Dua hari setelah bertemu dengan Martin akhirnya Adrian di daftar di universitas yang sama dengan istrinya, tentu saja ini tidak sulit bagi Martin, dia hanya ingin Adrian bisa bekerja sama dengan idenya agar masalahnya terpecahkan.
Ana terdiam memperhatikan Adrian yang sering diam dalam dua hari ini, kata-kata pedasnya tidak lagi ia dengar, kemarahannya tidak lagi dialamatkan padanya, ini sungguh membuat Ana penasaran.
"Sarapan lah, selagi hangat"
hanya itu kata-kata yang di ucapkan nya, tentu saja Ana tidak ingin memancing emosinya, hidup satu atap tanpa berbicara bahkan dengan ejekannya setiap hari sudah membuat Ana hancur, ingin rasanya dia menyerah jika tidak mengingat kembali kata-kata dari Oma nya Adrian yang memintanya akan bertahan apapun yang terjadi. berbekal rasa ingin balas budi atas semua kebaikan Oma Ratna padanya dan keluarganya makanya ia bersikeras untuk bertahan apapun yang terjadi.
"Aku akan keluar negeri dalam beberapa Minggu, jangan bawa lelaki hidung belang kerumah ini"
Ana mematung, tubuhnya tegang, hatinya sakit, rasanya sangat sakit mendengar kata-kata suaminya,
apa aku seburuk itu dimatamu? tidakkah ada sedikit cinta untukku dihatimu? tidakkah aku mempunyai tempat dihatimu seperti hak yang kau berikan pada Vanesa?
Ana hanya bisa membatin, matanya yang menganak sungai segera ia tepis kan agar tidak menjadi buliran bening dipipinya, ia menguatkan dirinya agar tidak boleh lemah, ia tidak mau dituduh atas apa yang tidak ia lakukan.
"eumm"
hanya itu jawaban yang bisa Ana ungkapkan, dan sepertinya membuat Adrian sedikit kecewa,
"tidak inginkah wanita ini bertanya kemana suaminya akan pergi...?
atau ada kepentingan apa?
tidak mengapa kau tidak mencintaiku tapi lihat saja siapapun tidak akan kubiarkan mendekatimu."
"aku...aku akan berangkat, jaga dirimu baik-baik, jangan lupa bawakan vitamin mu, tetap minum sebelum tidur" setelah mengucapkan itu Ana berlari kecil meninggalkan Adrian tanpa menoleh.
Adrian tercengang, apa ini bentuk pedulinya? atau hanya actingnya saja?
drrttt...drrrrtttt
ponsel Adrian bergetar, ia segera melihat panggilan di layar handphone, ternyata Martin yang menelepon nya.
"Ada apa?" Adrian menjawab dengan dengan sedikit kesal.
" tenang mas bro, selamat Lo udah jadi mahasiswa sekarang, dan nama Lo Udin" Martin mengatakan dengan sedikit terkekeh
"kenapa tidak Hamidun aja sekalian?"
Martin hanya tertawa terbahak-bahak, ini adalah waktu yang tepat untuk mengerjai sahabatnya,
****
suasana yang ramai di kampus membuat Adrian sedikit jengah, bukan karena tempatnya tapi karena dia harus menyamar sebagai lelaki udik dari kampung, dengan tempelan gigi bonsai, rambut kriwil, dan juga tompel di hidung, hilang sudah kegagahannya, seorang CEO yang bisa melakukan apa saja, bahkan semua bisa dia kendalikan dengan uang tapi kali ini dia menjadi badut hanya demi seorang wanita.
dari kejauhan dia memandang Ana yang duduk di bawah pohon sambil menulis di buku sesekali mengusap matanya, Adrian terpaku melihat Ana dalam balutan jelbabnya sangat cocok dan lembut di wajahnya, Adrian tau kalau Ana sering memakai jelbab saat keluar dari pagar rumah dan itu membuat Adrian curiga dan merasa aneh. saat Adrian memperhatikan dengan seksama dia tau bahwa Ana sedang menangis disana, bukankah dia tidak pernah menangis di depan Adrian? bukankah dia selalu berani menegakkan badannya saat berhadapan dengannya??? lalu kenapa pemandangan ini menyayat hatinya? sisi apa dari istrinya yang tidak dia ketahui??
braaaaaak...
tiba-tiba ada beberapa gadis yang datang mengganggu Ana dengan melemparkan bukunya ke tanah, Ana hanya mendengus kesal kemudian memungut bukunya kembali tanpa mau peduli pada manusia sampah di hadapannya.
"jika kalian kurang kerjaan Maka pergilah, aku tidak tertarik melayani kalian"
"wowww nyonya besar sudah marah" mereka serempak menertawakan Ana.
Ana memilih untuk pindah dari hadapan mereka, karena mereka selalu mencari gara-gara dengannya, saat hendak melenggang pergi tiba-tiba Vanesa menarik lengan nya dengan kuat dan hampir saja Ana terjerembab jika tidak ada pegangan disana tapi dia tidak kenal diam, jurus taekwondonya segera beraksi, tangan Vanesa dalam sekejap ditarik kebelakang badan nya sendiri dan menekan kakinya sehingga Vanesa setengah berlutut.
"dasar wanita sia***n lepaskan aku"
" bukannkah ini adil? ini balasannya jika kau selalu mengusikku"
Ana mengikat tangan Vanesa dengan tali tasnya sendiri dengan gerakan cepat, teman-teman Vanesa tidak berani ikut campur, mereka tau seberapa hebat Ana dalam ilmu bela diri, jadi mereka memilih mundur sebelum babak belur.
Adrian yang melihat kejadian ini sedikit tidak percaya melihat kelakuan Vanesa yang berubah 180 derjat di hadapannya, rupanya topengnya sangat bagus, rasa tertarik ingin menyamar sudah semakin kuat kini.
berfikir ini adalah waktu yang tepat untuk muncul di depan Ana, Adrian langsung melangkah menuju ke arah nya.
"Maaf, apa kalian bertengkar?" sapa Adrian dengan suara lugu dan merasa kasihan.
Ana terpaku, seolah orang didepannya sangat familiar tapi siapa??
" datang lagi badut kampung, itu saudara lu badut, kalian berdua sangat serasi" Vanesa masih sempat menjelekkan Ana di hadapan orang yang tidak dikenalnya".
Adrian yang dikatai badut, mukanya merah padam ingin rasanya mencabik mulutnya.
bersambung....
mohon kritik dan saran nya,,,
ini perdana cerita saya😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments