Sore sudah berganti malam, kini Meidina tengah sibuk mengerjakan tugas-tugas dari sekolahnya di ruang tamu, sambil menunggu kepulangan sang kakek dan nenek juga.
Meidina tahu, bahwa kakek dan nenek pasti akan pulang malam setiap harinya.
Kakek Setya dan Nenek Siti, lebih memilih pergi pulang pergi, ketimbang harus tinggal di Mansion keluarga Virendra. Dan meninggalkan Meidina seorang diri di sini.
Tok... Tok... Tok
Suara ketukan pintu terdengar, tidak ambil lama. Meidina langsung membuka pintu dengan antusias, dipikirnya itu adalah kakek dan neneknya sudah pulang.
Ceklek...
Pintu terbuka, Meidina nampak terkejut melihat tiga pria berbadan besar yang kini berada dihadapannya, sontak Meidina mundur dengan segera karena ketakutan.
"Hai adik manis, apa Kakek Setya ada di rumah?" tanya salah satu pria tersebut.
"Aa-ada apa ya?" jawab Meidina terbata-bata, sungguh ia sangat ketakutan.
"Kami hanya ingin menagih hutang saja gadis manis, bos kami yang memerintahkan kami untuk menemui Kakek Setya" ucap pria kekar tersebut.
"Kakek sedang tidak ada" saut Meidina ketakutan.
Ketiga pria itu pun menatap Meidina, ada pikiran kotor di ketiga pria berbadan kekar dan besar tersebut, salah satu diantaranya menelpon sang bos dari rentenir tersebut.
"Bos, si tua bangka itu tidak ada di rumahnya, kemungkinan masih bekerja. Dan, kami menemukan gadis kecil manis bos" serunya.
"Oh, benarkah?" ucap seorang pria disebrang telepon tersebut.
"Benar bos, bagaimana jika kita bawa gadis itu. Dia masih sangat polos bos, lumayan lah bos" serunya sekali lagi.
Meidina perlahan mundur masuk ke dalam rumah.
"Jangan dulu, ancam si tua bangka itu. Jika dia tidak bisa membayar hutang serta bunga-bunganya, maka gadis kecil itulah yang akan menjadi penebusnya"
Tut....Tut ... Tut...
Panggilan terputus, sang pria kekar itu memutuskan untuk menunggu di luar sampai Kakek Setya dan Nenek Siti pulang.
Meidina kembali ke dalam, ia membereskan buku-bukunya dan masuk ke dalam kamar. Meidina mendengar pembicaraan pria kekar tadi, jika kakek dan nenek tidak bisa membayar.
Maka dirinya akan dibawa oleh ketiga pria tadi.
Kakek Setya dan Nenek Siti, baru saja sampai didepan halaman rumahnya. Mereka terkejut sejadi-jadinya, ketika menatap ketiga pria tersebut.
Dengan langkah yang pelan, Kakek Setya berjalan menghampiri ketiga preman penagih hutang tersebut.
"Mau apa kalian datang kemari?" tanya Kakek Setya.
"Tua bangka, segera bayar hutangmu yang berjumblah 5 milyar itu" saut salah satunya.
"Apa kalian pikir aku bodoh, aku hanya meminjam lima ratus ribu. Kenapa bisa menjadi 5 milyar" ucap Nenek Siti penuh ketegasan disetiap kalimatnya.
"Hei, orang tua bangka. Hutangmu itu sudah beranak banyak sekarang, jadi bayar hutangmu sekarang juga. Jika tidak, kami akan membawa gadis manis yang berada di dalam rumahmu itu, kami memberimu waktu sampai minggu depan" ucapnya, sambil pergi meninggalkan kakek dan nenek.
BRUK!
Nenek Siti pun ambruk jatuh ke tanah, ia tidak menyangka bahwa kejadian ini akan terjadi. Ketiga preman itu pergi, meninggalkan Kakek Setya, dan Nenek Siti.
Kakek Setya membantu istrinya berdiri kembali.
"Bagaimana ini, bagaimana ini hiks... hiks...hiks " ucap Nenek Siti, yang menangis tersedu-sedu.
"Sudah sweet jangan menangis, kita cari jalannya ya" ujar Kakek Setya menenangkan istrinya.
"Iya hubby" balas Nenek Siti.
Merekapun masuk ke dalam rumah, menatap kamar Meidina yang terdengar suara isak tangis. Nenek Siti segera menghampirinya, mendekati pintu kamar Meidina, dan mengentuk pintu tersebut.
Tok... Tok... Tok
"Meidina, ini nenek. Buka pintunya sayang" saut Nenek Siti dari luar.
Mendengar suara sang nenek, Meidina membuka pintunya, dan langsung memeluk sang nenek.
"Hiks... Nenek, Meidina sangat takut" ucap Meidina, memeluk sang nenek dengan erat.
"Tidak apa-apa sayang, kakek akan mencari jalan untuk masalah ini" ucap Kakek Setya, sambil mengelus rambut panjang dikepala Meidina.
