir Adel berhasil membuka pintu pertama mobilnya dengan bahagia.

Ia hendak berlari memeluk Ayra dan Ayla, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang ia kenal. Jantungnya berdegup dengan cepat.

"Sial. " umpatnya. Tanpa aba aba Adel berlari sekencangnya menghindari lelaki tersebut, membuat Ayra dan Ayla keheranan.

Terpopuler

Comments

Ardhiya Adhia

Ardhiya Adhia

lanjuttt thorrrrr

2021-08-01

0

Rusmi

Rusmi

lanjut Thor semangat

2021-07-30

0

Vivi Apriliani

Vivi Apriliani

lanjut thor

2021-07-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!