saat hendak bangun mencari Ana kembali tiba-tiba gagang pintu berputar dan membuka celah sehingga tubuh ramping Ana terlihat oleh nya, Adrian pura-pura tidur pulas dengan kasur dan selimut yang berantakan, melihat kekacauan cara tidur Adrian, mau tidak mau Ana menghampiri Adrian dan memungut bantal dan selimut yang berserak di lantai, perlahan ia mendekati Adrian dan duduk disampingnya dan bergumam.
" Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, meskipun bukan diriku, semoga kita bisa berbaikan walaupun sebagai orang asing, aku tau kamu tidak bisa mencintaiku karena bukan pilihanmu, tapi "
kata-kata Ana terhenti sambil terisak ucapan Ana terdengar lirih sedang menahan gemuruh di dadanya, betapa tidak, dari saat dia mengenal pria hanya Adrian lah yang berhasil mencuri hatinya saat masih di bangku SMA dulu, cinta pertamanya, dan kemudian mereka di jodohkan.
Adrian membeku mendengar kata-kata Ana, ingin dia berbalik untuk bertanya tapi di urungkan, sesaat kemudian selimut tebal sudah menyelimutinya sampai bahu, tetiba jemari Ana membelai rambut Adrian penuh sayang, setelah nya Ana seperti terisak dan langsung menjauh dari Adrian, ia kembali berbaring di sofa.
Adrian mendapat perlakuan semanis itu hanya bisa terdiam, jujur dari hentinya ia ingin Ana tetap berada disisi nya tapi egonya lebih mendominasi sehingga ia menepis keinginan itu.
****
Selesai sarapan, Ana langsung berangkat ke kampus, Adrian memandang penampilan Ana saat akan ke kampus sedikit tomboy, baju selutut yang dipadukan dengan celana kulot dan memakai hodi serta menutup kepalanya memakai hodi saat keluar dari pintu, seolah Ana terlihat seperti gadis tomboy yang bandel. Tapi saat di kampus, penampilannya sudah berhijab, bukankah itu aneh?
"Ana Altafunnisa" panggilan bernada kesal oleh salah satu satpam berdiri di pintu dengan berkacak pinggang memanggilnya sepagi ini, Adrian yang sudah duduk disampingnya menoleh ke arah suara dan mengernyitkan kening.
" Iya pak, ada perlu apa mencari saya?" Jawab Ana sopan
" Ibu direktur meminta saya memanggil kamu untuk menghadap, karena kesalahan mu"
" Kesalahan apa ya pak?" Ana sedikit bingung
" Pikirkan saja siapa yang sudah kamu singgung "
Ana mengerti sekarang, itu adalah ulah vanesa, dia pasti mengadukan dirinya kepada direktur kampus secara ibu Vanesa adalah donatur tetap kampus ini, mau tidak mau jika ada yang terjadi pada Vanesa maka pasti akan ada imbasnya.
"Baik pak, saya segera kesana"
Adrian memperhatikan gerak langkah Ana semakin menjauh kemudian dia mengikuti Ana dari belakang.
sesampai di depan pintu ruangan Direktur Ana menghela nafas panjang dan langsung masuk ke dalam, Adrian yang mengikutinya dari belakang berdiri di dekat jendela yang terbuka.
" Maaf ibu, ada perlu apa mencari saya?"
sapa Ana dengan sopan.
" Ana, saya tau berselisih dengan murid tidak mungkin kesalahan kamu, tapi Vanesa mengadukan kalau kamu menganiaya dirinya kemarin?"
Direktur langsung bertanya pada Ana tanpa menjawab pertanyaan Ana.
" Iya Bu, saya salah "
jawab Ana sambil menunduk
"kamu tidak ingin memberi alasan?"
" tidak Bu"
" bagaimana mungkin kamu melakukan hal ini?"
" Bu, saya bukan tembok yang harus menerima semua perlakuan semena-mena dari siapapun " jawab Ana dengan mata berkaca-kaca.
"apa Vanesa menyakitimu?"
" dia tidak menyakiti saya secara fisik, tapi disini" Ana menunjuk ke hati sambil berbicara dengan orang yang di hormati nya, sedikit banyaknya Ana tau jika Direktur ingin dia membela diri.
" Ana, apa masalahmu, ceritakan "
" Tidak ada Bu "
"Vanesa ingin kamu merasakan apa yang dia rasakan"
" jika saya menganiaya dia maka berikan bukti cacat fisiknya kepada saya, jika dia akan membalas maka saya akan bersedia"
mendengar jawaban Ana, Direktur faham bahwa Ana memang tidak ingin membela diri dan tidak ingin dikasihani.
