Medan

Kami sekarang sedang di perjalanan menuju ke medan, hari ini sudah di tentukan Papa dan Elgar menyetujui nya. Kami bertiga berangkat ke Medan pukul 9 pagi, kami pergi bersama Pak Adi supir pribadi Papa.

Karena kata Papa, Pak Adi tau rumah Elgar. Dulu dia yang menyelidiki identitas Elgar, jadi dia tau jalan tanpa harus memakai maps atau menanya-nanya pada Elgar.

Di depan Pak adi fokus mengemudikan mobil, sedangkan di bangku belakang aku dan Elgar sedang bermesraan sambil kadang-kadang bercanda mesra.

" Sayang, apakah ibu mu galak? Jujur, sekarang aku gugup" Tanya ku sambil menggelayut manja di lengan Elgar.

" Emm, kalau menurutku ibu ku baik tapi sejak Papa meninggal dia berubah menjadi lebih tegas" Jawab Elgar sambil mengelus kepala ku.

" Maaf ya sayang membuatmu bersedih" Jawab ku sambil memeluk Elgar. Karena waktu itu Papa juga sudah bilang bahwa Papa Elgar sudah meninggal waktu Elgar masih smp.

Tidak apa-apa sayang, aku tidak masalah kok" Jawab Elgar.

Kami meneruskan mengobrol, sekali-kali ku lirik Pak Adi dia terlihat senyum-senyum mungkin melihat kami yang terlihat mesra.

Sepanjang perjalanan, Elgar terus makan cemilan yang aku bawa dari jakarta.

" Sayang ngemil mulu, nanti gemuk lho" Ucapku pada Elgar sambil menoel hidung nya.

" Aku bosan sayang sepanjang hari duduk di mobil, ya walaupun kursi nya empuk. Tapi tetap saja aku bosan" Jawab Elgar, karena hari ini memang mulai sore dan kami masih di perjalanan.

Skipp.. 2 hari kemudian.

Pagi hari nya, aku terbangun dari pelukan Elgar. Masih di kursi yang sama, karena kami masih belum sampai. Perjalanan dari bandung ke medan sangat jauh, jadi aku harus membiasakan diri agar tidak bosan.

Aku menatap Elgar, pria yang selalu membuat mood ku berubah-ubah setiap hari nya. Dia tidur dengan lelap.

8 jam kemudian kami mulai masuk ke gang lumayan kecil, hanya masuk 1 mobil pribadi saja. Melewati beberapa pemukiman yang lumayan padat, tapi masih asri karena di belakang rumah-rumah itu ada sawah dan kebun warga.

" Masih lama nggak Pak?" Tanyaku pada Pak Adi.

" Sekitar 3 jam an lagi non," Jawabnya, aku pun kembali menyandarkan kepala ku di kursi mobil. Dan mulai terlelap lagi sambil memegang tangan Elgar.

Skipp 3 jam kemudian.

" Non, bangun sudah sampai" Ucap Pak Adi membangunkan ku.

Aku langsung mengerjap kan mata ku dan membangunkan Elgar, karena dari tadi dia belum bangun. Dapat kulihat beberapa ibu-ibu di luar rumah mereka masing-masing mungkin sambil berbisik-bisik.

" Aku keluar duluan, kamu tunggu disini dulu sebentar" Ucap Elgar. Dan Elgar pun turun dari mobil mewah ku, ku lihat ibu-ibu yang tadi melongo melihat Elgar. Apa mereka tidak pernah melihat mobil? Atau apa ya? .

" Ibu, ibuu.. Elgar pulang bu" Ucap Elgar sambil mengetuk pintu karena kami kesini tanpa mengabari ibu dulu. Dari luar rumah Elgar terlihat biasa saja pintu nya pun sudah tidak kokoh lagi. Lapuk, mungkin saking lama nya.

Tak berselang lama, terlihat ibu paruh baya keluar dari rumah itu. Dan langsung memeluk Elgar, wanita itu masih cantik walau pun sudah cukup tua. Mirip Elgar, itu lah yang aku simpulkan pertama kali melihat Ibu nya Elgar.

Mereka pun berbincang-bincang sebentar, lalu Elgar mendekat ke arah mobil dan membuka pintu mobil.

" Sayang, ayo keluar" Ucap Elgar, aku pun menetralkan ekspresi wajahku. Jujur saja rasa nya aku sangat gugup sekarang, Tangan Elgar terulur menunggu untuk ku sambut. Aku pun mengambil uluran tangan itu dan memegang nya cukup erat.