Adrian menatap Ana dengan seksama melihat reaksi nya yang dingin dan tertutup dengan siapa saja.
...inikah istrinya, dirumah hanya wanita pendiam dan lemah lembut, tapi ternyata jiwa berontak nya lumayan bagus dan tidak mau di tindas...
"Ana si***n lepaskan aku"
Vanesa berteriak histeris
" biasanya kamu begitu angkuh dan bermulut tajam, lepas kan saja pakai mulutmu yang sangat berguna itu" Ana pergi meninggalkannya tanpa menoleh.
sebelum pergi dia memandang ke arah Adrian sebentar.
" kami tidak bertengkar, hanya saja an***g gila harus segera di ikat sebelum mengigit " tatapannya masih fokus pada Sosok yang tidak ia kenal dengan sedikit senyum, lalu melangkah pergi.
Adrian tertegun melihat senyuman dibibir istrinya, setelah sekian lama akhirnya dia menatap wajah teduh itu kembali, pemikiran untuk tetap melanjutkan aksi menyamarnya semakin bulat, dia ingin tau seperti apa istrinya Ana yang tidak dia ketahui selama ini.
***
Setelah melihat hasil final semester terakhir di papan pengumuman, Ana patut berbangga IPK nya diatas rata-rata dan itu merupakan sebuah prestasi baginya, kejadian saat berduel dengan Vanesa tadi pagi juga sudah terhapus oleh rasa senangnya karena predikat memuaskan yang ia dapat, Ana berlenggang ria menuju ruang kelas tanpa beban.
setelah lima menit berlalu akhirnya sang Dosen tiba di depan pintu dengan diikuti seseorang dibelakang nya yaitu Adrian.
"Selamat pagi semuanya, hari ini kita kedatangan anggota baru yang akan bergabung dengan kalian" sang dosen mempersilahkan Adrian memperkenalkan diri.
"Saya Ad...Udin, nama saya Udin"
hampir saja kecoplosan, Adrian mencari dimana keberadaan Ana, tentu saja Ana sedang memperhatikan ke arahnya.
"untuk kedepannya bapak harap kalian bisa bekerja sama" tegas dosen mereka.
setelah melihat-lihat keseluruh ruangan akhirnya Adrian dipersilahkan untuk duduk dan memilih bangku sendiri, arah jalannya langsung menuju ke arah Ana, kebetulan disamping Ana ada bangku kosong, maka Adrian bergegas ke arahnya, sebelum sempat Adrian duduk tiba-tiba salah satu dari mereka berbicara.
" Udin...hati-hati disamping mu ada pembasmi pria, jangan bersikap aneh-aneh oke" mendengar perkataan itu, Adrian terdiam, pembasmi pria?maksud mereka?
suara tawa pun terdengar, Ana malah tidak peduli, dia bersikap bodoh amat, dan memang iya, tidak ada pria seangkatan yang berani mendekatinya, bukan karena Ana sudah menikah, tentu saja pernikahan mereka rahasia tidak ada yang tau karena Adrian memberi syarat dimalam pertama seperti itu. mereka tidak berani beradu argumen dengan Ana karena pada dasarnya Ana sering menyendiri, terlihat cerdas, pandai melindungi diri dan tidak suka basa-basi.
"jangan dengarkan mereka, duduk saja dimana kamu suka, atau jika kamu tidak nyaman aku bisa pindah" setelahnya Ana bersuara
"eeeum tidak perlu pindah, aku hanya ingin duduk di tempat yang nyaman menurutku" jawab Adrian mantap.
sesekali Adrian melirik ke arah Ana yang terlihat tenang, tidak banyak bicara dan jelas terlihat sulit di dekati.
*****
selesai shalat ashar dan tilawah beberapa lembar Al-Quran seperti biasanya rutinitas Ana selalu senang menyiram bunga di halaman belakang, dan memberi makanan harnap kecil nan imut merupakan kesenangan tersendiri baginya.
pekarangan belakang rumah memang Ana yang mengurus selain untuk menghindari bosan, Ana juga ingin punya kegiatan. sementara di depan tidak di izinkan oleh BI Ijah dengan dalih Adrian akan tersinggung jika melihat istrinya melakukan pekerjaan pembantu.
Ana menatap benda pipih di tangannya, sudah menuju pukul 05.00 sore, artinya sebentar lagi Adrian Akan pulang, Ana langsung menuju dapur untuk menyiapkan makanan Adrian, karena Adrian sangat menjaga pola makan dan tubuhnya makan malam tidak boleh lewat dari jam 06.00.
"selesai" gumam Ana,
Dia melepaskan celemeknya dan hendak berbalik keluar dapur tiba-tiba matanya tertuju melihat Adrian berdiri di depan pintu. Ana mematung, apakah Adrian melihatnya yang memasak? dengan lesu dia hanya menunduk, keluar dari dapur mencuci tangan nya di wastafel dan langsung menuju ke kamar tamu untuk membersihkan diri.
Diam-diam Adrian memperhatikan gerak -gerik istrinya sedikit canggung, ada rasa bersalah di dadanya tapi terlalu gengsi untuk di ungkapkan.
sesaat kemudian Bi Ijah muncul dari dapur, dan menyuruh Adrian segera makan.
saat hendak duduk di meja makan, Ana sekilas memperhatikan wajah suaminya yang teduh,dingin datar tak bisa di tebak, dia hanya menunduk dan mengambil piring lalu mengisi makanan untuk dimakan tanpa bersuara.
BI ijah yang memperhatikan mereka geleng-geleng kepala, dua-duanya keras kepala.
"Ana, makanlah sedikit banyak, bukan kah itu kamu..! sebelum sempat bi Ijah mengucapkan kata-katanya Ana sudah menjawab.
" maaf bibi, bukan maksudku masakan bibi tidak enak, tapi perutku sedang tidak enak, jadi tidak bisa makan banyak"
mendengar kata-kata Ana, Bi Ijah menelan Saliva nya dan mengerti arah pembicaraan Ana.
padahal setiap hari justru Ana yang menyiapkan keperluan Adrian dari A-Z tapi malah bersembunyi dibelakang dirinya dan mengatakan itu adalah pekerjaan dirinya, bukankah itu tidak masuk akal?.
"Aku selesai, makanlah perlahan" Ana bangun ingin menuju dapur dengan perlatan makan di tangannya tiba-tiba Adrian menyela.
"Bi aku berangkat ditunda dua hari lagi, jadi jangan mengemasi barang-barangku" Adrian berkata tanpa menoleh ke arah Ana.
*******
pukul 2 dini hari sudah menjadi kebiasaan bagi Ana terbangun untuk melakukan shalat tahajjud, dengan langkah pelan-pelan dia membuka pintu agar tidak membangunkan Adrian, lalu berjingkat perlahan seperti ingin melarikan diri. Adrian yang melihat aksinya mengerutkan kening, ternyata dia tidak bisa tertidur, hatinya gelisah memikirkan rencana Martin yang menganjurkannya kos untuk alasan keluar negeri.
"mau kemana Ana malam-malam begini"pikir Adrian. dia menunggu 10 menit tapi Ana tidak juga kembali, akhirnya Adrian memutuskan untuk keluar dengan sedikit kesal.
setelah berdiri di depan pintu dia melihat lampu arah dapur di kamar tamu menyala dan ada sedikit suara, Adrian segera menuju kesana, pikirannya telah berhasil menguasai sisi tempramen dirinya dengan berfikir kalau Ana sedang selingkuh di dalam kamar tersebut.
dengan langkah mantap kakinya yang panjang Adrian ingin mendobrak pintunya, tetapi sebelum itu sempat terjadi Adrian terdiam mendengar Isak tangis di dalam sana lalu mendekatkan telinganya untuk mendengar apa yang sedang terjadi.
"Ya Rabb , jika semua adalah jalan untuk kebaikan maka tabahkan hatiku, jika pandanganku salah karena iri melihat kedekatan suamiku dengan orang lain maka biarkan aku tidak melihat mereka lagi, kuatkan hatiku, jangan biarkan kami menempuh jalan yang penuh dosa, jangan biarkan aku menjadi istri nusyud yang tidak bisa melayani suami, tunjukilah kejelasan dari semua kegundahan hati ini ya Rabb"
sambil terisak Ana memanjatkan doa pada pencipta, Adrian terpaku, perasaannya semakin tidak bisa dimengerti, bukankah dalam hal ini justru istrinya yang bersalah karena selingkuh? tapi kenapa malah dirinya yang disebut dekat dengan wanita lain?
Adrian bimbang, langkahnya perlahan mundur dan menaiki kembali tangga menuju kamarnya, sekitar setengah jam Adrian menunggu Ana dikamar belum juga ada tanda-tanda bahwa Ana akan masuk ke kamar, saat Adrian akan bangun untuk melihat tiba-tiba.
*******
bersambung....
mohon kritik dan sarannya ya
😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments