Sehari setelah kembali ke Pesantren. Aqeela mulai membuat catatan-catatan kecil. Berisi target-target yang belum dia selesaian dan apa-apa saja yang harus di capainya.
Aqeela merenung. Terdiam. Kadang dahinya berkerut sepertinya berfikir keras. Sesekali membuka menutup loker buku. Membuka dan menutup banyak kitab-kitab yang sebelumnya Aqeela sendiri tidak tau apa kitab itu.
Aqeela hanya asal beli, menuruti petunjuk Ustaz gitu saja.
Melihat kelakuan Aqeela yang aneh, tak pelak membuat teman-teman sekamarnya curiga.
Berkali-kali Aqeela dipanggil diajak ngobrol tapi Aqeela hanya tersenyum dan menjawab dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Pertanda bahwa dia tidak mau diganggu.
Walaupun itu kelakuan teraneh dari Aqeela yang selama ini mereka kenal, tapi mereka memberikan ruang pada Aqeela untuk melanjutkan aktivitas anehnya.
Ya.. yaa... selama ini mereka mengenal Aqeela itu anak yang selengek an, gak pernah serius , gak peduli apapun yang di sampaikan Ustaz maupun Ustazah di Pesantren. Suka galak sama cowok yang nindas anak perempuan, ini nee sifat yang bikin mereka care sama Aqeela.
****
Entah sudah berapa jam Aqeela membuka menutup catatan kecil di buku tebal mirip diary.
Berulang-ulang dibaca kembali. Aqeela berharap tidak ada satupun yang terlewatkan.
Setelah di rasa cukup. Aqeela menutup catatannya. Dia kembali terdiam.
Seolah-olah ada yang kurang.
"Din... Dinda...." Setengah berbisik Aqeela mendekati dan memanggil Dinda yang merupakan teman terdekatnya di kamarnya.
" Kenapa?" Jawab Dinda
"Din..., kamu tau enggak wali kelas kita di madrasah Diniyah?" Kali ini Aqeela bertanya dengan santuy seakan tidak ada rasa bersalah sedikitpun di hatinya.
"What?" Dinda melotot dan hampir berteriak mendengar pertanyaan Aqeela. untung saja Aqeela dengan sigap segera membungkam mulut Dinda.
"Ssstt... Jangan kenceng-kenceng." Bisik Aqeela sambil mengeluarkan jari telunjuk di tempelkan di mulutnya.
Dinda kali ini tersenyum lebar tanpa suara...
" Puas ya... liat teman susah." Omel Aqeela.
"Enggak... cuma kaget aja... kamu kemana aja satu setengah taun ini... Baru nanya sekarang." Omelan Dinda gaak kalah seru dari Aqeela
"Aku koma ....."
"haa ... haa... nee.. wali kelas kita di madrasah Diniyah namanya Ustadz Malik." meskipun dengan ketawa Dinda tetap menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Oh... ok ok... mkasih ya.. kebaikanmu takkan ku lupakan."
" Gombal"
****
Begitulah awal dari titik balik seorang Aqeela.
Aqeela sowan ke Ustadz Malik, meminta petunjuk dari beliau. Sharing pendapat dengannya. Ternyata diluar dugaan Ustazh Malik sangat open... dan menyukai gaya belajar Aqeela.
Dengan bimbingan dari Ustadz Malik yang ternyata adalah adik dari Kyai Sepuh di Pesantren dan tentu saja teman-teman terbaik di kamar Aqeela membuktikan ucapannya.
Dalam waktu satu setengah tahun ia udah mampu menyelesaikan tugas yang diinginkan ayahnya. Aqeela udah menghatamkan Al-Qur’an dan menyelesaikan sekolah diniyahnya.
sebuah pembuktian yang dirasa sangat tidak masuk di akal bagi sebagian orang. Namun karena kegigihannya semua pendapat orang dia patahkan.
Bahkan di sekolah formal Menengah Pertamanya , Aqeela mendapat nilai yang memuaskan.
***
Dan hari ini adalah hari yang sangat dinantikan Aqeela. Di Pesantren diadakan Haflah akhirus sannah, semacam perpisahan dan unjuk kebolehan santriwan santriwati hasil yang diperoleh selama di Pesantren. Termasuk aqeela.
Ayah aqeela sungguh bangga dengan keberhasilan putrinya itu. Bagaimana tidak, Aqeela yang awalnya belum begitu mahir membaca Al-Qur’an kini sudah fasih.
Ayah Aqeela tadi mendengar sendiri bagaimana putrinya itu mampu melewati tes dari pimpinan pesantren.
Belum lagi Aqeela udah mampu menghafal Alfiah ( salah satu kitab yang mempunyai baris berjumlah seribu berisi tentang tatanan bahasa Arab ) dengan usia termuda diantara temannya. Ayah juga mendengar sendiri bagaimana Aqeela dan teman-temannya melafalkan di depan wali santri yang lain.
Selesai acara. Di pesantren ramai sekali banyak para wali santri. Mereka sama dengan Pak Syarief menunggu putra putrinya. Entah untuk dijemput pulang atau sekedar nengok melepas kerinduan.
Sambil menunggu aqeela keluar dari kamar, Ayah menyempatkan diri bertemu pimpinan pesantren.
“Kyai, terima kasih sudah membimbing anak kami dengan baik.” Kata ayah
“ sama-sama Pak Syarief. Sebenarnya karena Aqeela anak cerdas sehingga dia mampu menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari teman-temannya. Harusnya Pak Syarief juga bersyukur dianugerahi putri yang cantik dan cerdas. Semoga Aqeela jadi anak yang sholehah.” Tutur Pak Kyai dengan bijak
“ Amiin. Amiin ya Robb.” Sahut ayah dan ibu berbarengan.
Mereka pamit pulang kepada Pak Kyai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gw siapa?-_-"
sama bgt kyk saya ank sekolah agama tp gk suka sama sklhnya makanya jd ank bandel dikit😂😂gk pernah peduli sama guru Walas aj gk tau satupun guru bidang studi gk ad yg saya tau namanya malah bahkan wajah jg gk tau alasannya pun sama Krn ortu 😔😔😔😔😔andaii aj bisa marah gk berani jdnya kyk qeela kepaksa udh jln 2 th tp ttp gk ikhlas sampe Konsul ke BK 😂😂😂😂😂😂😂 .
.
.
..
.
.
.
.
.
au ahhh gk jls kali
2020-12-18
8
Brenda
bagus
2020-05-29
3