"baiklah, ibu akan menyelidiki kasus kalian, Ana tidak semua harus di tutupi dan di pendam, jika kamu ingin bercerita maka ceritakan lah.
" terimakasih atas perhatian ibu, tapi saya tidak apa-apa" jawab Ana sambil tersenyum lalu pamit kembali ke ruangan.
Adrian yang mendengar percakapan mereka sedikit bingung dengan tingkah istrinya itu, tidak bisakah dia menceritakan yang sesungguhnya?
"shit" ucap Adrian merasa kesal
*****
setelah jam pelajaran berakhir, Ana tidak langsung membereskan peralatan menulisnya, tapi masih melamun di bangkunya. tentu saja Adrian juga masih betah duduk tanpa bangun juga.
"Ana, ntar sore keluar yuuuk" Farah menghampiri Ana. dia adalah sahabat dekat Ana tapi beda jurusan.
"Far, maaf kayaknya aku gak bisa, hari ini aku harus pulang cepat"
" kamu takut sama suami kamu?"
"syuuuuut"
Ana menempelkan jari nya di bibir Farah
tapi Farah Semakin berang.
"Ana, apa yang kamu harapkan pada pria yang tidak mencintaimu?" Farah melontarkan kata-kata sambil melipat tangan di dada.
"Faraaaaaah" ucap Ana sambil melotot
" kamu tau, kamu itu cantik, baik, pinter kenapa harus bertahan dengan orang yang tidak bisa menghargai mu?
" Dia suamiku "
" iya suami yang gak punya hati, taunya cuma selingkuh dengan Vanesa gatel, itu suami yang kamu banggakan??"
" Sudahlah, jangan bahas mereka " ucap Ana tampak lesu
Farah sangat kesal melihat sahabatnya bisa berdiam diri menghadapi suami yang tidak tau diri itu.
Adrian terperangah mendengar perbincangan mereka, jadi selama ini istrinya beranggapan bahwa dia dan Vanesa selingkuh? atas dasar apa?
Adrian mengikuti mereka kembali yang menuju kantin dan duduk berdekatan dengan meja mereka juga, Ana sedikit bingung melihat nya, kenapa dia selalu berada di samping mereka???
" kamu yang tadi di ruangan Ana kan?"
" iya" jawab Adrian singkat
" mau makan juga?"
"eum"
" bukan ngekorin Ana kan" timpal Farah
" aku laper, jadi kemari " ucap Adrian
" Udin, silakan pesan menu di sebelah sana, kami sudah pesan " Ana memberi arahan pada nya.
"Namanya Udin?" tanya Farah
" iya, mahasiswa baru"
"Ooh"
selang beberapa menit pesanan mereka datang, dan saat mereka sedang menikmati tiba-tiba Ana merasa kepalanya diguyur dengan air es sampai ia menoleh. benar saja Vanesa yang melakukannya.
Vanesa tertawa melihat keadaan Ana yang menyedihkan.
" kamu puas? " tanya Ana
" aku belum bisa puas,sebelum membuat kamu menghilang dari pandangan aku, kalau bisa menghilang dari dunia ini, paham?"
Vanesa menunjuk ke arah Ana berkata sambil mengatupkan giginya.
" Dasar wanita laknat" Farah tidak bisa terima melihat Ana diperlakukan seperti itu, sedetik kemudian Farah menyiram Vanesa menggunakan minuman Udin Cappucino dingin yang belum disentuh oleh pemiliknya.
Udin sedikit menikmati pertunjukan di depannya tanpa melakukan apa-apa.
" Faraaaaaah, Awas kamu wanita s****n" Vanesa menjerit histeris melihat pakaian putih nya di siram dengan minuman yang berwarna.
" kenapa, gak suka? mau aku tambah satu lagi?" tanya Farah sambil melirik minuman nya setengah lagi yang akan siap-siap terbang ke arah Vanesa
" berani kamu?" bentak Vanesa
byuuuuurrr
" siapa takut " ucap Farah
minuman itu berhasil mendarat di wajah Vanesa dengan sempurna, Farah tidak bisa menahan tawa melihat penampilan Vanesa Sekarang
" Farah, sudah jangan libatkan dirimu dalam masalahku " Ana menyela
" masalah kamu juga masalah aku, ngerti kamu Ana Altafunnisa?" jawab Farah sambil tersenyum
Ana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kasih sayang sahabatnya ini.
Adrian yang sudah selesai makan, langsung menimpali
" Ganti lain minuman aku"
Farah dan Ana menoleh ke arah sumber suara dan cengegesan karena ulah mereka barusan
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments