Pesta

Puas bermain seharian dengan sang mamah di Mall, mereka kini pun memutuskan untuk pulang. Sesampinya dirumah, ternyata computer baru milik Luca sudah sampai didepan rumah mereka.

Luca pun langsung membawanya masuk dan segera merangkainya dibantu oleh Zhia dan juga Lucia. Ternyata merangkai computer memakan waktu yang cukup lama, karena Sebagian besar waktu itu mereka gunakan untuk saling berdepat dengan cara pemasangannya.

Zhia pun akhirnya mundur, karena dia harus segera membuat makan malam dan setelah bersiap untuk pergi kepestanya Rayden.

Awalnya, Zhia memang tidak ingin datang ke pesta tersebut. Akan tetapi, dia merasa tidak enak hati jika tidak datang karena mereka akan melakukan Kerjasama dalam waktu yang cukup lama.

Zhia kini telah siap berangkat ke pestanya. Zhia memoles sedikit wajahnya dengan make up yang dia punya, kecantikannya semakin terpancar saat Zhia mengenakan dress malam dengan warna putih kesukaannya. Zhia pun pergi kekamar Luca, dimana Lucia juga sedang berada disana untuk berpamitan.

“Sayang, mamah sudah menyiapkan makan malam untuk kalian di meja makan. Malam ini, kalian makan malam berdua saja ‘yah! Soalnya mamah harus menghadiri pesta penting mala mini.” Ujar Zhia pada Luca dan Lucia yang ternyata sedang asyik mencoba computer barunya itu.

“Baiklah, Mah! Mamah bersenang-senang saja, jangan khawatirkan kami.” Sahut Lucia dengan senyum manisnya itu.

“Maaf ‘yah, sayang! Mamah janji akan pulang cepat.”

Janji Zhia yang sebenarnya tidak tega meninggalkan anak-anaknya sendirian didalam rumah pada malam hari seperti ini.

“Enggak apa-apa ‘kok, Mah! Kami bisa jaga diri, ‘kan ada Luci.” Kali ini lUca yang menanggapinya.

“Baiklah, Mamah akan pergi sekarang! Jangan lupa habiskan makan malam kalian, ‘yah!” pesan Zhia sebelum dirinya pergi.

“Oke, Mom!” sahut Luca dan Lucia serentak sembari memberi hormat layaknya seorang prajurit.

“Dah, sayang! Hati-hati dirumah, ‘yah!” Zhia pun melambaikan tangannya pada kedua anak kembarnya.

“Dah, Mamah! Hati-hati jalan.” Pesan Luca dan Lucia secara bersamaan.

Setelah selesai berpamitan dengan kedua anak kembarnya, Zhia pun langsung berjalan menuju kemobilnya. Kemudian, Zhia langsung tancap gas menuju ketempat pesta.

Pestanya diselenggarakan di salah satu hotel terbaik di Negara A. Begitu sampai ditempat pesta, Zhia sangat terkejut karena kebanyak yang hadir pada pesta itu adalah artis-artis papan atas dan juga para orang hebat lainnya.

Nyalinya semakin menciut Ketika melihat dirinya yang berpenampilan apa adanya, jika dibandingkan tamu yang lainnya. Bahkan ada ratusan Reporter yang siap mengabadikan moment saat itu.

Beruntungnya, Zhia datang sedikit terlambat sehingga dia tidak perlu menunggu lama sampai acaranya dimulai. Dan juga dia tidak melihat tanda-tandanya sosok Liam disana.

“Selamat malam para hadiran yang terhomat. Terima kasih karena sudah bersedia hadip pada acara pesta pada malam hari ini.” Sapa sang pembawa acara yang ternyata adalah seorang MC terkenal yang khusus didatangkan dari Luar Negeri.

“Mari sekarang kita sambut Tuan rumah pesta pada acara malam hari ini yaitu Tuan Rayden Cano Xavier dan calon istrinya Nyonya Grace Adenthe.'

'Dan ada juga Tuan besar Noland Cano Xavier berserta istrinya Nyonya besar Julia Der Xavier. Mari kita sambut mereka dengan tepuk tangan yang sangat meriah.” Ujar Sang MC yang memang sudah sanga professional dalam bidang itu.

Semua orang pun bertepuk tangan dengan meriah, tapi tidak dengan Zhia. Zhia tampak sedang merasa sangat terkejut saat itu, dia terus menatap Rayden dengan matanya yang sudah berkaca-kaca menahan airmatanya.

“Tidak mungkin! Aku yakin tidak mungkin dia orangnya. Pria pada malam itu.” Gumam Zhia tubuhnya sudah gemetar hebat.

Ingatan tentang malam itu, tiba-tiba saja muncul dikepalanya. Sosok Rayden yang bagaikan seorang pangeran yang paling tampan pada malam ini, mengingat Zhia pada pria asing yang tidur denganya 7 Tahun yang lalu.

“Selamat malam semuanya dan terima kasih sudah berkenan hadir pada pesta yang saya adakan pada malam hari ini.” Sapa Rayden yang kini berdiri diatas podium bersama dengan Grace yang menjadi calon istrinya.

“Tujuan dari diadakannya pesta ini adalah untuk menyambut kedatangan tunangan saya Grace Adenthe kembali ke negara ini dan juga untuk mengumumkan tanggal pernikahan kami akan dilangsungkan bulan depan.” Lanjut Rayden lagi yang langsung membuat semua orang yang hadir bertepuk tangan dan bersorak sorai dengan penuh kegembiraan.

“Kenapa? Kenapa harus dia? Kenapa harus orang itu!” ujar Zhia tubuhnya sudah menjadi sangat lemas.

Mungkin jika Zhia tidak berpegang kuat pada tembok yang ada disebelahnya, dia akan langsung jatuh kelantai. Airmatanya sudah mengalir deras membasahi pipinya.

“Hanya itu yang bisa kami sampaikan pada saat ini. Sekian dari kami dan selamat menikmati pestanya.”

Rayden pun resmi memulai acaranya dengan cara dia menutup pengumumannya itu.

Kemudian dia berjalan menemui para tamu bersama dengan Grace yang selalu berada disampingnya.

Grace Adenthe adalah sosok wanita yang sangat cantik hampir mendekati sempurna. Bukan hanya parasnya saja yang cantik, bentuk tubuhnya juga sangat indah.

Memiliki latar pendidikkan yang tinggi dan juga karirnya yang sangat menjanjikan. Latar belakang keluarganya juga sangat hebat dan kaya.

Akan tetapi, sifatnya sangat jauh dari kata sempurna. Grace sangat membenci dan kejam terhadap anak kecil, tapi dia selalu menyembunyikan sifatnya yang satu itu.

Sementara Zhia masih berada ditempatnya saat ini, dia terus saja bergumam “Tidak! Bagaimana mungkin dia yang menjadi ayah dari anak-anakku. Tidak, aku yakin semua itu tidak nyata dan aku hanya salah mengenali orang. Aku yakin tidak mungkin dia orangnya!”

“Zhia, kau tidak apa-apa!”

Seorang pria tiba-tiba saja menghampirinya dan ternyata pria itu adalah Liam. Liam berusaha memegang tubuh Zhia, beruntung Zhia orangnya cepat tanggap. Zhia pun segera menepisnya.

“Menjauhlah dariku!” Usir Zhia dengan dinginnya.

“Zhia, aku hanya merasa khawatir padamu! Kenapa kau menangis disini?” ujar Liam yang tidak ingin menyerah begitu saja untuk mendapatkan Zhia lagi.

“Aku bilang menjauhlah dariku!” teriak Zhia sembari mendorong tubuh Liam menjauh dengan sekuat tenaganya.

Pranggggkkk…………..

Liam tidak sengaja menyenggol sebuah gelas yang berisi Wine hingga terjatuh dan pecah berserakan. Mendengar ada kegaduhan, semua mata pun tertuju pada Zhia dan Liam, termasuk Rayden.

Tanpa sengaja mata Zhia dan Rayden saling bertemu satu sama lain.

“Zhia, kau tidak apa-apa?” tanya Liam yang pura-pura khawatir pada Zhia.

“Menyingkirlah!”

Zhia pun kembali mendorong Liam dan segera berlari keluar dari pest aitu, airmatanya terus saja mengalir tiada henti.

Zhia bahkan mengendarai mobilnya sambil terus menangis sepanjang jalan. Dia benar-benar merasa sangat shock dengan kenyataan yang tiba-tiba muncul diingatannya itu.

Disisi lain, Rayden ternyata terus memikirkan Zhia yang memngis di acara pestanya. Entah kenapa dia ingin sekali mengetahui alasan Zhia menangis disana.

“Kenapa dia menangis? Apakah karena mendengar soal pernikahanku? Akhh, itu tidak mungkin. Aku dan dia tidaka dalam hubungan yang seperti itu. Lalu karena apa?”

Hatinya terus saja merasa gelisah jika memikirkan tentang Zhia yang menangis. Rayden bahkan sudah tidak bisa focus lagi mengikuti acara pestanya.

Disatu sisi, ternyata Bu Meetha sudah bersiap untuk membantu sikembar Luca dan Lucia mencari ayah kandung mereka.

Bu Meetha sudah menyiapkan sebuah artikel yang menyertakan foto Rayden kecil yang disandingkan dengan foto Luca dan Lucia yang sedang bermain didalam kelas.