Semakin Dekat

Skip...

1 bulan kemudian, hubungan ku dengan Elgar semakin dekat, singkatnya kami berteman. Kami juga sering bertemu, kadang janjian di cafe atau di mall tempat Elgar bekerja.

Sejak pertemuan ku dengan Elgar, aku rasa hidupku jauh lebih baik. Tidak monoton dan aku juga sering tertawa ketika bersama Elgar, karena dia tipe pria yang ramah dan juga humoris.

" El, bisakah kita bertemu?" pesanku pada Elgar

" Tentu kak, aku sedang bekerja hari ini. Kita bisa bertemu di mall kak." Elgar

" Baiklah aku kesana sekarang." balasku.

Aku pun langsung berangkat ke mall tempat Elgar bekerja, tentu dengan senyuman selalu aku tampilkan. Kadang aku lupa, aku punya suami. Ya suami, sudah 2 minggu ini Dia tidak pulang ke rumah entah kemana dia, tapi memang aneh aku tidak merindukan nya sama sekali, karena walaupun biasa nya dia pulang tapi kami tidak dekat dan jarang sekali bicara satu sama lain sekedar bertegur sapa.

Aku pun sampai di mall tempat Elgar bekerja, dan langsung masuk ke dalam mall. Kulihat Elgar sedang membersihkan meja, Elgar bekerja di salah satu foodcourt di mall ini, aku pun langsung menyapa nya.

" Hai El " sapaku

" Eh kak, maaf saya masih kerja. Sebentar ya." Elgar

Aku hanya mengangguk sembari tersenyum, Elgar pergi ke belakang. Mungkin menyimpan lap tangan mengingat dia sedang bekerja tadi.

" *Maaf kak, saya tinggal tadi." Elgar

" Gapapa El, aku ngerti kok. Udah makan? ini kan udah masuk jam makan siang*." tanyaku

" *belum kak, kerjaan saya belum selesai jadi belum boleh makan." Elgar

" Em bisakah kita mengobrol sambil makan siang El*?" tanyaku, kulihat Elgar hanya mengangguk tentunya dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.

Aku pun memesan makan disini, tentu dengan Elgar.

" El, apa kamu punya pacar?" tanyaku penasaran.

" Ahh belum kak, mana ada perempuan yang mau sama saya kak." Jawabnya sembari menggaruk tengkuknya.

" Ah tidak begitu El, kamu baik dan tampan. Bisa saja kan, pasti ada yang menyukaimu ." jawabku.

Tak lama karyawan foodcourt ini mengantarkan pesanan makanan kami,

" Waw Elgar, sekarang sama perempuan ya! Pacar mu El? Cantik." tanya nya sambil tertawa.

Dapat kutebak bahwa laki-laki ini pasti teman nya Elgar.

" Ahh lo bisa aja, gak lah. Cuma deket doang" Elgar

" Iya deh, gue balik kerja dulu. Jangan lama-lama pacaran nya, nanti Pak Bos marah." jawab teman nya Elgar. Dia hanya memberi isyarat "OK" dengan tangan nya.

" *Teman mu El?." tanyaku

" Iya kak, maaf ya temanku memang gitu suka asal jeplak kalo ngomong." Elgar*

" *Gapapa sih El, di pikir-pikir kita memang dekat. Dan rasanya aku mulai nyaman dengan mu El" aku tersenyum padanya.

" El, perlu kamu tau. Aku seorang perempuan bersuami*" aku pikir ini saatnya aku mengatakan ini.

" Benarkah?" tanya nya lagi dengan nada terkejut.

" Ahh iya El, tapi hubungan kami bisa di bilang tidak baik-baik saja El. Dia selalu pulang tengah malam, bahkan 2 minggu ini dia tidak pulang ke rumah El. Hubungan kami terkesan sangat di paksakan mengingat kami menikah karena di jodohkan El, jujur saja aku merasa tidak punya suami ,karena kami jarang bertemu, dan tidak pernah berbicara satu sama lain, dia hanya bicara seperlu nya" Keluhku. " Ahh maaf El aku malah curhat"

" Tidak apa-apa kak, kakak bisa curhat dengan saya. Kita kan teman" Jawaban Elgar otomatis membuat ku tersenyum karena senang, Elgar mau mendengarkan curhatanku. Tak terasa hari sudah mulai sore, sudah waktunya juga Elgar pulang.