Malam berganti pagi, kini Meidina sudah berangkat dari tadi ke sekolahnya. Kakek dan nenek tengah berada diperjalanan menuju Mansion keluarga Virendra, nampak dari raut wajah Kakek Setya yang sangat bersedih jika ia kehilangan cucu kesayangannya.
"Hubby?" ucap Nenek Siti.
"Iya sweet, jangan khawatir sweet. Hubby sudah punya jalan untuk masalah ini, dan kita tidak akan berpisah dengan cucu kesayangan kita lagi" jelas Kakek Setya.
"Jalan? maksudnya?" tanya Nenek Siti menatap Kakek Setya dengan terheran-heran.
"Aku akan meminjam uang pada Tuan Rendra" jelas Kakek Setya, dengan suara pelan.
"Tapi" saut Nenek Siti yang menggantungkan kalimatnya karena kurang yakin.
"Tidak ada pilihan lagi sweet, andai saja anak kita tidak pergi meninggalkan kita. Hal seperti ini tidak nungkin terjadi akan terjadi menimpa kita dan anaknya juga" ucap Setya penuh kesedihan, mengingat Meidina pernah dibuang oleh ibu dan ayahnya.
"Kau benar hubby, tapi apakah Tuan Rendra akan mau meminjamkannya? 5 Milyar itu bukan uang yang sedikit" tanya Nenek Siti penuh harapan.
"Aku yakin, tidak" Jawab Kakek Setya pasrah, sambil mengangkat kedua bahunya.
"Hubby" Nenek Siti mengerutkan alisnya.
"Hahaha, aku juga tidak tahu sweety honey bunny" saut Kakek Setya yang terkekeh geli.
Tidak ada pilihan lagi bagi Setya, mau tidak mau ia harus berani meminjam pada majikannya.
Sampainya di mansion, Kakek Setya datang menemui Tuan Rendra. Untuk mengatakan niatnya meminjam uang, ia memberanikan dirinya untuk menghampiri Tuan Rendra yang tengah berada di ruang tamu.
"Tuan Rendra" ucap Kakek Setya.
Pria yang di hadapanya itu menurunkan kakinya, dan menaruh kopinya di atas meja.
"Ada apa Setya?" tanya Rendra.
"Anu tuan, saya ingin berbicara dengan tuan" jawab Kakek Setya.
"Katakan" saut Tuan Rendra.
"Saya ingin meminjam uang tuan" ucap Kakek Setya.
"Jangan sungkan Setya, katakan saja berapa nominalnya. 1 juta, 2 juta, atau 5 juta?" tanya Tuan Rendra, namun Kakek Setya menggelengkan pelan kepalanya.
"5 milyar tuan" beo Kakek Setya, Tuan Rendra terkejut, pasalnya keadaan ekonomi Kakek Setya baik-baik saja sekarang. Berbagai pertanyaan muncul dibenak Tuan Rendra, untuk apa uang sebanyak itu.
Untuj berobat juga tidak mungkin, karena sekarang biaya pengobatan akan ditanggung oleh Rendra sendiri.
Tuan Rendra mengikuti apa kemauan Kakek Setya.
"Baik, akan aku siapkan sekarang juga" saut Rendra.
Kakek Setya senang bukan main, ia tersenyum sambil berderaian air mata.
"Terima kasih banyak tuan, terima kasih banyak" Kakek Setya bersujud di kaki Tuan Rendra.
"Sudahlah, tapi jawab dulu pertanyaanku. Untuk apa uang sebanyak itu, jawab dengan jujur Setya" ucap Rendra.
DEG!
Jantung kakek setya berdetak dengan kencang, mau tidak mau, ia harus memberi tahukan apa yang sebenarnya terjadi.
"Sebenarnya, istri saya meminjam uang pada renternir satu tahun yang lalu, kami hanya meminjam 500 ribu, tetapi kami harus membayar bunga-bunganya yang sudah sangat membengkak sebesar 5 milyar. Jika kami tidak bisa membayarnya sampai minggu depan, mereka akan mengambil aset berharga kami tuan" ucap panjang lebar Setya.
"Aset berharga mereka?"
Gumam Rendra dalam hatinya.
Dari kejauhan, Adam tengah memperhatikan pembicaraan tuannya dengan si tukang kebun. Ia menatap tajam si tukang kebun tersebut.
"Aku sangat penasaran, apa yang pak tua itu bilang, aset berharga?" Gumam Adam dalam hatinya juga.
Ia memilih masuk kedalam kamarnya, dan meninggalkan perbincangan antara Tuan Rendra dan si tukang kebun alis Kakek Setya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Mey (Ig: @leemeeey)
panggilan grandma dan grandpa nya ucul bgt, serasa dunia milik mereka berdua walaupun utangnya nyampe 5M 😂🤙🏻
2022-06-05
1
Mey (Ig: @leemeeey)
ini udah bukan kaya rentenir lagi, gusti 🤧
2022-06-05
1
L i a Z i e n t a 💕
panggilan kakek neneknya cuuyy, gak tahan ..🤭😂
2021-10-01
0